Mataram (ANTARA) - Polisi menangkap tujuh pelajar yang diduga terlibat dalam kasus penusukan di jalur lamban Jalan Bypass Bandara Internasional Lombok (BIL) II di wilayah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat
Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Komisaris Besar Polisi Hari Brata di Mataram, Rabu, mengatakan, Tim Puma Polda NTB membantu Polres Lombok Barat melakukan penangkapan tujuh pelajar yang diduga terlibat dalam kasus penusukan pada Sabtu (4/12).
"Kami hanya menjalankan fungsi 'back-up' saja, untuk penanganan lebih lanjut sudah diserahkan ke Polres Lombok Barat," kata Hari Brata.
Baca juga: Gara-gara berkelahi dengan calon pembeli, pengedar sabu di Mataram ditangkap
Tujuh pelajar yang ditangkap tersebut berinisial FB (22), IS (19), IH (15), MIH (18), MH (15), MN (16), dan KU (18). Dari interogasi awal, peran dalam aksi penusukan korban bernama Rizky yang juga masih berstatus pelajar itu hanya tiga orang diantaranya.
"Tiga orang itu berinisial MN, KU, dan satu lagi KA yang masih dalam pengejaran," ujarnya.
Hari mengatakan, mereka bertujuh ditangkap, senin (6/12), dirumahnya masing-masing. Mereka ditangkap dari adanya laporan rekan korban yang turut menyaksikan aksi penusukan tersebut.
Dalam laporannya, saksi menceritakan kronologis penusukan tersebut. Biang penyebabnya karena persoalan saling tegur.
Karena merasa tersinggung, komplotan pelajar yang sedang menongkrong di pinggir jalan itu menganiaya korban bersama dua rekannya.
Hingga salah satu dari komplotan pelajar tersebut mengeluarkan sebilah keris dan menusuk perut korban. Mengetahui korban mengalami luka serius, komplotan pelajar ini kemudian kabur.
Rekannya yang melihat korban sudah bersimbah darah, langsung melarikannya ke rumah sakit di wilayah Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
Namun demikian, korban yang sudah mengalami pendarahan hebat akhirnya tidak dapat tertolong hingga pada Minggu (5/12) dinihari, korban dinyatakan meninggal dunia.
Lebih lanjut, penanganan kasus para pelajar ini turut melibatkan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Mataram. Mengingat lima dari tujuh pelajar yang terlibat, masih dalam kategori anak.
"Jadi untuk pemberkasan di 'split' mengingat ada anak yang berkonflik dengan hukum, karena itu dalam penegakan hukum ini turut terlibat pihak Bapas," ucap dia.
Untuk penanganan hukumnya di Polres Lombok Barat, Hari mengatakan bahwa pihak reserse kriminal masih mendalami peran masing-masing pelajar. Peran mereka didalami dari keterangan saksi dan barang bukti yang diamankan.
Namun dari penanganan sementara, kasus ini mengarah pada tindak pidana penganiayaan sebagaimana aturan dalam Pasal 76C Juncto Pasal 80 Ayat 1, Ayat 2, Ayat 3 Undang-Undang RI Nomor 35/2014 subsider Pasal 170 Ayat 2 Ke-3 KUHP.
Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Komisaris Besar Polisi Hari Brata di Mataram, Rabu, mengatakan, Tim Puma Polda NTB membantu Polres Lombok Barat melakukan penangkapan tujuh pelajar yang diduga terlibat dalam kasus penusukan pada Sabtu (4/12).
"Kami hanya menjalankan fungsi 'back-up' saja, untuk penanganan lebih lanjut sudah diserahkan ke Polres Lombok Barat," kata Hari Brata.
Baca juga: Gara-gara berkelahi dengan calon pembeli, pengedar sabu di Mataram ditangkap
Tujuh pelajar yang ditangkap tersebut berinisial FB (22), IS (19), IH (15), MIH (18), MH (15), MN (16), dan KU (18). Dari interogasi awal, peran dalam aksi penusukan korban bernama Rizky yang juga masih berstatus pelajar itu hanya tiga orang diantaranya.
"Tiga orang itu berinisial MN, KU, dan satu lagi KA yang masih dalam pengejaran," ujarnya.
Hari mengatakan, mereka bertujuh ditangkap, senin (6/12), dirumahnya masing-masing. Mereka ditangkap dari adanya laporan rekan korban yang turut menyaksikan aksi penusukan tersebut.
Dalam laporannya, saksi menceritakan kronologis penusukan tersebut. Biang penyebabnya karena persoalan saling tegur.
Karena merasa tersinggung, komplotan pelajar yang sedang menongkrong di pinggir jalan itu menganiaya korban bersama dua rekannya.
Hingga salah satu dari komplotan pelajar tersebut mengeluarkan sebilah keris dan menusuk perut korban. Mengetahui korban mengalami luka serius, komplotan pelajar ini kemudian kabur.
Rekannya yang melihat korban sudah bersimbah darah, langsung melarikannya ke rumah sakit di wilayah Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
Namun demikian, korban yang sudah mengalami pendarahan hebat akhirnya tidak dapat tertolong hingga pada Minggu (5/12) dinihari, korban dinyatakan meninggal dunia.
Lebih lanjut, penanganan kasus para pelajar ini turut melibatkan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Mataram. Mengingat lima dari tujuh pelajar yang terlibat, masih dalam kategori anak.
"Jadi untuk pemberkasan di 'split' mengingat ada anak yang berkonflik dengan hukum, karena itu dalam penegakan hukum ini turut terlibat pihak Bapas," ucap dia.
Untuk penanganan hukumnya di Polres Lombok Barat, Hari mengatakan bahwa pihak reserse kriminal masih mendalami peran masing-masing pelajar. Peran mereka didalami dari keterangan saksi dan barang bukti yang diamankan.
Namun dari penanganan sementara, kasus ini mengarah pada tindak pidana penganiayaan sebagaimana aturan dalam Pasal 76C Juncto Pasal 80 Ayat 1, Ayat 2, Ayat 3 Undang-Undang RI Nomor 35/2014 subsider Pasal 170 Ayat 2 Ke-3 KUHP.