Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Robbert Dijkgraaf mengatakan kolaborasi global dan investasi di bidang riset dan ilmu pengetahuan menjadi kunci penting untuk dunia lebih siap menghadapi kemungkinan pandemi di masa depan.
"Ini adalah salah satu momen (pandemi COVID-19) yang saya pikir dunia belajar bahwa kita harus berkolaborasi, kita membutuhkan upaya global dalam sains untuk mengatasi pandemi," kata Menteri Robbert dalam konferensi pers di Gedung BJ Habibie Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Kamis.
Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun belakangan memberikan pelajaran penting bagaimana kolaborasi dan kerja sama dunia menjadi modal kekuatan untuk melawan pandemi secara bersama dan gotong royong.
Baca juga: Kemendikbudristek sebut pandemi COVID-19 perparah krisis pembelajaran
Menteri Robbert menuturkan pengalaman dramatis dunia menghadapi pandemi COVID-19 harus menjadi salah satu alasan utama bahwa dunia perlu berkolaborasi dan mampu melakukan upaya yang lebih baik lagi.
"Kita hanya bisa membuat dunia aman apabila setiap negara aman. Saya pikir itu sebabnya kita perlu berinvestasi dalam teknologi, kita perlu menginvestasikan pengetahuan dan juga perlu berinvestasi pada generasi berikutnya untuk membantu mengatasi tantangan ini," ujarnya.
Pandemi COVID-19 telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan hasil riset dan ilmu pengetahuan secara besar dan cepat di antara ilmuwan untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Namun, jika ingin bersiap untuk kemungkinan pandemi berikutnya, Menteri Robbert mengatakan perlu membuat skema pemantauan di seluruh dunia, dan Indonesia menjadi unsur penting dalam hal itu.
Baca juga: Kemendikbudristek minta warga gunakan produk lokal
"Saya harap kita dapat mengambil pelajaran dari dua tahun terakhir atau setidaknya kita telah memiliki kemajuan nyata dalam hal berbagi data, berbagi pengetahuan, tetapi yang jelas kita dapat melakukan jauh lebih baik lagi," tuturnya.
Sementara Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan ke depan masih perlu melakukan banyak penelitian tidak hanya terkait COVID-19 tetapi juga penyakit lain yang potensial muncul di masa depan.
Handoko menuturkan Indonesia juga akan fokus melakukan riset terkait beberapa penyakit spesifik dan penyakit endemik yang masih menjadi permasalahan kesehatan di Tanah Air, seperti tuberkulosis yang saat ini masih belum ada vaksinnya.
Baca juga: Mendikbudristek dorong Pancasila membumi lewat Kurikulum Merdeka
"Sangat penting untuk meningkatkan kapasitas dan potensi kita untuk mengembangkan obat dan vaksin sendiri tidak hanya untuk COVID-19 tapi juga penyakit yang ada di sini di Indonesia," ujarnya.
"Ini adalah salah satu momen (pandemi COVID-19) yang saya pikir dunia belajar bahwa kita harus berkolaborasi, kita membutuhkan upaya global dalam sains untuk mengatasi pandemi," kata Menteri Robbert dalam konferensi pers di Gedung BJ Habibie Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Kamis.
Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun belakangan memberikan pelajaran penting bagaimana kolaborasi dan kerja sama dunia menjadi modal kekuatan untuk melawan pandemi secara bersama dan gotong royong.
Baca juga: Kemendikbudristek sebut pandemi COVID-19 perparah krisis pembelajaran
Menteri Robbert menuturkan pengalaman dramatis dunia menghadapi pandemi COVID-19 harus menjadi salah satu alasan utama bahwa dunia perlu berkolaborasi dan mampu melakukan upaya yang lebih baik lagi.
"Kita hanya bisa membuat dunia aman apabila setiap negara aman. Saya pikir itu sebabnya kita perlu berinvestasi dalam teknologi, kita perlu menginvestasikan pengetahuan dan juga perlu berinvestasi pada generasi berikutnya untuk membantu mengatasi tantangan ini," ujarnya.
Pandemi COVID-19 telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan hasil riset dan ilmu pengetahuan secara besar dan cepat di antara ilmuwan untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Namun, jika ingin bersiap untuk kemungkinan pandemi berikutnya, Menteri Robbert mengatakan perlu membuat skema pemantauan di seluruh dunia, dan Indonesia menjadi unsur penting dalam hal itu.
Baca juga: Kemendikbudristek minta warga gunakan produk lokal
"Saya harap kita dapat mengambil pelajaran dari dua tahun terakhir atau setidaknya kita telah memiliki kemajuan nyata dalam hal berbagi data, berbagi pengetahuan, tetapi yang jelas kita dapat melakukan jauh lebih baik lagi," tuturnya.
Sementara Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan ke depan masih perlu melakukan banyak penelitian tidak hanya terkait COVID-19 tetapi juga penyakit lain yang potensial muncul di masa depan.
Handoko menuturkan Indonesia juga akan fokus melakukan riset terkait beberapa penyakit spesifik dan penyakit endemik yang masih menjadi permasalahan kesehatan di Tanah Air, seperti tuberkulosis yang saat ini masih belum ada vaksinnya.
Baca juga: Mendikbudristek dorong Pancasila membumi lewat Kurikulum Merdeka
"Sangat penting untuk meningkatkan kapasitas dan potensi kita untuk mengembangkan obat dan vaksin sendiri tidak hanya untuk COVID-19 tapi juga penyakit yang ada di sini di Indonesia," ujarnya.