Jakarta (ANTARA) - David Williams, pria asal suku Wakka Wakka Australia yang juga merupakan pemain alat musik didgeridoo, menyambangi Ibu Kota Jakarta untuk mempromosikan budaya suku asli (indegenous) Australia melalui penampilan bermusik dan acara bincang-bincang.
Dalam konferensi pers yang digelar sebelum berlangsungnya acara tersebut di Jakarta pada Selasa, Williams mengatakan bahwa ia datang ke Indonesia dengan membawa misi pertukaran budaya melalui musik serta platform seni lainnya seperti desain.
Kedatangannya ke Indonesia, yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta, diselenggarakan untuk merayakan pekan National Aborigines and Islanders Day Observance Committee/NAIDOC) dari 3 hingga 8 Juli mendatang.
Baca juga: Sandiaga mendorong pemusik dalam negeri "naik kelas"
“Saya rasa ini adalah soal pertukaran budaya, Australia memiliki banyak kepentingan di Indonesia dan peran saya, melalui undangan Kedubes Australia dan DFAT adalah untuk memperkuat hubungan kebudayaan dalam proses ini,” ujarnya.
Williams merupakan seniman dan musisi tradisional dari suku Wakka Wakka di Australia. Selain untuk mempromosikan musik dari suku asli Aborigin dan alat musik Didgeridoo, dia juga membawa pesan pentingnya melestarikan budaya tradisional, terutama di tengah laju globalisasi.
“Tentu saja generasi untuk generasi masa depan akan terdapat banyak disrupsi, tetapi ini juga adalah soal menggunakan teknologi untuk menghubungkan masyarakat dengan budaya,” katanya.
Williams adalah salah satu pendiri dan Direktur Eksekutif agensi kreatif Gilimbaa dengan jejak rekam di kancah internasional Dia merupakan musisi didgeridoo ternama yang telah sempat bekerja sama dengan pelaku seni internasional seperti Michael Buble. Didgeridoo adalah alat musik tiup yang berasal dari suku orang asli Australia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Musisi 'didgeridoo' promosikan budaya Aborigin di Indonesia