Banda Aceh (ANTARA) - Museum Tsunami Aceh menggelar pameran temporer untuk mengenang kembali peristiwa perdamaian Aceh yang ditandai dengan penandatanganan MoU di Helsinki pada 15 Agustus 2005.

“Pergelaran pameran temporer tersebut sejalan dengan tagline baru Disbudpar, yaitu lestarikan budaya dan majukan pariwisata,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal di Banda Aceh, Senin.

Ia menjelaskan Museum Tsunami menjadi tempat pelaksanaan pameran yang juga mempunyai filosofi dibaliknya. Di mana Museum tsunami merupakan salah satu media jembatan perdamaian karena bencana gempa dan tsunami di Aceh pada 2004 silam menjadi cikal bakal lahirnya perdamaian Aceh.

"Awal keberkahan atau hikmah dari gempa dan tsunami itu adalah perdamaian. Makanya kita tampilkan di sini karena salah satu hikmah dari tsunami adalah perdamaian," katanya.

Almuniza mengatakan pameran temporer mengangkat kembali sejarah lahirnya perdamaian Aceh. Peristiwa yang diangkat mulai dari masa konflik, operasi militer di Aceh, bencana gempa dan tsunami pada 2004, dan terakhir cerita perdamaian Helsinki. "Sejarah itu kami tampilkan di sini. Mungkin tidak seutuh cerita sebenarnya, tetapi ini merepresentasikan proses perdamaian itu," katanya.

Ia mengatakan sejarah itu dipamerkan agar masyarakat luar lebih dapat mengenal tentang Aceh, terutama tentang sejarah yang memuat penandatanganan kesepakatan perdamaian Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berlangsung di Helsinki.

Baca juga: Museum NTB menggelar pameran temporer semarakkan WSBK Mandalika
Baca juga: Museum Kepresidenan Balai Kirti Bogor Pameran Digdaya Wastra

Di pameran itu, Museum Tsunami menampilkan foto tokoh-tokoh perdamaian Aceh yang berhasil didokumentasikan fotografer jurnalis senior Aceh, Bedu Saini "Alhamdulillah foto ini ada di Bang Bedu, foto beliau banyak kita gunakan untuk ditampilkan di pameran ini," katanya.



 


Pewarta : M Ifdhal
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024