Mataram, 3/4 (ANTARA) - Maskapai Penerbangan Silk Air menunda penambahan frekuensi penerbangan ke Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, karena masih terkendala persoalan teknis dengan maskapai nasional yang menjadi mitra kerja.
"Ada kendala teknis dengan Garuda, sehingga sedianya akan menambah frekuensi penerbangan mulai 23 Maret lalu, tertunda tanpa batas waktu," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ridwan Syah, di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan, setiap maskapai penerbangan asing yang hendak beroperasi di wilayah Indonesia, harus terlebih dahulu menjalin kerja sama teknis dengan maskapai nasional.
Silk Air memilih bekerja sama dengan Garuda Indonesia Airways, namun masih terkendala teknis operasional sehingga menunda penambahan frekuensi penerbangan dari tiga kali seminggu menjadi lima kali seminggu.
"Katanya Silk Air akan menggunakan kode penerbangan yang sama dengan Garuda, tetapi belum beres upaya penyesuaiannya. Informasinya sedang dibereskan dan diperkirakan Juni mendatang baru terealisasi," ujar Ridwan.
Silk Air merupakan anak perusahaan penerbangan terkenal Singapore Air yang pernah membuka rute penerbangan langsung dari Bandara Changi Singapura ke Bandara Selaparang Mataram Lombok, yang kemudian beralih ke rute Kuala Lumpur (Malaysia) - Lombok (Indonesia).
Rute penerbangan Silk Air ke Lombok yang sebelumnya mendarat di Bandara Selaparang Mataram, kini berpindah ke Bandara Internasional Lombok (BIL) di Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, sekitar 40 kilometer arah selatan Kota Mataram.
Setiap penerbangan Silk Air ke Lombok, rata-rata mengangkut 80-an orang penumpang yang berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Inggris dan negara Eropa lainnya.
Frekuensi penerbangannya hanya tiga kali seminggu yakni setiap Senin, Kamis dan Sabtu, dan akan menambah jadwal penerbangan pada Rabu atau Jumat dan Minggu.
Selain Pemprov NTB, Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB juga telah beberapa kali menghubungi manajemen Silk Air agar menambah frekuensi penerbangan ke Lombok, karena operasional Bandara Internasional Lombok semakin baik.
BPPD NTB gencar "merayu" manajemen Silk Air guna menambah frekuensi penerbangan, karena sejauh ini banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTB yang bekerja di Malaysia, dan setiap hari selalu ada yang pulang kampung dan kembali bekerja. (*)
"Ada kendala teknis dengan Garuda, sehingga sedianya akan menambah frekuensi penerbangan mulai 23 Maret lalu, tertunda tanpa batas waktu," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ridwan Syah, di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan, setiap maskapai penerbangan asing yang hendak beroperasi di wilayah Indonesia, harus terlebih dahulu menjalin kerja sama teknis dengan maskapai nasional.
Silk Air memilih bekerja sama dengan Garuda Indonesia Airways, namun masih terkendala teknis operasional sehingga menunda penambahan frekuensi penerbangan dari tiga kali seminggu menjadi lima kali seminggu.
"Katanya Silk Air akan menggunakan kode penerbangan yang sama dengan Garuda, tetapi belum beres upaya penyesuaiannya. Informasinya sedang dibereskan dan diperkirakan Juni mendatang baru terealisasi," ujar Ridwan.
Silk Air merupakan anak perusahaan penerbangan terkenal Singapore Air yang pernah membuka rute penerbangan langsung dari Bandara Changi Singapura ke Bandara Selaparang Mataram Lombok, yang kemudian beralih ke rute Kuala Lumpur (Malaysia) - Lombok (Indonesia).
Rute penerbangan Silk Air ke Lombok yang sebelumnya mendarat di Bandara Selaparang Mataram, kini berpindah ke Bandara Internasional Lombok (BIL) di Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, sekitar 40 kilometer arah selatan Kota Mataram.
Setiap penerbangan Silk Air ke Lombok, rata-rata mengangkut 80-an orang penumpang yang berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Inggris dan negara Eropa lainnya.
Frekuensi penerbangannya hanya tiga kali seminggu yakni setiap Senin, Kamis dan Sabtu, dan akan menambah jadwal penerbangan pada Rabu atau Jumat dan Minggu.
Selain Pemprov NTB, Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB juga telah beberapa kali menghubungi manajemen Silk Air agar menambah frekuensi penerbangan ke Lombok, karena operasional Bandara Internasional Lombok semakin baik.
BPPD NTB gencar "merayu" manajemen Silk Air guna menambah frekuensi penerbangan, karena sejauh ini banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTB yang bekerja di Malaysia, dan setiap hari selalu ada yang pulang kampung dan kembali bekerja. (*)