Kediri (ANTARA) - Bupati Kediri, Jawa Timur, Hanindhito Himawan Pramana meminta semua suporter sepak bola untuk belajar dari tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sehingga ke depan tidak terjadi lagi insiden serupa.
Hanindhito yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Kediri Kabupaten (Persedikab) itu menegaskan bahwa tidak sepatutnya kecintaan terhadap sepak bola harus dibayar dengan jatuhnya korban baik meninggal dunia maupun luka-luka.
"Dari Stadion Kanjuruhan Malang kita belajar bahwa fanatisme, kecintaan, loyalitas, tidak sebanding dengan nyawa yang hilang. Jika sudah ada korban melayang maka hakikat atau keindahan sepak bola itu sudah hilang," katanya di Kediri, Senin.
Semua pecinta sepak bola, lanjut Mas Dhito sapaan akrab Hanindhito, diharapkan menjadikan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang untuk koreksi diri. Jangan sampai kejadian itu terulang di kemudian hari. "Ke depan kita harus berubah, datang ke stadion dan pulang dalam suka ria, bukan suka duka. Bahwa kalah dan menang itu adalah bagian dari sepak bola," kata dia.
Bupati juga menyampaikan duka mendalam atas insiden kerusuhan usai laga Arema FC dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10) malam tersebut. Insiden kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu merupakan sejarah kelam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Terdapat 129 orang meninggal dunia dan sekitar 280 orang harus dirawat akibat luka dalam insiden itu.
Baca juga: Sriwijaya Mania sesalkan tembakan gas air mata ke suporter
Baca juga: Mahfud MD gelar rakor bahas penanganan tragedi Kanjuruhan
Ia mengatakan insiden kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan tersebut menjadi pukulan bagi seluruh pecinta sepak bola Tanah Air. "Tentu ini tidak hanya menjadi kesedihan teman-teman Aremania atau kesedihan teman-teman Persebaya, tapi ini menjadi kesedihan dan kehilangan seluruh pecinta bola di Republik Indonesia. Doa terbaik dari Kabupaten Kediri untuk korban Kanjuruhan Malang," kata dia.
Pihaknya juga berkomunikasi dengan Bupati maupun Wali Kota Malang untuk terus mencari informasi ada tidaknya korban dari warga Kabupaten Kediri dalam insiden di Stadion Kanjuruhan, Malang itu.
Hanindhito yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Kediri Kabupaten (Persedikab) itu menegaskan bahwa tidak sepatutnya kecintaan terhadap sepak bola harus dibayar dengan jatuhnya korban baik meninggal dunia maupun luka-luka.
"Dari Stadion Kanjuruhan Malang kita belajar bahwa fanatisme, kecintaan, loyalitas, tidak sebanding dengan nyawa yang hilang. Jika sudah ada korban melayang maka hakikat atau keindahan sepak bola itu sudah hilang," katanya di Kediri, Senin.
Semua pecinta sepak bola, lanjut Mas Dhito sapaan akrab Hanindhito, diharapkan menjadikan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang untuk koreksi diri. Jangan sampai kejadian itu terulang di kemudian hari. "Ke depan kita harus berubah, datang ke stadion dan pulang dalam suka ria, bukan suka duka. Bahwa kalah dan menang itu adalah bagian dari sepak bola," kata dia.
Bupati juga menyampaikan duka mendalam atas insiden kerusuhan usai laga Arema FC dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10) malam tersebut. Insiden kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan itu merupakan sejarah kelam bagi dunia sepak bola Tanah Air. Terdapat 129 orang meninggal dunia dan sekitar 280 orang harus dirawat akibat luka dalam insiden itu.
Baca juga: Sriwijaya Mania sesalkan tembakan gas air mata ke suporter
Baca juga: Mahfud MD gelar rakor bahas penanganan tragedi Kanjuruhan
Ia mengatakan insiden kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan tersebut menjadi pukulan bagi seluruh pecinta sepak bola Tanah Air. "Tentu ini tidak hanya menjadi kesedihan teman-teman Aremania atau kesedihan teman-teman Persebaya, tapi ini menjadi kesedihan dan kehilangan seluruh pecinta bola di Republik Indonesia. Doa terbaik dari Kabupaten Kediri untuk korban Kanjuruhan Malang," kata dia.
Pihaknya juga berkomunikasi dengan Bupati maupun Wali Kota Malang untuk terus mencari informasi ada tidaknya korban dari warga Kabupaten Kediri dalam insiden di Stadion Kanjuruhan, Malang itu.