Ratusan warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, berhamburan ke luar rumah dan berkumpul di pinggiran Kali Jangkok sejak hari Sabtu bersamaan dengan meluapnya air sungai di kali Jangkok.
Tidak hanya kaum laki-laki, kaum perempuan dan ratusan bocah juga ikut berkumpul menciptakan sebuah keramaian dengan suasana gaduh di sepanjang bantaran Kali Jangkuk, mulai dari Kelurahan Dasan Agung hingga pantai Ampenan, Kelurahan Ampenan, Kota Mataram.
Mereka berlari ke luar rumah menenteng serok. Ada yang berteriak dalam bahasa Sasak (nama etnis di Pulau Lombok) "Belabur aik kokoq" yang artinya air Kali Jangkok meluap dengan arus yang cukup deras.
Bukannya panik dengan luapan yang sudah mulai masuk ke halaman, bahkan ke setiap sudut ruangan rumah yang ada di pinggir kali dengan ketinggian sekitar paha orang dewasa.
Sebagian besar warga yang membentuk barisan di pinggir kali itu malah sibuk mengais rezeki di tengah luapan dan derasnya air Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Bukan uang atau emas yang diburu, tapi tumpukan barang bekas, seperti plastik dan botol bekas minuman kemasan serta sandal jepit lusuh yang akan dijadikan bahan baku pelampung alat pemancing ikan.
Material sampah itu menumpuk di bawah jembatan yang menghubungkan Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang, dengan Kelurahan Kebon Sari, Kecamatan Ampenan.
Selain memungut berbagai material dalam bentuk barang-barang bekas dan pepohonan untuk dijadikan kayu bakar, serok yang ditenteng kaum pria dan anak-anak usia sekolah dasar juga ikut menyelami keruhnya air untuk memburu ikan air tawar yang terdampar di pinggir kali.
"Kalau air kali meluap seperti ini, banyak ikan nila yang terdampar di pinggir dan terperangkap di tumpukan sampah. Itu yang saya cari," kata Fadli siswa kelas enam Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Ampenan, Kota Mataram.
Dengan hanya menggunakan celana kolor, Fadli seolah tidak takut dengan ancaman bahaya derasnya air kali. Ia terus menggerus air yang berwarna keruh kecoklatan dengan serok berukuran kecil yang berdiameter sekitar 20 centimeter.
Sebanyak 25 ekor ikan nila dengan ukuran rata-rata sebesar telapak tangan orang dewasa berhasil ditangkap Fadli yang dibantu rekannya Saiful (12) hanya menggunakan alat tangkap sederhana.
Fadli mengaku ikan tersebut akan dijadikan sebagai lauk pauk makan malam bersama seluruh keluarganya, bahkan sebagian bisa dijual untuk keperluan sekolah.
Tidak hanya Fadli yang mengais rezeki di tengah ancaman air kali yang hampir setiap tahun meluap pada saat musim penghujan.
Adalah Amaq Hasan (59). Warga Kelurahan Kebon Sari itu tampak tenang di atas tumpukan sampah yang tersangkut di bawah jembatan. Ia seolah tidak takut dengan kekuatan air yang sewaktu-waktu bisa menenggelamkan dan menghanyutkannya.
Ribuan sandal jepit bekas yang sudah lusuh berhasil dikumpulkan hanya dalam waktu dua jam.
Warga yang menonton luapan air di atas jembatan tampak heran dengan kelakuan Hasan yang mengumpulkan sandal jepit, di tengah orang lain sibuk memburu ikan.
Bahkan ada yang bertanya-tanya. "Apa bapak itu orang gila. Kok dia mengumpulkan sandal jepit jelek begitu banyak. Untuk apa," ujar Romlah (43), salah seorang ibu rumah tangga yang tampak antusias ikut menyaksikan luapan air dari atas jembatan.
Pasang jala ikan di halaman rumah
Keunikan lain yang terjadi di tengah gemuruh suara luapan dan derasnya aliran air Kali Jangkok yang memiliki panjang aliran sekitar 86 kilometer itu, adalah warga yang memasang jala ikan di halaman rumahnya yang tergenang air setinggi paha orang dewasa.
Bakan setiap sudut pekarangan dan ruang rumah juga diserok pemilik rumah untuk memburu ikan nila yang terdampar
Hampir semua warga yang membawa serok berhasil mendapatkan ikan. Ada yang membungkus dengan plastik dan ada yang menggunakan ember.
Mereka terus memburu ikan hingga sore hari sambil menunggu air yang menggenangi kampung surut.
Madun salah seorang warga Kebon Lelang, Kelurahan Ampenan Utara, Kecamatan Ampenan, mengaku mendapatkan ikan satu kantong plastik besar. Jika ditimbang, mungkin beratnya mencapai empat kilogram.
"Lumayan dapatnya. Ikan yang nyangkut di jala juga besar-besar," ujarnya sambil menguras air yang menggenangi ruang tamu rumahnya.
Keramba hanyut
Ikan yang ditangkap warga itu diperkirakan sebagian besar berasal dari delapan keramba ikan milik warga Kelurahan Karang Baru, Kota Mataram, yang dilaporkan hanyut terbawa derasnya air Kali Jangkok yang meluap pada Sabtu sekitar pukul 13.30 WITA.
Warga tidak sempat menyelamatkan kerambanya karena luapan air datang secara tiba-tiba.
Luapan air Kali Jangkok disebabkan oleh volume kiriman air dari pegunungan Rinjani yang cukup besar, disamping hujan yang mengguyur Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram sejak Jumat (9/3) hingga Sabtu siang (10/3).
Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram Lalu Alwan Basri, mengatakan, seluruh keramba yang hanyut itu terbuat dari besi beton dan dipatok dengan besi juga, namun tidak mampu menahan derasnya terjangan air Kali Jangkok.
"Delapan keramba yang hanyut itu merupakan bantuan Pemkot Mataram. Padahal terbuat dari besi, begitu juga dengan patoknya. Tapi memang airnya masyaAllah besar dan deras," katanya.
Ia memperkirakan, masing-masing keramba rata-rata berisi 1.500 ekor ikan air tawar jenis nila. Sebanyak tiga keramba sudah siap panen oleh pemiliknya.
Akibat hanyutnya keramba tersebut, kata Alwan, masing-masing pemilik mengalami kerugian sekitar Rp10 juta hingga Rp15 juta jika dihitung dengan nilai keramba sebesar Rp7 juta dan biaya pakan dan bibit sekitar Rp3 juta serta nilai ikan yang siap dipanen yang mencapai jutaan rupiah.
Jika ditotal, kerugian dari seluruh keramba yang hanyut mencapai Rp80 juta lebih.
"Ada keramba yang sudah bisa diselamatkan oleh warga di Kelurahan Ampenan. Tiga unit tersangkut di kali dan empat unit ditemukan sudah hanyut ke laut, tapi bisa ditarik oleh warga ke pinggir pantai. Semua ikannya sudah hilang," katanya.
Alwan mengaku sudah menemui warga yang mengalami kerugian bersama Wali Kota Mataram H Ahyar, Kepala Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram dan sejumlah camat yang daerahnya terkena dampak luapan Kali Jangkuk.
Menurut dia, warga yang menderita kerugian akan mendapatkan ganti rugi berupa bibit ikan nila, sedangkan ganti rugi biaya pakan akan dipertimbangkan.
"Kami sudah membicarakan masalah ganti rugi dengan Kepala BPBD Kota Mataram. InsyAllah Senin (12/3), nanti kami berikan bantuan untuk bibit," ujarnya.
Selain keramba milik warga Kota Mataram, luapan air Kali Jangkok, diperkirakan juga menghanyutkan keramba yang berisi ikan nila milik warga Kabupaten Lombok Barat.
(*)
Tidak hanya kaum laki-laki, kaum perempuan dan ratusan bocah juga ikut berkumpul menciptakan sebuah keramaian dengan suasana gaduh di sepanjang bantaran Kali Jangkuk, mulai dari Kelurahan Dasan Agung hingga pantai Ampenan, Kelurahan Ampenan, Kota Mataram.
Mereka berlari ke luar rumah menenteng serok. Ada yang berteriak dalam bahasa Sasak (nama etnis di Pulau Lombok) "Belabur aik kokoq" yang artinya air Kali Jangkok meluap dengan arus yang cukup deras.
Bukannya panik dengan luapan yang sudah mulai masuk ke halaman, bahkan ke setiap sudut ruangan rumah yang ada di pinggir kali dengan ketinggian sekitar paha orang dewasa.
Sebagian besar warga yang membentuk barisan di pinggir kali itu malah sibuk mengais rezeki di tengah luapan dan derasnya air Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Bukan uang atau emas yang diburu, tapi tumpukan barang bekas, seperti plastik dan botol bekas minuman kemasan serta sandal jepit lusuh yang akan dijadikan bahan baku pelampung alat pemancing ikan.
Material sampah itu menumpuk di bawah jembatan yang menghubungkan Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang, dengan Kelurahan Kebon Sari, Kecamatan Ampenan.
Selain memungut berbagai material dalam bentuk barang-barang bekas dan pepohonan untuk dijadikan kayu bakar, serok yang ditenteng kaum pria dan anak-anak usia sekolah dasar juga ikut menyelami keruhnya air untuk memburu ikan air tawar yang terdampar di pinggir kali.
"Kalau air kali meluap seperti ini, banyak ikan nila yang terdampar di pinggir dan terperangkap di tumpukan sampah. Itu yang saya cari," kata Fadli siswa kelas enam Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Ampenan, Kota Mataram.
Dengan hanya menggunakan celana kolor, Fadli seolah tidak takut dengan ancaman bahaya derasnya air kali. Ia terus menggerus air yang berwarna keruh kecoklatan dengan serok berukuran kecil yang berdiameter sekitar 20 centimeter.
Sebanyak 25 ekor ikan nila dengan ukuran rata-rata sebesar telapak tangan orang dewasa berhasil ditangkap Fadli yang dibantu rekannya Saiful (12) hanya menggunakan alat tangkap sederhana.
Fadli mengaku ikan tersebut akan dijadikan sebagai lauk pauk makan malam bersama seluruh keluarganya, bahkan sebagian bisa dijual untuk keperluan sekolah.
Tidak hanya Fadli yang mengais rezeki di tengah ancaman air kali yang hampir setiap tahun meluap pada saat musim penghujan.
Adalah Amaq Hasan (59). Warga Kelurahan Kebon Sari itu tampak tenang di atas tumpukan sampah yang tersangkut di bawah jembatan. Ia seolah tidak takut dengan kekuatan air yang sewaktu-waktu bisa menenggelamkan dan menghanyutkannya.
Ribuan sandal jepit bekas yang sudah lusuh berhasil dikumpulkan hanya dalam waktu dua jam.
Warga yang menonton luapan air di atas jembatan tampak heran dengan kelakuan Hasan yang mengumpulkan sandal jepit, di tengah orang lain sibuk memburu ikan.
Bahkan ada yang bertanya-tanya. "Apa bapak itu orang gila. Kok dia mengumpulkan sandal jepit jelek begitu banyak. Untuk apa," ujar Romlah (43), salah seorang ibu rumah tangga yang tampak antusias ikut menyaksikan luapan air dari atas jembatan.
Pasang jala ikan di halaman rumah
Keunikan lain yang terjadi di tengah gemuruh suara luapan dan derasnya aliran air Kali Jangkok yang memiliki panjang aliran sekitar 86 kilometer itu, adalah warga yang memasang jala ikan di halaman rumahnya yang tergenang air setinggi paha orang dewasa.
Bakan setiap sudut pekarangan dan ruang rumah juga diserok pemilik rumah untuk memburu ikan nila yang terdampar
Hampir semua warga yang membawa serok berhasil mendapatkan ikan. Ada yang membungkus dengan plastik dan ada yang menggunakan ember.
Mereka terus memburu ikan hingga sore hari sambil menunggu air yang menggenangi kampung surut.
Madun salah seorang warga Kebon Lelang, Kelurahan Ampenan Utara, Kecamatan Ampenan, mengaku mendapatkan ikan satu kantong plastik besar. Jika ditimbang, mungkin beratnya mencapai empat kilogram.
"Lumayan dapatnya. Ikan yang nyangkut di jala juga besar-besar," ujarnya sambil menguras air yang menggenangi ruang tamu rumahnya.
Keramba hanyut
Ikan yang ditangkap warga itu diperkirakan sebagian besar berasal dari delapan keramba ikan milik warga Kelurahan Karang Baru, Kota Mataram, yang dilaporkan hanyut terbawa derasnya air Kali Jangkok yang meluap pada Sabtu sekitar pukul 13.30 WITA.
Warga tidak sempat menyelamatkan kerambanya karena luapan air datang secara tiba-tiba.
Luapan air Kali Jangkok disebabkan oleh volume kiriman air dari pegunungan Rinjani yang cukup besar, disamping hujan yang mengguyur Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram sejak Jumat (9/3) hingga Sabtu siang (10/3).
Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram Lalu Alwan Basri, mengatakan, seluruh keramba yang hanyut itu terbuat dari besi beton dan dipatok dengan besi juga, namun tidak mampu menahan derasnya terjangan air Kali Jangkok.
"Delapan keramba yang hanyut itu merupakan bantuan Pemkot Mataram. Padahal terbuat dari besi, begitu juga dengan patoknya. Tapi memang airnya masyaAllah besar dan deras," katanya.
Ia memperkirakan, masing-masing keramba rata-rata berisi 1.500 ekor ikan air tawar jenis nila. Sebanyak tiga keramba sudah siap panen oleh pemiliknya.
Akibat hanyutnya keramba tersebut, kata Alwan, masing-masing pemilik mengalami kerugian sekitar Rp10 juta hingga Rp15 juta jika dihitung dengan nilai keramba sebesar Rp7 juta dan biaya pakan dan bibit sekitar Rp3 juta serta nilai ikan yang siap dipanen yang mencapai jutaan rupiah.
Jika ditotal, kerugian dari seluruh keramba yang hanyut mencapai Rp80 juta lebih.
"Ada keramba yang sudah bisa diselamatkan oleh warga di Kelurahan Ampenan. Tiga unit tersangkut di kali dan empat unit ditemukan sudah hanyut ke laut, tapi bisa ditarik oleh warga ke pinggir pantai. Semua ikannya sudah hilang," katanya.
Alwan mengaku sudah menemui warga yang mengalami kerugian bersama Wali Kota Mataram H Ahyar, Kepala Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram dan sejumlah camat yang daerahnya terkena dampak luapan Kali Jangkuk.
Menurut dia, warga yang menderita kerugian akan mendapatkan ganti rugi berupa bibit ikan nila, sedangkan ganti rugi biaya pakan akan dipertimbangkan.
"Kami sudah membicarakan masalah ganti rugi dengan Kepala BPBD Kota Mataram. InsyAllah Senin (12/3), nanti kami berikan bantuan untuk bibit," ujarnya.
Selain keramba milik warga Kota Mataram, luapan air Kali Jangkok, diperkirakan juga menghanyutkan keramba yang berisi ikan nila milik warga Kabupaten Lombok Barat.
(*)