Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto mengajak seluruh pihak untuk memberikan dukungan demi mendorong pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi.
"Tanggung jawab bersama terhadap rendahnya angka menyusui masih kurang, biasanya kita hanya melemparkan tanggung jawab tersebut hanya kepada ibu. Padahal si ibu untuk menyusui eksklusif sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya," kata Ketua Satgas ASI IDAI Naomi berbicara pada seminar media virtual dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia diikuti dari Jakarta, Sabtu.
Untuk itu, kata dia, dalam Pekan Menyusui Sedunia 2022 diusung kampanye untuk mendorong "warm chain" sebuah istilah merujuk seluruh elemen masyarakat yang bergandengan tangan membentuk rantai untuk mendukung ibu yang menyusui.
Baca juga: Tingkatkan capaian target global pemberian ASI eksklusif anak RI
Menurut dia, dukungan untuk mendorong menyusui membutuhkan peran berbagai pemangku kepentingan dari dokter, konselor, pembuat kebijakan, pengusaha, media, dan anggota keluarga. "Konseling, edukasi, dukungan menyusui ini dengan manajemen laktasi yang baik dapat meningkatkan ASI eksklusif sampai 50 persen," kata Kepala Departemen Pediatri Universitas Tarumanegara itu.
Selain itu, beberapa contoh "warm chain" lain yang dapat mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif seperti intervensi untuk menyediakan konseling sebelum dan sesudah kelahiran, kebijakan cuti melahirkan efektif serta investasi untuk mendukung pemberian ASI eksklusif.
Baca juga: Pemberian ASI optimalkan tumbuh kembang anak
"Pemberian ASI eksklusif terutama dalam enam bulan pertama penting dilakukan karena tidak hanya berperan dalam pencegahan stunting tetapi juga memberikan perlindungan antibodi sebagai imunisasi pertama yang diterima oleh bayi," katanya.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso juga menyoroti pentingnya dukungan dari keluarga diberikan kepada ibu yang menyusui, salah satunya ketika ASI belum lancar keluar beberapa waktu setelah melahirkan.
Dia juga mengingatkan kepada tenaga kesehatan untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif sebagai prioritas. "Kuncinya adalah kesabaran semua pihak pada hari-hari pertama kehidupan bayi. Karena di situ kalau sudah kemasukan susu formula, bayinya kenyang menyedotnya lemah, kalau nyedotnya lemah ASI produksinya semakin seret," katanya.
"Tanggung jawab bersama terhadap rendahnya angka menyusui masih kurang, biasanya kita hanya melemparkan tanggung jawab tersebut hanya kepada ibu. Padahal si ibu untuk menyusui eksklusif sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya," kata Ketua Satgas ASI IDAI Naomi berbicara pada seminar media virtual dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia diikuti dari Jakarta, Sabtu.
Untuk itu, kata dia, dalam Pekan Menyusui Sedunia 2022 diusung kampanye untuk mendorong "warm chain" sebuah istilah merujuk seluruh elemen masyarakat yang bergandengan tangan membentuk rantai untuk mendukung ibu yang menyusui.
Baca juga: Tingkatkan capaian target global pemberian ASI eksklusif anak RI
Menurut dia, dukungan untuk mendorong menyusui membutuhkan peran berbagai pemangku kepentingan dari dokter, konselor, pembuat kebijakan, pengusaha, media, dan anggota keluarga. "Konseling, edukasi, dukungan menyusui ini dengan manajemen laktasi yang baik dapat meningkatkan ASI eksklusif sampai 50 persen," kata Kepala Departemen Pediatri Universitas Tarumanegara itu.
Selain itu, beberapa contoh "warm chain" lain yang dapat mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif seperti intervensi untuk menyediakan konseling sebelum dan sesudah kelahiran, kebijakan cuti melahirkan efektif serta investasi untuk mendukung pemberian ASI eksklusif.
Baca juga: Pemberian ASI optimalkan tumbuh kembang anak
"Pemberian ASI eksklusif terutama dalam enam bulan pertama penting dilakukan karena tidak hanya berperan dalam pencegahan stunting tetapi juga memberikan perlindungan antibodi sebagai imunisasi pertama yang diterima oleh bayi," katanya.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso juga menyoroti pentingnya dukungan dari keluarga diberikan kepada ibu yang menyusui, salah satunya ketika ASI belum lancar keluar beberapa waktu setelah melahirkan.
Dia juga mengingatkan kepada tenaga kesehatan untuk mengutamakan pemberian ASI eksklusif sebagai prioritas. "Kuncinya adalah kesabaran semua pihak pada hari-hari pertama kehidupan bayi. Karena di situ kalau sudah kemasukan susu formula, bayinya kenyang menyedotnya lemah, kalau nyedotnya lemah ASI produksinya semakin seret," katanya.