Mataram (ANTARA) - Sebanyak delapan orang warga Nusa Tenggara Barat mendaftar sebagai calon pekerja migran Indonesia melalui skema penempatan Special Placement to Taiwan (SP2T).
Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UPT BP2MI) NTB Abri Danar Prabawa, di Mataram, Rabu, mengatakan delapan orang warga NTB tersebut mengirim lamaran secara daring (online) pada dua perusahaan, yaitu PT Ho yu Textile Co.Ltd, dan Shinkong Textile Co.Ltd.
"Dari delapan orang yang melamar untuk jabatan operator, dua orang di antaranya telah mendapatkan jadwal untuk interview dari PT Ho yu Textile Co.Ltd, sedangkan enam orang lainnya masih menunggu jadwal dari pihak pengguna," katanya.
Ia mengatakan SP2T bukanlah satu-satunya skema penempatan kerja pekerja migran Indonesia ke Taiwan, tapi pemerintah juga memfasilitasi skema private to private (P to P).
Skema P to P merupakan pillihan lain untuk bekerja ke Taiwan pada sektor formal melalui 29 perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia (P3MI) yang memiliki surat izin perekrutan pekerja migran Indonesia (SIP2MI) ke Taiwan dengan jumlah keutuhan tenaga kerja sebanyak 851 orang dengan jabatan yang tersedia.
"Jadi peluang kerja keluar negeri sangat besar, khususnya di Taiwan," ujar Abri Danar.
Selama ini, menurut dia, warga NTB mayoritas bekerja di Malaysia, pada sektor perkebunan, sementara berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 tahun 2021 tentang Penetapan Negara Tujuan Penempatan Bagi Pekerja Migran Indonesia pada adaptasi kebiasaan baru bahwa negara Malaysia tidak termasuk negara yang telah dibuka.
Oleh sebab itu, Taiwan bisa menjadi salah satu pilihan untuk bekerja dengan jabatan yang lebih baik dan gaji yang relatif lebih besar.
Abri Danar menambahkan adanya dukungan yang besar bagi pekerja migran Indonesia asal NTB untuk dapat bekerja di luar negeri, khususnya sektor serta jabatan terampil dan bekerja secara prosedural.
"Sebab, pelindungan pekerja migran Indonesia menjadi prioritas BP2MI serta hasil kerja yang didapatkan akan mampu memberikan dampak yang besar dalam kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya," katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UPT BP2MI) NTB Abri Danar Prabawa, di Mataram, Rabu, mengatakan delapan orang warga NTB tersebut mengirim lamaran secara daring (online) pada dua perusahaan, yaitu PT Ho yu Textile Co.Ltd, dan Shinkong Textile Co.Ltd.
"Dari delapan orang yang melamar untuk jabatan operator, dua orang di antaranya telah mendapatkan jadwal untuk interview dari PT Ho yu Textile Co.Ltd, sedangkan enam orang lainnya masih menunggu jadwal dari pihak pengguna," katanya.
Ia mengatakan SP2T bukanlah satu-satunya skema penempatan kerja pekerja migran Indonesia ke Taiwan, tapi pemerintah juga memfasilitasi skema private to private (P to P).
Skema P to P merupakan pillihan lain untuk bekerja ke Taiwan pada sektor formal melalui 29 perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia (P3MI) yang memiliki surat izin perekrutan pekerja migran Indonesia (SIP2MI) ke Taiwan dengan jumlah keutuhan tenaga kerja sebanyak 851 orang dengan jabatan yang tersedia.
"Jadi peluang kerja keluar negeri sangat besar, khususnya di Taiwan," ujar Abri Danar.
Selama ini, menurut dia, warga NTB mayoritas bekerja di Malaysia, pada sektor perkebunan, sementara berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 tahun 2021 tentang Penetapan Negara Tujuan Penempatan Bagi Pekerja Migran Indonesia pada adaptasi kebiasaan baru bahwa negara Malaysia tidak termasuk negara yang telah dibuka.
Oleh sebab itu, Taiwan bisa menjadi salah satu pilihan untuk bekerja dengan jabatan yang lebih baik dan gaji yang relatif lebih besar.
Abri Danar menambahkan adanya dukungan yang besar bagi pekerja migran Indonesia asal NTB untuk dapat bekerja di luar negeri, khususnya sektor serta jabatan terampil dan bekerja secara prosedural.
"Sebab, pelindungan pekerja migran Indonesia menjadi prioritas BP2MI serta hasil kerja yang didapatkan akan mampu memberikan dampak yang besar dalam kesejahteraan bagi pekerja dan keluarganya," katanya.