Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mendorong sekolah mengembangkan budidaya maggot sebagai salah satu langkah penanganan sampah secara mandiri di lingkungan sekolah.
"Kegiatan itu sekaligus memberikan edukasi dini tentang pengolahan sampah kepada pelajar. Kami siap memberikan pembinaan dan pendampingan di sekolah," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Jumat.
Dikatakannya, untuk menarik minat sekolah mengelola sampah dengan budidaya maggot, DLH Mataram telah memberikan edukasi kepada 117 sekolah baik tingkat SD maupun SMP se-Kota Mataram sebagai tindak lanjut pembinaan Sekolah Adiwiyata bidang lingkungan khususnya terkait kebersihan lingkungan.
Dari 117 sekolah yang telah dikumpulkan dan diberikan edukasi terkait pengolahan sampah organik dan anorganik, sudah ada beberapa sekolah yang mulai mengolah sampah secara mandiri.
"Seperti di SMPN 10 Mataram dan SMPN 1 Mataram yang mengolah sampah organik menjadi kompos dan pupuk, kemudian dimanfaatkan kembali untuk tanaman di sekolah," katanya.
Sedangkan di SMPN 10 Mataram, katanya, mereka melaksanakan beberapa kegiatan pengolahan sampah salah satunya pengolahan sampah basah dengan mengembangkan maggot.
"Alhamdulillah, program budidaya maggot di SMPN 10 sudah berjalan baik bahkan telah beberapa kali panen, satu kali panen bisa mencapai 30 kilogram. Meskipun masih skala kecil, tapi ini bisa menjadi embrio untuk program yang lebih besar," katanya.
Selain mengembangkan maggot, lanjutnya, di SMPN 10 juga mengolah sampah anorganik menjadi pupuk cair. Untuk pupuk cair ini, juga sudah bisa berproduksi dengan baik.
Untuk memasarkan pupuk cair yang dihasilkan, pihaknya telah meminta pihak SMPN 10 melakukan uji laboratorium terkait pemanfaatan apakah untuk akar, daun, buah, atau lainnya agar dapat dipromosikan secara masif.
"Kami memberikan apresiasi kepada pihak SMPN 10 Mataram yang melakukan pengolahan sampah secara mandiri, dengan tujuan utama merubah perilaku masyarakat," katanya.
Harapannya, apa yang dilakukan SMPN 1 dan SMPN 10 Mataram itu dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lainnya, untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
"Kegiatan itu sekaligus memberikan edukasi dini tentang pengolahan sampah kepada pelajar. Kami siap memberikan pembinaan dan pendampingan di sekolah," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Jumat.
Dikatakannya, untuk menarik minat sekolah mengelola sampah dengan budidaya maggot, DLH Mataram telah memberikan edukasi kepada 117 sekolah baik tingkat SD maupun SMP se-Kota Mataram sebagai tindak lanjut pembinaan Sekolah Adiwiyata bidang lingkungan khususnya terkait kebersihan lingkungan.
Dari 117 sekolah yang telah dikumpulkan dan diberikan edukasi terkait pengolahan sampah organik dan anorganik, sudah ada beberapa sekolah yang mulai mengolah sampah secara mandiri.
"Seperti di SMPN 10 Mataram dan SMPN 1 Mataram yang mengolah sampah organik menjadi kompos dan pupuk, kemudian dimanfaatkan kembali untuk tanaman di sekolah," katanya.
Sedangkan di SMPN 10 Mataram, katanya, mereka melaksanakan beberapa kegiatan pengolahan sampah salah satunya pengolahan sampah basah dengan mengembangkan maggot.
"Alhamdulillah, program budidaya maggot di SMPN 10 sudah berjalan baik bahkan telah beberapa kali panen, satu kali panen bisa mencapai 30 kilogram. Meskipun masih skala kecil, tapi ini bisa menjadi embrio untuk program yang lebih besar," katanya.
Selain mengembangkan maggot, lanjutnya, di SMPN 10 juga mengolah sampah anorganik menjadi pupuk cair. Untuk pupuk cair ini, juga sudah bisa berproduksi dengan baik.
Untuk memasarkan pupuk cair yang dihasilkan, pihaknya telah meminta pihak SMPN 10 melakukan uji laboratorium terkait pemanfaatan apakah untuk akar, daun, buah, atau lainnya agar dapat dipromosikan secara masif.
"Kami memberikan apresiasi kepada pihak SMPN 10 Mataram yang melakukan pengolahan sampah secara mandiri, dengan tujuan utama merubah perilaku masyarakat," katanya.
Harapannya, apa yang dilakukan SMPN 1 dan SMPN 10 Mataram itu dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lainnya, untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).