Mataram (ANTARA) - Nelayan di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram, tetap nekat melaut kendati cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari terakhir untuk memenuhi kebutuhan.
"Sebagian nelayan tetap melaut walaupun terjadi gelombang tinggi akibat cuaca ekstrem. Karena kami harus memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Syafi'i, nelayan di Bintaro Kota Mataram, di Mataram, Rabu (16/2).
Menurut Syafi'i, cuaca yang tidak menentu seperti angin kencang, dan badai di laut menjadi kendala bagi nelayan dalam proses menangkap ikan, sehingga bisa memakan waktu hingga delapan jam.
Jika kondisi arus gelombang membaik biasanya nelayan mendapatkan dua ribu ekor ikan tongkol, akan tetapi jika cuaca buruk maka hanya beberapa ekor yang nelayan dapatkan.
"Kurangnya pasokan ikan yang didapatkan kita saat ini menyebabkan ikan mahal, biasanya satu ikat yang beisi lima ekor ikan dihargai Rp7.000-10.000, namun sekarang mencapai Rp20.000-25.000," kata Syafi'i yang ditemui saat pulang melaut.
Di sisi lain, katanya, nelayan yang mempunyai kelompok akan mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan cara mengajukan proposal dan itupun beberapa tahun baru bisa keluar anggarannya.
"Sedangkan kami yang mempunyai kapal pribadi tidak mendapatkan bantuan," katanya.
Terkait dengan itu, para nelayan berharap pemerintah bisa memfasilitasi nelayan mendapatkan bantuan, serta memberikan izin untuk melaut dibeberapa tempat dan teluk lainnya yang arus ombaknya lebih kecil.
"Sebagian nelayan tetap melaut walaupun terjadi gelombang tinggi akibat cuaca ekstrem. Karena kami harus memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Syafi'i, nelayan di Bintaro Kota Mataram, di Mataram, Rabu (16/2).
Menurut Syafi'i, cuaca yang tidak menentu seperti angin kencang, dan badai di laut menjadi kendala bagi nelayan dalam proses menangkap ikan, sehingga bisa memakan waktu hingga delapan jam.
Jika kondisi arus gelombang membaik biasanya nelayan mendapatkan dua ribu ekor ikan tongkol, akan tetapi jika cuaca buruk maka hanya beberapa ekor yang nelayan dapatkan.
"Kurangnya pasokan ikan yang didapatkan kita saat ini menyebabkan ikan mahal, biasanya satu ikat yang beisi lima ekor ikan dihargai Rp7.000-10.000, namun sekarang mencapai Rp20.000-25.000," kata Syafi'i yang ditemui saat pulang melaut.
Di sisi lain, katanya, nelayan yang mempunyai kelompok akan mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan cara mengajukan proposal dan itupun beberapa tahun baru bisa keluar anggarannya.
"Sedangkan kami yang mempunyai kapal pribadi tidak mendapatkan bantuan," katanya.
Terkait dengan itu, para nelayan berharap pemerintah bisa memfasilitasi nelayan mendapatkan bantuan, serta memberikan izin untuk melaut dibeberapa tempat dan teluk lainnya yang arus ombaknya lebih kecil.