Mataram (ANTARA) - Dinas Perindustrian (Disperin) Nusa Tenggara Barat bersama Bank NTB Syariah mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) untuk mengembangkan kopi kemasan (sachet) yang memiliki standar kualitas sehingga bisa diserap perhotelan dan rumah penginapan.
"Harapannya ke depan, kopi kita bisa berbentuk sachet dan bisa masuk ke dalam pasar hotel-hotel dan rumah penginapan (homestay). Apalagi di momen MotoGP, kebutuhan hotel dan homestay sangat tinggi, tentu itu peluang besar terserapnya pasar kopi olahan NTB," kata Kepala Disperin NTB Nuryanti, di Mataram, Kamis.
Hal itu dikatakan dalam diskusi membahas peluang pasar kopi kemasan sachet bersama Direktur Pembiayaan Bank NTB Syariah, Muhammad Usman, dan Kwadro, salah seorang pelaku industri kecil menengah (IKM) kopi.
Menurut Nuryanti, kualitas kopi NTB tidak kalah dengan daerah lain dan sudah diterima oleh pasar dalam dan luar negeri, namun masih dalam bentuk biji yang sudah dikupas.
Sementara pasar kopi olahan atau bubuk yang sudah dalam kemasan belum digarap oleh para pelaku IKM.
"IKM kita masih mengekspor kopi dalam bentuk biji green bean, itu sudah dikirim ke Korea, dan Kanada sebanyak empat kontainer pada 2021. Tahun ini, rencananya akan diekspor juga ke Turki," ujarnya.
Direktur Pembiayaan Bank NTB Syariah, Muhammad Usman, mengatakan untuk menciptakan kopi kemasan sachet tentu harus menggunakan biji kopi berkualitas agar rasanya bisa diterima pasar.
Selain itu, menurut dia, kopi sachet yang akan dikembangkan harus memiliki merek (brand) yang kuat agar mampu menarik minat orang untuk menikmatinya.
"Kita punya banyak merek kopi, tetapi tidak ada brand yang kuat. Oleh karena itu, kami berencana membangun perusahaan (holding) untuk menyatukan kopi-kopi NTB dengan satu brand utama, Kopi Lombok atau Kopi Tambora, misalnya," ucap Usman.
Bank NTB Syariah, kata dia, juga siap untuk memberikan dukungan bagi pelaku IKM kopi olahan, baik dalam bentuk dukungan pembiayaan maupun dukungan pelatihan pengolahan serta manajemen usaha.
"Harapannya ke depan, kopi kita bisa berbentuk sachet dan bisa masuk ke dalam pasar hotel-hotel dan rumah penginapan (homestay). Apalagi di momen MotoGP, kebutuhan hotel dan homestay sangat tinggi, tentu itu peluang besar terserapnya pasar kopi olahan NTB," kata Kepala Disperin NTB Nuryanti, di Mataram, Kamis.
Hal itu dikatakan dalam diskusi membahas peluang pasar kopi kemasan sachet bersama Direktur Pembiayaan Bank NTB Syariah, Muhammad Usman, dan Kwadro, salah seorang pelaku industri kecil menengah (IKM) kopi.
Menurut Nuryanti, kualitas kopi NTB tidak kalah dengan daerah lain dan sudah diterima oleh pasar dalam dan luar negeri, namun masih dalam bentuk biji yang sudah dikupas.
Sementara pasar kopi olahan atau bubuk yang sudah dalam kemasan belum digarap oleh para pelaku IKM.
"IKM kita masih mengekspor kopi dalam bentuk biji green bean, itu sudah dikirim ke Korea, dan Kanada sebanyak empat kontainer pada 2021. Tahun ini, rencananya akan diekspor juga ke Turki," ujarnya.
Direktur Pembiayaan Bank NTB Syariah, Muhammad Usman, mengatakan untuk menciptakan kopi kemasan sachet tentu harus menggunakan biji kopi berkualitas agar rasanya bisa diterima pasar.
Selain itu, menurut dia, kopi sachet yang akan dikembangkan harus memiliki merek (brand) yang kuat agar mampu menarik minat orang untuk menikmatinya.
"Kita punya banyak merek kopi, tetapi tidak ada brand yang kuat. Oleh karena itu, kami berencana membangun perusahaan (holding) untuk menyatukan kopi-kopi NTB dengan satu brand utama, Kopi Lombok atau Kopi Tambora, misalnya," ucap Usman.
Bank NTB Syariah, kata dia, juga siap untuk memberikan dukungan bagi pelaku IKM kopi olahan, baik dalam bentuk dukungan pembiayaan maupun dukungan pelatihan pengolahan serta manajemen usaha.