Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Tiga ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Beleka, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) rusak parah, sehingga siswa terpaksa belajar di ruang perpustakaan.
"Dari enam ruang kelas, tiga ruangan dalam kondisi rusak, termasuk ruangan guru," kata Kepala Sekolah SDN Beleka, Sukarman di kantornya di Praya, Kamis.
Tiga ruangan kelas itu mulai rusak sejak gempa bumi terjadi di 2018, sehingga bagian atas ruangan kelas nyaris ambruk. Selain itu, plafon ruangan juga telah rusak, sehingga proses kegiatan belajar cukup terganggu.
"Kalau digunakan kita was-was. Takut ambruk, sehingga tidak digunakan untuk belajar," katanya.
Renovasi ruangan kelas tersebut pernah dilakukan di 2009, namun tidak untuk pembangunan tembok, melainkan konstruksi bagian atap, sehingga kondisi bangunannya saat ini rusak.
"Dari tiga ruang kelas yang rusak, satu cukup parah, dua rusak ringan. Jumlah siswa 90 orang dari kelas 1 hingga kelas VI," katanya.
Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah daerah untuk segera memperbaiki ruangan kelas yang rusak tersebut, karena bangunan sekolah itu merupakan bangunan lama.
"Pernah ada konsultan datang, akan diperbaiki 2020. Namun, sampai saat ini belum direalisasikan," katanya.
Ketua Komite SDN Beleka, Justadi selaku orang tua wali murid berharap kepada pemerintah segera memperbaiki ruangan kelas tersebut agar tidak terjadi korban ketika digunakan untuk belajar.
"Sekolah lain bangunannya cukup bagus. Kita berharap sekolah ini juga diperbaiki," katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Lombok Tengah, Makbul mengatakan, jumlah sekolah yang rusak baik berat maupun ringan di Lombok Tengah mencapai 120 sekolah dari 625 sekolah negeri maupun swasta.
Perbaikan sekolah yang rusak tersebut dilakukan secara bertahap, sesuai dengan anggaran dan kondisi sekolah tersebut.
"Perbaikan dilakukan secara bertahap," katanya.
Untuk menyelesaikan sarana dan prasarana sekolah yang rusak tersebut memang harus dilakukan secara global. Namun, kondisi anggaran yang tidak memungkinkan, sehingga harus dilaksanakan secara bertahap.
"Anggaran pemerintah masih terbatas, sehingga perbaikan dilakukan secara bertahap," katanya.
"Dari enam ruang kelas, tiga ruangan dalam kondisi rusak, termasuk ruangan guru," kata Kepala Sekolah SDN Beleka, Sukarman di kantornya di Praya, Kamis.
Tiga ruangan kelas itu mulai rusak sejak gempa bumi terjadi di 2018, sehingga bagian atas ruangan kelas nyaris ambruk. Selain itu, plafon ruangan juga telah rusak, sehingga proses kegiatan belajar cukup terganggu.
"Kalau digunakan kita was-was. Takut ambruk, sehingga tidak digunakan untuk belajar," katanya.
Renovasi ruangan kelas tersebut pernah dilakukan di 2009, namun tidak untuk pembangunan tembok, melainkan konstruksi bagian atap, sehingga kondisi bangunannya saat ini rusak.
"Dari tiga ruang kelas yang rusak, satu cukup parah, dua rusak ringan. Jumlah siswa 90 orang dari kelas 1 hingga kelas VI," katanya.
Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah daerah untuk segera memperbaiki ruangan kelas yang rusak tersebut, karena bangunan sekolah itu merupakan bangunan lama.
"Pernah ada konsultan datang, akan diperbaiki 2020. Namun, sampai saat ini belum direalisasikan," katanya.
Ketua Komite SDN Beleka, Justadi selaku orang tua wali murid berharap kepada pemerintah segera memperbaiki ruangan kelas tersebut agar tidak terjadi korban ketika digunakan untuk belajar.
"Sekolah lain bangunannya cukup bagus. Kita berharap sekolah ini juga diperbaiki," katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Lombok Tengah, Makbul mengatakan, jumlah sekolah yang rusak baik berat maupun ringan di Lombok Tengah mencapai 120 sekolah dari 625 sekolah negeri maupun swasta.
Perbaikan sekolah yang rusak tersebut dilakukan secara bertahap, sesuai dengan anggaran dan kondisi sekolah tersebut.
"Perbaikan dilakukan secara bertahap," katanya.
Untuk menyelesaikan sarana dan prasarana sekolah yang rusak tersebut memang harus dilakukan secara global. Namun, kondisi anggaran yang tidak memungkinkan, sehingga harus dilaksanakan secara bertahap.
"Anggaran pemerintah masih terbatas, sehingga perbaikan dilakukan secara bertahap," katanya.