Mataram (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan COVID-19 Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat mengatakan berbagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di Mataram tetap berjalan di masa transisi pandemi.
"Kendati kondisi perkembangan kasus COVID-19 sudah mereda, tapi upaya pencegahan tetap dilakukan sebab COVID-19 belum dinyatakan tuntas," kata Juru Bicara Satgas Pencegahan dan Penanganan COVID-19 Kota Mataram I Nyoman Swandiasa di Mataram, Rabu.
Dikatakannya, berbagai tata kelola dan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 tetap dilakukan di masa transisi antara lain, menerapkan standar protokol kesehatan (prokes) ketika berada di pusat keramaian, pelacakan kontak terhadap temuan kasus baru, perawatan, serta vaksinasi masih tetap dilaksanakan.
Kendati berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan termasuk kegiatan pendidikan di Kota Mataram, selama ini berjalan seperti normal namun tetap menerapkan prokes COVID-19.
"Bahkan di sekolah-sekolah, penggunaan masker, dan mencuci tangan rutin dilakukan," katanya.
Menyinggung tentang cakupan vaksinasi di Kota Mataram, tambah Swandiasa, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB per tanggal 3 Oktober 2022 tercatat dosis pertama mencapai 117,68 persen atau 371.374 orang.
Sementara dosis kedua mencapai 90,89 persen atau 286.838 orang, dosis ketiga baru mencapai 25,76 persen atau 81.206 jiwa. Sedangkan dosis keempat untuk tenaga kesehatan mencapai 28,05 persen atau 2.021 jiwa.
Di sisi lain, Swandiasa yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram menyambut baik rencana pencabutan status pandemi COVID-19 dan penetapan status endemik COVID-19 yang telah disampaikan pemerintah.
"Kita bersyukur dan berharap agar status endemik COVID-19 segera kita peroleh dari WHO," katanya menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo terkait kemungkinan pandemi COVID-19 akan segera dinyatakan berakhir.
Jika melihat kondisi di daerah, menurutnya, di Kota Mataram khususnya sudah bisa dikatakan endemik sebab kasus temuan COVID-19 sudah mereda bahkan sampai sekarang tidak ada peningkatan.
"Kalau pun ada kasus hanya satu, dan itu pun gejala ringan. Tapi kalau di wilayah Jawa dan Bali, kasus COVID-19 memang ada kenaikan sedikit," katanya.
"Kendati kondisi perkembangan kasus COVID-19 sudah mereda, tapi upaya pencegahan tetap dilakukan sebab COVID-19 belum dinyatakan tuntas," kata Juru Bicara Satgas Pencegahan dan Penanganan COVID-19 Kota Mataram I Nyoman Swandiasa di Mataram, Rabu.
Dikatakannya, berbagai tata kelola dan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 tetap dilakukan di masa transisi antara lain, menerapkan standar protokol kesehatan (prokes) ketika berada di pusat keramaian, pelacakan kontak terhadap temuan kasus baru, perawatan, serta vaksinasi masih tetap dilaksanakan.
Kendati berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan termasuk kegiatan pendidikan di Kota Mataram, selama ini berjalan seperti normal namun tetap menerapkan prokes COVID-19.
"Bahkan di sekolah-sekolah, penggunaan masker, dan mencuci tangan rutin dilakukan," katanya.
Menyinggung tentang cakupan vaksinasi di Kota Mataram, tambah Swandiasa, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB per tanggal 3 Oktober 2022 tercatat dosis pertama mencapai 117,68 persen atau 371.374 orang.
Sementara dosis kedua mencapai 90,89 persen atau 286.838 orang, dosis ketiga baru mencapai 25,76 persen atau 81.206 jiwa. Sedangkan dosis keempat untuk tenaga kesehatan mencapai 28,05 persen atau 2.021 jiwa.
Di sisi lain, Swandiasa yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram menyambut baik rencana pencabutan status pandemi COVID-19 dan penetapan status endemik COVID-19 yang telah disampaikan pemerintah.
"Kita bersyukur dan berharap agar status endemik COVID-19 segera kita peroleh dari WHO," katanya menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo terkait kemungkinan pandemi COVID-19 akan segera dinyatakan berakhir.
Jika melihat kondisi di daerah, menurutnya, di Kota Mataram khususnya sudah bisa dikatakan endemik sebab kasus temuan COVID-19 sudah mereda bahkan sampai sekarang tidak ada peningkatan.
"Kalau pun ada kasus hanya satu, dan itu pun gejala ringan. Tapi kalau di wilayah Jawa dan Bali, kasus COVID-19 memang ada kenaikan sedikit," katanya.