Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memastikan tidak ada penutupan Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok di Kabupaten Lombok Barat.
"Januari 2022, TPAR Kebon Kongok kami pastikan tetap operasional dan tidak ada penutupan, seperti kabar yang berkembang saat ini. Untuk masalah ini kami sudah diundang rapat," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan menanggapi adanya rencana penutupan sementara TPAR Kebon Kongok karena akan dilakukan penataan serta perluasan lahan TPAR.
Menurut Kemal, masalah yang ada di TPAR saat ini adalah lahan TPAR tersisa sekitar 29 are dan itu diprediksi bisa dipakai sampai akhir Desember 2022.
Dia mengakatan, Pemerintah Provinsi NTB sudah memiliki lahan baru dan mendapat bantuan sebesar Rp37 miliar dari Kementerian PUPR. Hanya saja Pemerintah Provinsi harus membebaskan lahan dengan total 4,8 hektare.
"Pengadaan lahan dilakukan secara bertahap, yakni pada Tahun 2021 sebanyak 75 are dan sisanya akan dibebaskan tahun 2022. Saat ini prosesnya sudah selesai tinggal menunggu tim penaksir harga," katanya.
Namun demikian, lanjut Kemal, untuk menjamin agar TPAR tetap beroperasi, pemerintah provinsi sudah menyiapkan lahan darurat seluas setengah hektare.
"Minggu depan, landfill darurat sudah mulai operasional. Saya akan menjaga agar TPAR tidak tutup," ujarnya.
Sementara terkait dengan keterlambatan jam pengangkutan sampah akhir-akhir ini, kata Kemal, terjadi karena jalan menuju ke 29 are areal TPSR yang tersisa licin akibat hujan, sehingga dinilai berbahaya dan kendaraan tidak bisa dipaksakan naik.
Dengan demikian, kendaraan yang masuk dilakukan secara bertahap dan hati-hati untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Jadi yang terjadi hanya keterlambatan yang disebabkan antrean, sehingga kendaraan yang biasa menempuh waktu satu jam dari TPS ke TPA, sekarang 2-3 jam, bahkan hampir empat jam," katanya.
"Januari 2022, TPAR Kebon Kongok kami pastikan tetap operasional dan tidak ada penutupan, seperti kabar yang berkembang saat ini. Untuk masalah ini kami sudah diundang rapat," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan menanggapi adanya rencana penutupan sementara TPAR Kebon Kongok karena akan dilakukan penataan serta perluasan lahan TPAR.
Menurut Kemal, masalah yang ada di TPAR saat ini adalah lahan TPAR tersisa sekitar 29 are dan itu diprediksi bisa dipakai sampai akhir Desember 2022.
Dia mengakatan, Pemerintah Provinsi NTB sudah memiliki lahan baru dan mendapat bantuan sebesar Rp37 miliar dari Kementerian PUPR. Hanya saja Pemerintah Provinsi harus membebaskan lahan dengan total 4,8 hektare.
"Pengadaan lahan dilakukan secara bertahap, yakni pada Tahun 2021 sebanyak 75 are dan sisanya akan dibebaskan tahun 2022. Saat ini prosesnya sudah selesai tinggal menunggu tim penaksir harga," katanya.
Namun demikian, lanjut Kemal, untuk menjamin agar TPAR tetap beroperasi, pemerintah provinsi sudah menyiapkan lahan darurat seluas setengah hektare.
"Minggu depan, landfill darurat sudah mulai operasional. Saya akan menjaga agar TPAR tidak tutup," ujarnya.
Sementara terkait dengan keterlambatan jam pengangkutan sampah akhir-akhir ini, kata Kemal, terjadi karena jalan menuju ke 29 are areal TPSR yang tersisa licin akibat hujan, sehingga dinilai berbahaya dan kendaraan tidak bisa dipaksakan naik.
Dengan demikian, kendaraan yang masuk dilakukan secara bertahap dan hati-hati untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Jadi yang terjadi hanya keterlambatan yang disebabkan antrean, sehingga kendaraan yang biasa menempuh waktu satu jam dari TPS ke TPA, sekarang 2-3 jam, bahkan hampir empat jam," katanya.