Mataram (ANTARA) - Wahana Visi Indonesia (WVI), sebagai organisasi kemanusiaan Kristen tanpa membedakan suku, agama, ras, dan gender mengumumkan program Respons Gempa Bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat yang menyasar 173.466 korban secara resmi telah selesai.
"Program tanggap bencana yang dimulai sejak 31 Juli 2018 tersebut telah menjangkau sekitar 173.466 orang, dengan 78.416 di antaranya adalah anak-anak, di dua kabupaten dan empat kecamatan di Pulau Lombok," kata Response Manager Bencana Lombok, WVI, Samuel Situmorang, melalui keterangan resmi di Mataram, Senin.
Ia mengatakan intervensi bencana dilakukan oleh WVI di 23 desa yang mengalami dampak cukup berat akibat gempa bumi di Kabupaten Lombok Utara, dan Lombok Timur.
WVI mendistribusikan sebanyak 25.000 paket perlengkapan keluarga dan anak, membangun lebih dari 400 unit hunian tempat tinggal sementara dengan kamar mandi dan instalasi listrik, membangun fasilitas sanitasi dan kesehatan serta akses air bersih, hingga bantuan dana tunai.
WVI, lanjut Samuel, juga memberikan pendampingan psikososial melalui kegiatan Ruang Sahabat Anak, serta membagikan paket makanan dengan nutrisi khusus bayi dan anak.
Hasil evaluasi program tersebut, kata Angelina, mencatat sekitar 79.776 warga telah mendapatkan akses ke fasilitas sanitasi dan air bersih dan sekitar 4.426 orang mendapatkan manfaat dari program nutrisi dan kesehatan.
Program bantuan ekonomi dan dukungan makanan juga telah menjangkau 36.876 orang, dan 11.238 orang telah menerima manfaat bantuan pangan dan bangunan sementara.
"Di sektor perlindungan anak, sebanyak 20.148 orang telah mendapatkan manfaat dari program perlindungan anak dan sebanyak 19.684 anak telah mendapatkan akses ke program pendidikan," ujarnya.
Direktur Nasional & CEO Wahana Visi Indonesia, Angelina Theodora mengatakan keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kerja sama dari Pemerintah Provinsi NTB dan instansi-instansi terkait, serta dukungan para mitra, donor, dan sponsor.
"Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya terhadap WVI, sehingga bersama kita dapat berkontribusi bagi rehabilitasi kehidupan anak dan masyarakat yang terdampak gempa. Kami berharap semua kemitraan dan kolaborasi yang sudah kita bangun masih dapat terus kita lanjutkan melalui kehadiran program WVI di Lombok di tahun 2022 mendatang," kata Angelina.
Nur Aini, perwakilan dari masyarakat penerima manfaat program Respons Gempa Bumi Lombok mengaku ada banyak sekali manfaat yang didapatkan dari upaya pemberdayaan yang dilakukan WVI setelah bencana. Salah satunya, kata dia, melalui program Lenting dan pembentukan kelompok tani.
"Kami sangat bersyukur sekali dengan apa yang kami dapatkan dari program bantuan WVI. Kami sebagai ibu rumah tangga kini bisa membantu suami-suami dalam bertani," tutur Nur Aini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB H Sahdan, mengapresiasi WVI yang telah membantu penanggulangan bencana gempa bumi di Kabupaten Lombok Timur, dan Lombok Utara. Ia berharap bahwa kerja sama yang sudah terjalin dapat berlanjut pada 2022.
Menurut dia, dampak gempa bumi Lombok yang terjadi pada 2018 sampai saat ini masih terasa. Masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk memulihkan 100 persen dan membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.
"Program tanggap bencana yang dimulai sejak 31 Juli 2018 tersebut telah menjangkau sekitar 173.466 orang, dengan 78.416 di antaranya adalah anak-anak, di dua kabupaten dan empat kecamatan di Pulau Lombok," kata Response Manager Bencana Lombok, WVI, Samuel Situmorang, melalui keterangan resmi di Mataram, Senin.
Ia mengatakan intervensi bencana dilakukan oleh WVI di 23 desa yang mengalami dampak cukup berat akibat gempa bumi di Kabupaten Lombok Utara, dan Lombok Timur.
WVI mendistribusikan sebanyak 25.000 paket perlengkapan keluarga dan anak, membangun lebih dari 400 unit hunian tempat tinggal sementara dengan kamar mandi dan instalasi listrik, membangun fasilitas sanitasi dan kesehatan serta akses air bersih, hingga bantuan dana tunai.
WVI, lanjut Samuel, juga memberikan pendampingan psikososial melalui kegiatan Ruang Sahabat Anak, serta membagikan paket makanan dengan nutrisi khusus bayi dan anak.
Hasil evaluasi program tersebut, kata Angelina, mencatat sekitar 79.776 warga telah mendapatkan akses ke fasilitas sanitasi dan air bersih dan sekitar 4.426 orang mendapatkan manfaat dari program nutrisi dan kesehatan.
Program bantuan ekonomi dan dukungan makanan juga telah menjangkau 36.876 orang, dan 11.238 orang telah menerima manfaat bantuan pangan dan bangunan sementara.
"Di sektor perlindungan anak, sebanyak 20.148 orang telah mendapatkan manfaat dari program perlindungan anak dan sebanyak 19.684 anak telah mendapatkan akses ke program pendidikan," ujarnya.
Direktur Nasional & CEO Wahana Visi Indonesia, Angelina Theodora mengatakan keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kerja sama dari Pemerintah Provinsi NTB dan instansi-instansi terkait, serta dukungan para mitra, donor, dan sponsor.
"Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya terhadap WVI, sehingga bersama kita dapat berkontribusi bagi rehabilitasi kehidupan anak dan masyarakat yang terdampak gempa. Kami berharap semua kemitraan dan kolaborasi yang sudah kita bangun masih dapat terus kita lanjutkan melalui kehadiran program WVI di Lombok di tahun 2022 mendatang," kata Angelina.
Nur Aini, perwakilan dari masyarakat penerima manfaat program Respons Gempa Bumi Lombok mengaku ada banyak sekali manfaat yang didapatkan dari upaya pemberdayaan yang dilakukan WVI setelah bencana. Salah satunya, kata dia, melalui program Lenting dan pembentukan kelompok tani.
"Kami sangat bersyukur sekali dengan apa yang kami dapatkan dari program bantuan WVI. Kami sebagai ibu rumah tangga kini bisa membantu suami-suami dalam bertani," tutur Nur Aini.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB H Sahdan, mengapresiasi WVI yang telah membantu penanggulangan bencana gempa bumi di Kabupaten Lombok Timur, dan Lombok Utara. Ia berharap bahwa kerja sama yang sudah terjalin dapat berlanjut pada 2022.
Menurut dia, dampak gempa bumi Lombok yang terjadi pada 2018 sampai saat ini masih terasa. Masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk memulihkan 100 persen dan membutuhkan bantuan dari berbagai pihak.