Jakarta (ANTARA) -
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, ketika menyoroti dinamika politik yang kerap membahas isu capres dan cawapres serta koalisi untuk Pilpres 2024, menegaskan bahwa sosok pemimpin harus memiliki prestasi.
Menurut Hasto, sebelum berbicara soal penjodohan capres-cawapres, harus mengetahui soal rekam jejak prestasi sosok pemimpin tersebut. "Ada (yang) menjodoh-jodohkan (capres-cawapres), lalu kami bertanya mereka yang menjodohkan itu, harusnya juga memahami apa prestasinya," kata Hasto pada pelantikan pengurus DPD Taruna Merah Putih (TMP) di Kantor DPD PDIP DKI Jakarta, Tebet, Jakarta, Jumat.
"Ibu Mega legacy-nya jelas sebagai pemimpin yang berani membela kedaulatan bangsa lain ketika Amerika Serikat melakukan aksi bilateral terhadap Irak. Banyak pemimpin yang diam, tapi Bu Mega berani mengatakan membela Irak. Karena Irak adalah bangsa yang merdeka," ucap Hasto dalam siaran persnya.
Lalu, Hasto menyebut Megawati berhasil menghasilkan Pemilu 2004 yang sangat demokratis, yang mana tidak ada penggunaan instrumen hukum untuk meningkatkan elektoral suatu partai.
Kaya kader berprestasi
Hasto kemudian menyebut sederet kader PDIP yang tengah dipersiapkan menjadi calon pemimpin masa depan. "Mbak Puan juga seperti itu, beliau persiapkan, Mas Prananda ideologi dipersiapkan, Bu Risma dipersiapkan, Pak Ganjar dipersiapkan sehingga PDI Perjuangan itu begitu kaya dengan pemimpin-pemimpin muda yang semuanya berdisiplin pada arahan Ibu Mega," kata Hasto.
"Jadi, misalnya ada yang mengusulkan, wah ini dari PDI Perjuangan, prestasinya jelas, kinerjanya jelas, bisa dipertanggungjawabkan, rekam jejaknya jelas, bibit, bobot, bebet-nya," tuturnya.
Bergerak ke bawah
"Belum selesai pandemi sudah ada krisis pangan. Pendidikan masih tantangan riil kita. Perguruan tinggi kita masih kalah sama Singapura dan Malaysia. Ini tantangan kita," ujar insinyur lulusan UGM tersebut.
Baca juga: PDI Perjuangan NTB menyampaikan belasungkawa wafatnya Tjahjo Kumolo
Baca juga: Megawati perintahkan fraksi PDI Perjuangan turun ke masyarakat
Hasto mengatakan saat ini terkesan ada kekuatan yang ingin mendorong agar setiap hari berbicara capres, berbicara tentang kerja sama antarpartai politik. Dia pun mengungkapkan bahwa di jajaran DPP PDIP banyak tokoh yang sarat akan prestasi.
Ia pun mencontohkan bagaimana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memiliki rekam jejak prestasi yang terbukti. Saat menjadi Presiden ke-5 RI, Megawati berhasil menyelesaikan krisis multidimensi pada tahun 2004.
"Ibu Mega legacy-nya jelas sebagai pemimpin yang berani membela kedaulatan bangsa lain ketika Amerika Serikat melakukan aksi bilateral terhadap Irak. Banyak pemimpin yang diam, tapi Bu Mega berani mengatakan membela Irak. Karena Irak adalah bangsa yang merdeka," ucap Hasto dalam siaran persnya.
Lalu, Hasto menyebut Megawati berhasil menghasilkan Pemilu 2004 yang sangat demokratis, yang mana tidak ada penggunaan instrumen hukum untuk meningkatkan elektoral suatu partai.
Kaya kader berprestasi
Kemudian, Hasto mengatakan sosok Prananda Prabowo yang menegaskan kekuatan ideologi PDIP lewat dedication of life Bung Karno dengan panji-panji kehormatan partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Ia juga membeberkan prestasi Puan Maharani, mulai dari Ketua Fraksi PDIP di DPR RI hingga mengemban tugas sebagai perempuan pertama Ketua DPR RI. Puan juga pernah menjabat Menko PMK dan tak berhenti di tengah jalan hanya demi memegang jabatan lain.
"PDIP kaya dengan kader berprestasi dan sudah teruji," kata politikus asal Yogyakarta. Dia menyebutkan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mantan Bupati Banyuwangi dua periode Abdullah Azwar Anas, hingga Djarot Saiful Hidayat.
Hasto kemudian menyebut sederet kader PDIP yang tengah dipersiapkan menjadi calon pemimpin masa depan. "Mbak Puan juga seperti itu, beliau persiapkan, Mas Prananda ideologi dipersiapkan, Bu Risma dipersiapkan, Pak Ganjar dipersiapkan sehingga PDI Perjuangan itu begitu kaya dengan pemimpin-pemimpin muda yang semuanya berdisiplin pada arahan Ibu Mega," kata Hasto.
"Jadi, misalnya ada yang mengusulkan, wah ini dari PDI Perjuangan, prestasinya jelas, kinerjanya jelas, bisa dipertanggungjawabkan, rekam jejaknya jelas, bibit, bobot, bebet-nya," tuturnya.
Bergerak ke bawah
Namun demikian, Hasto menekankan bahwa saat ini PDIP tak terlalu memikirkan nama capres-cawapres karena skala prioritas bagi PDIP saat ini adalah bergerak ke bawah. Saat ini dunia sedang menghadapi krisis dan setiap bagian dunia terkoneksi, Indonesia bisa terkena dampaknya sehingga rakyat harus diperkuat. Itulah skala prioritas terpenting saat ini.
"Belum selesai pandemi sudah ada krisis pangan. Pendidikan masih tantangan riil kita. Perguruan tinggi kita masih kalah sama Singapura dan Malaysia. Ini tantangan kita," ujar insinyur lulusan UGM tersebut.
Baca juga: PDI Perjuangan NTB menyampaikan belasungkawa wafatnya Tjahjo Kumolo
Baca juga: Megawati perintahkan fraksi PDI Perjuangan turun ke masyarakat
PDIP terus mendorong Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dengan konsepsi Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. "Pekerjaan rumah Pak Nadiem sangat berat karena mewarisi berbagai persoalan pendidikan yang sistemik sejak jaman orde baru," tegas Hasto.
Dia pun tidak yakin bila seorang capres ditetapkan sekarang maka kualitasnya akan langsung berubah jadi baik. "Ketika capres ditetapkan (parpol, red), misal hari ini, sementara KPU melakukan penetapan tahun depan, apakah 6-8 bulan ini akan mengubah kualitas seseorang calon itu? Tidak. Sebab kualitas ditentukan oleh kualitas gemblengan dan kaderisasinya. Bahkan nabi harus digembleng. Maka skala prioritas sekarang, turun ke tengah rakyat, apa berprestasi di tengah rakyat, rakyat akan apresiasi. Maka mari lomba kinerja," papar Hasto.