Menteri LH mengajak santri jadi panutan pengelolaan sampah

id Pengelolaan sampah,Menteri Lingkungan Hidup,Ponpes Nurul Quran Ponorogo,pondok pesantren,peran santri,sekolah adiwiyata

Menteri LH mengajak santri jadi panutan pengelolaan sampah

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq (kedua dari kiri) saat mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Quran, Ponorogo, pada Sabtu (21/12/2024). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari.

Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq mengajak para santri di seluruh Indonesia untuk menjadi panutan pengelolaan sampah.

"Sampah di Indonesia ini ada sekitar 68 juta ton per tahun. Di Jakarta saja, kita masih sibuk mengelola 8.000 ton per hari, hampir ada 1.000 truk setiap hari yang mengangkut sampah di Jakarta. Jadi saya ingin titip pesan untuk umarah (pemimpin agama) di sini untuk mengelola sampah, jadikan adik-adik ini untuk teladan dan pengelolaan sampah di sekitar," katanya saat mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Quran, Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu.

Ia menegaskan melalui pondok pesantren (ponpes), budaya luhur penyelamatan lingkungan terus diperhatikan dengan cermat.

"Melalui pendidikan ponpes, nilai-nilai budaya luhur penyelamatan lingkungan diperhatikan dengan cermat. Adik-adik akan menjadi contoh penyelamatan lingkungan di wilayahnya," ujar dia.

Ia mengemukakan saat ini pihak Kementerian LH tengah mendesain kerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk menjadikan Adiwiyata sebagai salah satu capaian di bidang pendidikan.

"Kami sedang mendesain kerja sama dengan Kemendikdasmen dan kemungkinan juga Kemenag untuk menjadikan Adiwiyata itu sebagai salah satu capaian dari pendidikan kita, dari lapis pendidikan dasar sampai menengah," ucapnya.

Saat ini, lanjut dia, Kementerian LH juga terus melakukan evaluasi tentang Adiwiyata yang capaiannya masih belum cukup memuaskan.

"Jadi kita sedang menyusun evaluasi, karena selama ini ternyata Adiwiyata itu ditangani sendiri oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sehingga capaiannya sedikit, dari tingkat SD, SMP, SMA, itu baru 2.500 yang Adiwiyata-nya," kata Menteri Hanif.

Menurutnya, pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan cara-cara yang cukup sederhana dari lingkungan sekitar. "Cukup dengan memilah sampah di sekitar ruang kerja kita, atau di kelas-kelas," tuturnya.

Hanif juga menyebutkan negara maju dimulai dengan kebersihan sampah di sekitarnya.

"Kalau mau melihat negara maju atau tidak, bisa dilihat dari sampahnya. Untuk itu, santri perlu diberikan edukasi tentang pemilahan dan pengelolaan sampah, jadi kepada adik-adik inilah kami titipkan masa depan bangsa," kata Hanif.

Baca juga: Menteri LH Hanif berterima kasih ke pemulung di TPST Bantargebang
Baca juga: KLH minta pemda selesaikan peta jalan kelola sampah

Sebelumnya Hanif juga menyampaikan untuk pengelolaan sampah yang baik di daerah dari proses hulu hingga hilir, diperlukan alokasi anggaran sebesar tiga persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Kalau kita kali konversi sampahnya di angka 0,75-1 kg per hari per orang, maka diperlukan biaya untuk penyelesaiannya di angka tiga persen dari jumlah APBD di masing-masing daerah kabupaten/kota maupun dengan dukungan provinsi,” katanya.

Ia prihatin alokasi anggaran pengelolaan sampah selama ini tidak terlalu besar, hanya sekitar nol koma sekian persen dari APBD. Karena itu pemerintah daerah (pemda) diharapkan dapat lebih terbuka terhadap permasalahan sampah di daerahnya.