Yokohama (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi menilai Indonesia dan Jepang dapat saling belajar dan bertukar pengalaman terkait keberagaman etnis, suku, dan budaya antarkedua negara.

“Saya kira banyak hal yang bisa kita pelajari dari Jepang dan saling bertukar pengalaman,” kata Heri dalam sambutannya pada ajang “Indonesia Diversity Festival: A Million Colours” di Yokohama, Sabtu.

Menurut dia, hubungan Indonesia dan Jepang bukan hanya terpaut masalah politik dan ekonomi melainkan juga budaya, kemanusiaan dan lingkungan hidup. “Karena itu, sebaik-baiknya hubungan keluarga besar adalah hubungan antara masyarakatnya secara langsung,” katanya.
 

Heri menuturkan Indonesia memiliki kekayaan alam dan etnis budaya yang demikian besar dengan 1.300 kelompok etnis dan sekitar 600 bahasa lokal meskipun beberapa bahasa di antaranya sudah punah.

Pertunjukan marawis dengan menggunakan Bahasa Jepang pada ajang “Indonesia Diversity Festival: A Million Colours” di Yokohama, Sabtu (30/7). (ANTARA/ Juwita Trisna Rahayu)

Sementara itu, menurut dia, Jepang jika dilihat dari ujung Utara di Hokkaido hingga ujung Selatan di Okinawa, sebagian besar berasal dari suku Jomon di era Jomon sekitar 14.000 sebelum masehi.

“Namun, sekarang ini kalau kita mengunjungi berbagai daerah mulai dari Hokkaido sampai ke Okinawa, hampir semua daerah, termasuk desa-desa kecil memiliki kekhasan budaya yang sangat dipelihara termasuk jenis-jenis makanan yang ada di daerah itu,” katanya.

Baca juga: Dubes RI melepas kepulangan kloter 3 Tim Paralimpiade Indonesia

Bukan hanya makanan khas daerah di Jepang, Heri menyebutkan kekhasan juga ditemukan dalam teknik pembuatan kain hingga lebih dari 1.000 teknik.

“Itu sesungguhnya serupa juga dengan yang ada di Indonesia. Tidak hanya Bali yang memiliki metode dalam membuat kain secara khusus, termasuk mulai dari Aceh sampai Papua,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, kain tenun grinsing dari Bali dan kain tradisional gasuri dari Fukuoka dipertemukan karena sama-sama dibuat dengan teknik ikat ganda. Di samping kekayaan alam dan kebudayaan, Heri mengatakan Indonesia memiliki tantangan, yakni membangun persatuan.

Menurut dia, kebangsaan Indonesia tidak dibangun atas etnis tertentu, minoritas atau mayoritas tetapi dibangun atas dasar sistem ketatanegaraan yang berbasis pada kewarganegaraan.

“itu sangat penting yang harus kita tekankan. Menjadi warga negara Indonesia tidak perlu ditanyakan lagi sukunya apa, bahasa daerahnya apa, termasuk agamanya apa. Dengan basis ketatanegaraan seperti ini, kita dapat terus memelihara kebinekaan masyarakat Indonesia dan akan menjadi kekayaan dari bangsa kita, kita bawa ke seluruh dunia,” katanya.
 



 


Pewarta : Juwita Trisna Rahayu
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024