Ponorogo, Jatim (ANTARA) - Masyarakat adat di Desa Carangrejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Jumat, menggelar ritual menyembelih kambing "kendit", istilah jenis kambing berwarna dasar hitam kombinasi putih bergaris melingkar seperti cincin tanpa putus di bagian badan.
Seremoni adat sedekah bumi yang berlangsung turun-temurun sejak 200-an tahun lalu itu pada tahun ini juga berlangsung sakral di Madiun, Jumat.
Ritual dimulai pukul 04.00 WIB dengan penyembelihan kambing "kendit" yang sudah disiapkan di Dam Sumorobangun. Setelah itu, daging kambing kemudian dimasak bersama-sama namun hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. "Kami hanya meneruskan apa yang apa yang sudah menjadi tradisi dari para leluhur dahulu,” kata salah satu penggiat adat yang juga Kepala Dusun Bulurejo, Desa Carangrejo, Suyatno.
Dia menjelaskan sesuai pakem adat yang berkembang selama ini, ritual sedekah bumi menyembelih kambing "kendit" digelar setiap November bertepatan dengan Jumat Legi dalam penanggalan Jawa. Ada beberapa bagian tubuh kambing "kendit" yang tidak dimasak, melainkan dilarung ke dasar Sungai/Dam Sumorobangun, meliputi kepala, kaki, serta jeroan. "Bagian kepala, jeroan, dan kulit dilarung di sungai. Lalu untuk ususnya dibentangkan di atas aliran sungai," ujarnya.
Baca juga: Kemlu menegaskan Pulau Pasir bukan milik Indonesia
Baca juga: Nayu-ayu, ritual adat utama bagi masyarakat Sembalun Bumbung
Baca juga: Kapolda NTB dapat Gelar Adat masyarakat adat Sembalun Lombok Timur
Setelah selesai acara memasak dilanjutkan dengan doa bersama atau kenduri. Warga antusias mengikuti prosesi ini. Suyatno mengatakan kegiatan ini bentuk rasa syukur warga atas limpahan air untuk pertanian dari aliran sungai DAM Sumorobangun ke Desa Carangrejo. “Ritual ini juga untuk mengenang Mbah Doplang yang merupakan tokoh sakti yang membuat sungai DAM Sumorobangun yang dialirkan ke Desa Carangrejo," katanya.
Setelah pelarungan dan kenduri, ritual dilanjutkan dengan mengawinkan dua sumber air, yakni sumber air Sumorobangun dengan sumber air Beji Sendang Songo di Desa Carangrejo.
Seremoni adat sedekah bumi yang berlangsung turun-temurun sejak 200-an tahun lalu itu pada tahun ini juga berlangsung sakral di Madiun, Jumat.
Ritual dimulai pukul 04.00 WIB dengan penyembelihan kambing "kendit" yang sudah disiapkan di Dam Sumorobangun. Setelah itu, daging kambing kemudian dimasak bersama-sama namun hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. "Kami hanya meneruskan apa yang apa yang sudah menjadi tradisi dari para leluhur dahulu,” kata salah satu penggiat adat yang juga Kepala Dusun Bulurejo, Desa Carangrejo, Suyatno.
Dia menjelaskan sesuai pakem adat yang berkembang selama ini, ritual sedekah bumi menyembelih kambing "kendit" digelar setiap November bertepatan dengan Jumat Legi dalam penanggalan Jawa. Ada beberapa bagian tubuh kambing "kendit" yang tidak dimasak, melainkan dilarung ke dasar Sungai/Dam Sumorobangun, meliputi kepala, kaki, serta jeroan. "Bagian kepala, jeroan, dan kulit dilarung di sungai. Lalu untuk ususnya dibentangkan di atas aliran sungai," ujarnya.
Baca juga: Kemlu menegaskan Pulau Pasir bukan milik Indonesia
Baca juga: Nayu-ayu, ritual adat utama bagi masyarakat Sembalun Bumbung
Baca juga: Kapolda NTB dapat Gelar Adat masyarakat adat Sembalun Lombok Timur
Setelah selesai acara memasak dilanjutkan dengan doa bersama atau kenduri. Warga antusias mengikuti prosesi ini. Suyatno mengatakan kegiatan ini bentuk rasa syukur warga atas limpahan air untuk pertanian dari aliran sungai DAM Sumorobangun ke Desa Carangrejo. “Ritual ini juga untuk mengenang Mbah Doplang yang merupakan tokoh sakti yang membuat sungai DAM Sumorobangun yang dialirkan ke Desa Carangrejo," katanya.
Setelah pelarungan dan kenduri, ritual dilanjutkan dengan mengawinkan dua sumber air, yakni sumber air Sumorobangun dengan sumber air Beji Sendang Songo di Desa Carangrejo.