Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Warga Dusun Wakul, Kelurahan Renteng, Kecamatan Praya, menanam pohon pisang di tengah jalan simpang empat Wakul karena pemerintah daerah setempat tak kunjung memperbaikinya.
Salah satu warga, Tahrib Ra'is di Praya, Selasa, mengatakan, selama ini masyarakat belum melakukan aksi demo, masyarakat hanya menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak sebagai bentuk protes, supaya direspons dan diperhatikan oleh pemerintah.
"Masyarakat sudah mulai bosan, pasalnya dari kepala dusun (Kadus) yang sebelumnya sampai Kadus sekarang, pemerintah belum merespon tentang jalan yang rusak," katanya.
Selama 15 tahun jalan tersebut tidak di perhatikan oleh pemerintah, setiap turun hujan, air mulai naik ke jalan karena tersumbat dan menyebabkan kebanjiran.
"Setiap hari jalan ini dilalui oleh masyarakat, mulai dari anak-anak yang pergi sekolah, warga yang pergi ke pasar. Namun disayangkan anak-anak ketika berangkat sekolah, sepatunya basah oleh air, ada juga pedagang yang lewat berasnya tumpah berjatuhan di jalan ini," katanya.
Para Pengendara yang melintas banyak yang sudah jatuh karena jalannya banyak yang berlubang dan rusak serta kebanjiran itu sekitar satu kilometer.
Kepala Dusun, Muhammad Nasib mengatakan sudah sering diadakan pertemuan dan diajukan perbaikan untuk jalan wakul ini, namun sampai sekarang belum direspon sama sekali oleh pemeritah.
"Banyak sekali dampak dari jalan yang rusak ini, warga merasa tidak nyaman dengan jalan yang berlubang. Air yang tersumbat dan kebanjiran," ujarnya.
Warga di sekitar Jalan itu cukup resah dengan ketidakpastian dari pemerintah untuk menindaklanjuti jalanan tersebut.
"Warga berharap suara mereka ditanggapi oleh pemerintah, agar tercapainya kenyamanan dan keamanan di jalan tersebut," ujarnya.
Salah satu warga, Tahrib Ra'is di Praya, Selasa, mengatakan, selama ini masyarakat belum melakukan aksi demo, masyarakat hanya menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak sebagai bentuk protes, supaya direspons dan diperhatikan oleh pemerintah.
"Masyarakat sudah mulai bosan, pasalnya dari kepala dusun (Kadus) yang sebelumnya sampai Kadus sekarang, pemerintah belum merespon tentang jalan yang rusak," katanya.
Selama 15 tahun jalan tersebut tidak di perhatikan oleh pemerintah, setiap turun hujan, air mulai naik ke jalan karena tersumbat dan menyebabkan kebanjiran.
"Setiap hari jalan ini dilalui oleh masyarakat, mulai dari anak-anak yang pergi sekolah, warga yang pergi ke pasar. Namun disayangkan anak-anak ketika berangkat sekolah, sepatunya basah oleh air, ada juga pedagang yang lewat berasnya tumpah berjatuhan di jalan ini," katanya.
Para Pengendara yang melintas banyak yang sudah jatuh karena jalannya banyak yang berlubang dan rusak serta kebanjiran itu sekitar satu kilometer.
Kepala Dusun, Muhammad Nasib mengatakan sudah sering diadakan pertemuan dan diajukan perbaikan untuk jalan wakul ini, namun sampai sekarang belum direspon sama sekali oleh pemeritah.
"Banyak sekali dampak dari jalan yang rusak ini, warga merasa tidak nyaman dengan jalan yang berlubang. Air yang tersumbat dan kebanjiran," ujarnya.
Warga di sekitar Jalan itu cukup resah dengan ketidakpastian dari pemerintah untuk menindaklanjuti jalanan tersebut.
"Warga berharap suara mereka ditanggapi oleh pemerintah, agar tercapainya kenyamanan dan keamanan di jalan tersebut," ujarnya.