Mataram, 2/3 (ANTARA) - Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Mataram mengimbau warga untuk mengabaikan atau tidak mudah percaya dengan isu yang menyebutkan, di masyarakat kini beredar daun teh yang mengandung obat bius.
"Isu yang disebarkan melalui pesan singkat (SMS) telepon seluler itu, sangat menyesatkan. Kami duga ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Mataram H Lalu Junaidi, di Mataram, Jumat.
Ia mengatakan, pihaknya juga tidak percaya begitu saja bahwa informasi tentang hal tersebut bersumber dari Polda Bali. Bahkan, Polda Bali yang disebutkan telah mengawali penyebaran isu tersebut melalui SMS kepada warga.
"Jika pihak kepolisian memang ingin menyampaikan imbauan kepada masyarakat, tentu akan melakukannya secara langsung sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tidak dengan menyebar SMS," ujarnya.
Ia menyebutkan, kalaupun memang benar ada produk yang mengandung obat bius, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pasti sudah mengeluarkan larangan untuk tidak menjual dan meyebarkan produk tersebut.
Lalu Junaidi juga mengaku belum mendapatkan laporan dari Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) tentang adanya daun teh yang mengandung obat bius telah beredar di masyarakat.
Isu-isu menyesatkan semacan itu sudah sering diterima oleh masyarakat terutama melalui SMS. Salah satunya adalah isu akan terjadi rusuh bernuansa sara besar-besaran di Kota Mataram pada Desember 2011.
"Dengan adanya isu tersebut masyarakat terutama yang nonmuslim banyak yang mengungsi ke rumah keluarganya di luar Kota Mataram, bahkan ada yang ke luar daerah," katanya.
Seperti diketahui, SMS yang beredar dengan mengatasnamakan Polda Bali tersebut menyebutkan, "Jika di jalan atau di rumah ada sales yang menawarkan daun teh (Tiek Kwan Im) atau produk yang sejenis dari China dan diminta untuk mencium bau wanginya, jangan coba-coba turuti karena di dalamnya terdapat obat bius. Begitu dicium, bisa langsung tidak sadar atau pingsan. Tolong sebarkan ke saudara-saudara dan teman-teman untuk waspada".
Lalu Junaidi menambahkan, kewaspadaan memang penting, namun SMS yang seperti itu hendaknya tidak "ditelan bulat-bulat" hingga kemudian menimbulkan keresahan di masyarakat. (*)
"Isu yang disebarkan melalui pesan singkat (SMS) telepon seluler itu, sangat menyesatkan. Kami duga ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Mataram H Lalu Junaidi, di Mataram, Jumat.
Ia mengatakan, pihaknya juga tidak percaya begitu saja bahwa informasi tentang hal tersebut bersumber dari Polda Bali. Bahkan, Polda Bali yang disebutkan telah mengawali penyebaran isu tersebut melalui SMS kepada warga.
"Jika pihak kepolisian memang ingin menyampaikan imbauan kepada masyarakat, tentu akan melakukannya secara langsung sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tidak dengan menyebar SMS," ujarnya.
Ia menyebutkan, kalaupun memang benar ada produk yang mengandung obat bius, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pasti sudah mengeluarkan larangan untuk tidak menjual dan meyebarkan produk tersebut.
Lalu Junaidi juga mengaku belum mendapatkan laporan dari Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) tentang adanya daun teh yang mengandung obat bius telah beredar di masyarakat.
Isu-isu menyesatkan semacan itu sudah sering diterima oleh masyarakat terutama melalui SMS. Salah satunya adalah isu akan terjadi rusuh bernuansa sara besar-besaran di Kota Mataram pada Desember 2011.
"Dengan adanya isu tersebut masyarakat terutama yang nonmuslim banyak yang mengungsi ke rumah keluarganya di luar Kota Mataram, bahkan ada yang ke luar daerah," katanya.
Seperti diketahui, SMS yang beredar dengan mengatasnamakan Polda Bali tersebut menyebutkan, "Jika di jalan atau di rumah ada sales yang menawarkan daun teh (Tiek Kwan Im) atau produk yang sejenis dari China dan diminta untuk mencium bau wanginya, jangan coba-coba turuti karena di dalamnya terdapat obat bius. Begitu dicium, bisa langsung tidak sadar atau pingsan. Tolong sebarkan ke saudara-saudara dan teman-teman untuk waspada".
Lalu Junaidi menambahkan, kewaspadaan memang penting, namun SMS yang seperti itu hendaknya tidak "ditelan bulat-bulat" hingga kemudian menimbulkan keresahan di masyarakat. (*)