Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama asosiasi dan industri pariwisata mendesak pemerintah pusat untuk mencari solusi menurunkan harga tiket pesawat karena dinilai berdampak pada menurunnya minat wisatawan berkunjung ke destinasi wisata.

Kepala Dinas Pariwisata NTB, Yusron Hadi mengatakan desakan asosiasi dan pelaku wisata ini disampaikan pada saat pertemuan dengan pihak maskapai dan Angkasa Pura I.

"Pihak perhotelan dan kita berharap agar harga tiket ini bisa segera normal kembali terlebih saat mendatang kita akan menjadi tuan rumah kembali berbagai kegiatan nasional dan internasional termasuk beberapa kegiatan pariwisata lainnya," ujarnya saat dihubungi melalui telepon dari Mataram, Rabu.

Ia mengatakan dalam pertemuan pihak maskapai, pengelola bandara dan asosiasi dan industri pariwisata tersebut. Pihak maskapai menjelaskan bahwa naiknya harga tiket disebabkan beberapa hal di antaranya, naiknya harga avtur, nilai tukar rupiah, pesawat yang masih "grounded" dari saat pandemi COVID-19 dan kenaikan airport tax.

"Kenaikan avtur mungkin karena pengaruh perang Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan. Sedangkan nilai tukar rupiah yang terimbas situasi inflasi global," ucap Yusron Hadi.

"Kalau dari pihak Angkasa Pura menyampaikan bahwa kenaikan airport tax masih dalam batas yang wajar untuk menutupi berbagai pengeluaran pengembangan bandara, biaya operasional dan lainnya," sambungnya.

Namun demikian, mengingat kewenangan tersebut ada di tangan pemerintah pusat, pihaknya akan segera bersurat ke pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan dan lembaga terkait untuk membantu solusi dari persoalan tersebut.

"Kita ingin juga untuk bisa mempromosikan pariwisata melalui maskapai penerbangan yang ada, mungkin cara ini juga bisa menekan supaya harga tiket bisa turun. Hal yang satu ini masih kita perjuangkan," terang mantan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan NTB ini.

Selain Kementerian Perhubungan, pihaknya juga akan bersurat kepada Kementerian ESDM tentu saja kaitan dengan harga avtur dan ditembuskan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

"Tadi juga pihak asosiasi perhotelan juga akan menyampaikan hal serupa ke asosiasi nasional mereka di Jakarta. Karena akibat melonjaknya harga tiket pesawat ada beberapa penumpang yang sedianya akan berkunjung melakukan melakukan pembatalan penerbangan. Tetapi kita juga tetap berpesan harga kamar hotel jangan buru-buru naik juga tetap bersabar dengan situasi saat ini," katanya.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) NTB, Dewantoro Umbu Joka mengakui mahalnya harga tiket pesawat di tanah air.

"Harga tiket pesawat ini naiknya sudah cukup tinggi," ujarnya.

Ia menilai naiknya harga tiket pesawat ini menghambat kebangkitan pariwisata setelah dua tahun harus terhenti akibat pandemi COVID-19.

"Kami mendesak Pemprov NTB, turun tangan mengatasi tingginya harga tiket pesawat ini," kata Umbu Joka.

Umbu menegaskan tingginya harga tiket pesawat tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kembali sektor pariwisata di tengah melandai-nya kasus pandemi COVID-19.

"Harga tiket pesawat ke Lombok sudah enggak masuk akal. Kalau dibiarkan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Karena wisatawan akan berpikir ulang berwisata ke Lombok," katanya.

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024