Mataram, 2/4 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat turunya harga beras memicu deflasi di daerah itu pada Maret 2012 sebesar 0,50 persen.

     "Beras menyumbang deflasi di Kota Mataram sebesar minus 0,6078 persen dan di Kota Bima minus 0,3344 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Soegarenda, di Mataram, Senin.

     Secara umum, kata dia, deflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima pada Maret 2012 terjadi karena indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,61 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,01 persen

     Sementara kenaikan indeks terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,69 persen, kelompok sandang sebesar 0,66 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35 persen.

     "Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,15 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen," ujarnya.

     Sementara laju inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima tahun kalender (Maret 2012 - Desember 2011), kata dia, sebesar 2,23 persen dan laju inflasi tahun ke tahun (Maret 2012 - Maret 2011) sebesar 8,84 persen.

     Soegarenda juga menyebutkan, pada Maret 2012, dari 66 kota yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK), tercatat 34kota mengalami inflasi, sedangkan 32 kota mengalami infasi.

     Inflasi tertinggi terjadi di Kota Ambon sebesar 1,33 persen dan terendah di Kota Malang sebesar 0,01 persen, sedangkan deflasi terbesar terjadi di Kota Jayapura sebesar 1,44 persen dan terkecil di Kota Pekanbaru sebesar 0,03 persen.

     Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, dari lima kota yang menghitung IHK tercatat dua kota mengalami inflasi yaitu Kota Denpasar sebesar 0,46 persen dan Kota Kupang 0,38 persen.

     "Sementara tiga kota lainnya mengalami deflasi, yaitu Kota Mataram sebesar 0,51 persen, Kota Bima 0,45 persen dan Kota Maumere sebesar 0,41 persen," katanya. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024