Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G.Plate mengatakan tiga isu prioritas yang diusung Kelompok Kerja Ekonomi Digital (DEWG) Group of Twenty (G20) antara lain konektivitas dan pemulihan pascapandemi, kecakapan dan literasi digital, serta arus data lintas negara, telah merefleksikan visi untuk menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan, berdaya, dan inklusif.
Meski masa depan terkait teknologi tampak menjanjikan, Johnny mengingatkan bahwa ekosistem digital bagaikan pisau bermata dua. Saat ini hanya sekitar 20 persen masyarakat di negara-negara berkembang yang dapat mengakses internet, sementara kesenjangan gender dalam dunia digital juga masih terjadi di seluruh dunia.
“Tanpa upaya serius untuk menjembatani kesenjangan ini, bagaimana kita akan menghadapi digitalisasi yang lebih maju bagi mereka yang berada di tengah pandemi dan situasi geopolitik yang mendisrupsi rantai pasok makanan dan suplai energi yang semakin menambah berat perjuangan ekonomi,” kata Johnny dalam acara "B20-G20 Dialogue: Digitalization Task Force" yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan penggunaan teknologi digital di seluruh dunia saat ini menjadi semakin penting. Dalam konteks pasar global, digitalisasi akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun mendatang yang diprediksikan bertumbuh dari sekitar 520 miliar dolar AS pada 2021 menjadi 1,2 triliun dolar AS pada 2026.
Baca juga: DEWG berkomiten memajukan ekonomi digital lintas sektor
Diprediksikan juga bahwa 70 persen dari penciptaan nilai ekonomi baru akan didasarkan pada model bisnis digital pada 2030 mendatang. Model bisnis tersebut, ujar Johnny, dalam waktu dekat akan menggunakan teknologi-teknologi baru, seperti mobil tanpa pengemudi, penguatan portabilitas identitas digital melalui Web 5.0, dan sebagainya.
Selain diskusi tiga isu prioritas tersebut, G20 akan mendiskusikan dukungan atas kehidupan yang lebih baik untuk seluruh dunia. Johnny menegaskan bahwa DEWG juga akan membahasnya secara serius. “Inilah alasan mengapa DEWG mendukung implementasi desa pintar (smart village) dan pulau pintar (smart island),” ujarnya.
Johnny mengatakan pihaknya juga mendukung inisiatif yang diajukan oleh International Telecommunication Union (ITU) dan G20 Digital Innovative Network, yang keduanya bertujuan untuk memajukan digitalisasi dan inovasi digital dalam persoalan-persoalan di kehidupan nyata.
“Karena forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global bertujuan untuk menghasilkan suatu rekomendasi kebijakan antara inisiatif-inisiatif keamanan digital, identitas digital, dan inisiatif lain dalam gugus tugas digitalisasi, semua isu itu penting bagi DEWG,” katanya.
Baca juga: Indonesia dorong pemerataan konektivitas digital seluruh dunia
Baca juga: Atraksi gendang beleq mengiringi pertemuan pertama DEWG G20 di Lombok
Ia mengatakan pihaknya sangat mendukung kolaborasi lanjutan dalam ekonomi digital, terutama G20 Digital Innovative Network, desa pintar, dan pulau pintar dengan B20 untuk mengamplifikasi kerja-kerja G20. “Saya percaya bahwa dialog kita hari ini akan sangat bermanfaat bagi ekosistem digital kita di masa depan dan saya percaya kita bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat,” kata Johnny.
Meski masa depan terkait teknologi tampak menjanjikan, Johnny mengingatkan bahwa ekosistem digital bagaikan pisau bermata dua. Saat ini hanya sekitar 20 persen masyarakat di negara-negara berkembang yang dapat mengakses internet, sementara kesenjangan gender dalam dunia digital juga masih terjadi di seluruh dunia.
“Tanpa upaya serius untuk menjembatani kesenjangan ini, bagaimana kita akan menghadapi digitalisasi yang lebih maju bagi mereka yang berada di tengah pandemi dan situasi geopolitik yang mendisrupsi rantai pasok makanan dan suplai energi yang semakin menambah berat perjuangan ekonomi,” kata Johnny dalam acara "B20-G20 Dialogue: Digitalization Task Force" yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan penggunaan teknologi digital di seluruh dunia saat ini menjadi semakin penting. Dalam konteks pasar global, digitalisasi akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun mendatang yang diprediksikan bertumbuh dari sekitar 520 miliar dolar AS pada 2021 menjadi 1,2 triliun dolar AS pada 2026.
Baca juga: DEWG berkomiten memajukan ekonomi digital lintas sektor
Diprediksikan juga bahwa 70 persen dari penciptaan nilai ekonomi baru akan didasarkan pada model bisnis digital pada 2030 mendatang. Model bisnis tersebut, ujar Johnny, dalam waktu dekat akan menggunakan teknologi-teknologi baru, seperti mobil tanpa pengemudi, penguatan portabilitas identitas digital melalui Web 5.0, dan sebagainya.
Selain diskusi tiga isu prioritas tersebut, G20 akan mendiskusikan dukungan atas kehidupan yang lebih baik untuk seluruh dunia. Johnny menegaskan bahwa DEWG juga akan membahasnya secara serius. “Inilah alasan mengapa DEWG mendukung implementasi desa pintar (smart village) dan pulau pintar (smart island),” ujarnya.
Johnny mengatakan pihaknya juga mendukung inisiatif yang diajukan oleh International Telecommunication Union (ITU) dan G20 Digital Innovative Network, yang keduanya bertujuan untuk memajukan digitalisasi dan inovasi digital dalam persoalan-persoalan di kehidupan nyata.
“Karena forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global bertujuan untuk menghasilkan suatu rekomendasi kebijakan antara inisiatif-inisiatif keamanan digital, identitas digital, dan inisiatif lain dalam gugus tugas digitalisasi, semua isu itu penting bagi DEWG,” katanya.
Baca juga: Indonesia dorong pemerataan konektivitas digital seluruh dunia
Baca juga: Atraksi gendang beleq mengiringi pertemuan pertama DEWG G20 di Lombok
Ia mengatakan pihaknya sangat mendukung kolaborasi lanjutan dalam ekonomi digital, terutama G20 Digital Innovative Network, desa pintar, dan pulau pintar dengan B20 untuk mengamplifikasi kerja-kerja G20. “Saya percaya bahwa dialog kita hari ini akan sangat bermanfaat bagi ekosistem digital kita di masa depan dan saya percaya kita bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat,” kata Johnny.