Mataram (ANTARA) - Produk pin logo Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali yang tersemat di dada para delegasi maupun presiden negara-negara peserta dibuat UMKM asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Tidak menyangka dan prosesnya lama sampai digunakan di KTT G20," kata pemilik Lombok Pearl, Riana Meilia di Mataram, Kamis.
Riana menuturkan, dipakainya produk pin bermula saat ia mengikuti pameran di Kuta, Mandalika awal 2022. Di mana Presiden Joko Widodo menyempatkan meninjau booth Lombok Pearl.
"Disana presiden tertarik melihat desain perhiasan berbentuk sayap kumbang," ujarnya.
Riana mengungkapkan, Presiden Jokowi saat itu mengatakan desain inilah yang dicari untuk menjadi pin resmi KTT G20 dan memintanya mengerjakannya.
Namun demikian, sejak peristiwa itu, pihaknya menunggu jawaban dari panitia G20 hingga pada Agustus, ia diminta mengirimkan desain dan profil usaha.
Setelah melalui proses kerjasama, ia mulai mengerjakan pin berbahan perak untuk pejabat VVIP dan VIP sejumlah 170 buah itu dengan kontrol kualitas tinggi.
"Alhamdulillah, perajin perajin kita bisa mengikuti standar yang ditetapkan panitia dari presisi desain dan pengerjaan. Termasuk juga memastikan pin itu tidak lepas saat dipakai dengan berkali kali ujicoba," terangnya.
Ia menjelaskan pin logo KTT G20 ini dibuat dan dikemas dari bahan lokal, khususnya pin VVIP disepuh emas 24 karat.
Riana menambahkan, sejak tahun 2000, ia mulai usaha dengan 30 perajin di Desa Ungga, Lombok Tengah. Sempat terdampak pandemi, para perajin mengundurkan diri dan bekerja serabutan.
Saat ini ada 15 perajin yang bekerja di Lombok Pearls. Ia mengaku makin percaya diri dengan kemampuan dan kualitas produk yang dihasilkan terutama para perajin binaannya.
"UKM kita hanya perlu menjaga kualitas dan rajin mengikuti event terutama di Jakarta sebagai pintu," tambahnya.
Ia meyakini, pasar selalu terbuka lebar bagi UKM NTB lainnya dan bersaing dengan kreatifitas dan kualitas.
Salah seorang perajin perak Ungga, Kahar (52), mengaku bangga dengan order kali ini.
"Bangga karena dipakai oleh pejabat negara di acara kelas dunia," ujarnya.
Perajin yang sudah menekuni profesi-nya sejak 1990 ini mengaku berhati hati dalam proses pengerjaan pin G20 ini. Karena sesuai ketentuan, desain motif, dimensi panjang dan lebar serta presisi berat harus sesuai dan tepat.
"Walaupun tinggal di desa, tapi karya bersaing global," katanya.
"Tidak menyangka dan prosesnya lama sampai digunakan di KTT G20," kata pemilik Lombok Pearl, Riana Meilia di Mataram, Kamis.
Riana menuturkan, dipakainya produk pin bermula saat ia mengikuti pameran di Kuta, Mandalika awal 2022. Di mana Presiden Joko Widodo menyempatkan meninjau booth Lombok Pearl.
"Disana presiden tertarik melihat desain perhiasan berbentuk sayap kumbang," ujarnya.
Riana mengungkapkan, Presiden Jokowi saat itu mengatakan desain inilah yang dicari untuk menjadi pin resmi KTT G20 dan memintanya mengerjakannya.
Namun demikian, sejak peristiwa itu, pihaknya menunggu jawaban dari panitia G20 hingga pada Agustus, ia diminta mengirimkan desain dan profil usaha.
Setelah melalui proses kerjasama, ia mulai mengerjakan pin berbahan perak untuk pejabat VVIP dan VIP sejumlah 170 buah itu dengan kontrol kualitas tinggi.
"Alhamdulillah, perajin perajin kita bisa mengikuti standar yang ditetapkan panitia dari presisi desain dan pengerjaan. Termasuk juga memastikan pin itu tidak lepas saat dipakai dengan berkali kali ujicoba," terangnya.
Ia menjelaskan pin logo KTT G20 ini dibuat dan dikemas dari bahan lokal, khususnya pin VVIP disepuh emas 24 karat.
Riana menambahkan, sejak tahun 2000, ia mulai usaha dengan 30 perajin di Desa Ungga, Lombok Tengah. Sempat terdampak pandemi, para perajin mengundurkan diri dan bekerja serabutan.
Saat ini ada 15 perajin yang bekerja di Lombok Pearls. Ia mengaku makin percaya diri dengan kemampuan dan kualitas produk yang dihasilkan terutama para perajin binaannya.
"UKM kita hanya perlu menjaga kualitas dan rajin mengikuti event terutama di Jakarta sebagai pintu," tambahnya.
Ia meyakini, pasar selalu terbuka lebar bagi UKM NTB lainnya dan bersaing dengan kreatifitas dan kualitas.
Salah seorang perajin perak Ungga, Kahar (52), mengaku bangga dengan order kali ini.
"Bangga karena dipakai oleh pejabat negara di acara kelas dunia," ujarnya.
Perajin yang sudah menekuni profesi-nya sejak 1990 ini mengaku berhati hati dalam proses pengerjaan pin G20 ini. Karena sesuai ketentuan, desain motif, dimensi panjang dan lebar serta presisi berat harus sesuai dan tepat.
"Walaupun tinggal di desa, tapi karya bersaing global," katanya.