Wamenduk sebut pentingnya ASI eksklusif

id ASI eksklusif,Program pranikah,Stunting,Kementerian Kependudukan

Wamenduk sebut pentingnya ASI eksklusif

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Isyana Bagoes Oka (kanan) ditemui media usai acara pisah-sambut Plt. Kepala BKKBN-Menteri Kependudukan di Gedung BKKBN, Jakarta, Selasa (22/10/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamenduk) Isyana Bagoes Oka menyebut pentingnya ASI eksklusif hingga program pranikah untuk memerangi stunting.

"Programnya itu sendiri dirinci dari mulai pra atau sebelum menikah, sampai nanti semuanya. ASI eksklusif adalah salah satu dari program war on stunting seperti yang disampaikan oleh Pak Menteri Wihaji," katanya ditemui di Gedung BKKBN, Jakarta, Selasa.

Ia menegaskan, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga akan terus melakukan koordinasi dan kolaborasi guna mencapai Indonesia Emas 2045.

"Yang paling penting ini adalah satu kesatuan, saya akan maksimal bantu Pak Menteri menjalankan tugas dan perintah dari Presiden untuk akhirnya kita bisa sama-sama tujuan utamanya, mencapai generasi emas Indonesia di 2045," ucapnya.

Baca juga: Perguruan tinggi tentukan keberlanjutan penurunan stunting

Ia mengemukakan tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini sangat banyak, utamanya di era digitalisasi, sehingga keluarga harus menjadi garda terdepan dalam menghasilkan anak-anak yang cerdas dan berkualitas.

"Kita harus bisa mengikuti bagaimana perubahan ini. Saya sebagai seorang ibu, dan keluarga sebagai salah satu hal yang sangat dekat di hati saya. Saya yakin keluarga merupakan garda terdepan untuk bisa menghasilkan anak-anak yang cerdas, sehat, berkualitas untuk nantinya bisa membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045," paparnya.

Isyana juga menyebutkan pentingnya mempertahankan angka kelahiran total atau TFR guna menghadapi fenomena populasi menua atau aging society.

Baca juga: ITDC perkuat pemberdayaan masyarakat di Mandalika-NTB
 
"Sebetulnya yang ideal 2,1 untuk TFR itu sendiri, jadi bagaimana caranya agar tidak terlalu drop (menurun), karena kalau terlalu drop nantinya bisa berdampak pada aging society seperti di negara-negara Jepang, Korea Selatan, atau negara-negara maju Itu," tuturnya.
 
Ia menegaskan pentingnya mempertahankan angka TFR di 2,1 dan meningkatkan kualitas generasi muda agar dapat menopang para generasi lanjut usia (lansia).
 
"Dipertahankan (angka TFR), dan kemudian generasi bawahnya, yang muda tetap bisa menopang generasi yang berusia lanjut di atasnya, supaya nanti tidak lebih banyak lagi lansianya, dan para pemuda tetap bisa dipertahankan dengan kualitas yang baik," ujar dia.*