Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar meminta para pelaku sektor jasa keuangan, termasuk perbankan, bisa proaktif dalam menghadapi krisis global saat ini.
“Dibutuhkan kepemimpinan yang proaktif dan kolaboratif dari para CEO dan pimpinan bank maupun perusahaan jasa keuangan,” kata Mahendra Siregar pada "Top 100 CEO’s and The Next Leader Forum 2022" di Jakarta, Rabu.
Mahendra menuturkan para pelaku sektor jasa keuangan juga harus ikut merumuskan dan menerapkan berbagai strategi kebijakan yang dikeluarkan oleh OJK ke dalam strategi bisnis perusahaan.
Hal itu lantaran kunci efektivitas kebijakan di sektor jasa keuangan yang ditetapkan OJK dalam rangka menghadapi situasi krisis adalah adanya dukungan penuh para pemangku kepentingan, khususnya pelaku sektor jasa keuangan.
Ia memastikan OJK sendiri akan senantiasa berada di garda terdepan, termasuk melalui koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Baca juga: OJK selenggarakan capai 1.000 program edukasi keuangan setahun
Baca juga: OJK sebut indeks inklusi dan literasi keuangan menurun 2022
Untuk menghadapi tantangan, kata dia, harus disiapkan amunisi yang lengkap, tepat, dan terukur, yaitu di antaranya dengan effective policy framework dan pre-emptive policy tools. Langkah itu dapat dilakukan melalui pelaksanaan assessment seperti stress test berkala baik kepada individu lembaga jasa keuangan maupun industri atau sektor lain.
Oleh sebab itu Mahendra Siregar menegaskan para CEO dan pimpinan bank harus proaktif untuk meneruskan kebijakan OJK ke dalam perusahaan. Selain itu, lanjutnya, CEO juga dituntut memiliki jiwa effective leadership dengan terus mengedepankan prinsip integritas, profesionalisme dan transparansi.
Aspek tersebut harus ada mengingat fondasi jasa sektor keuangan dibangun dari kepercayaan dan keyakinan para investor, kata dia, sehingga posisi nakhoda dalam menentukan dan menavigasi arah kapal sangat berperan untuk menjaga kelangsungan bisnis perusahaan. “Dalam menghadapi krisis dimensional tingkat global maka kepemimpinan efektif dan solutif menjadi hal yang tidak bisa ditawar para leaders,” ujar Mahendra Siregar.
“Dibutuhkan kepemimpinan yang proaktif dan kolaboratif dari para CEO dan pimpinan bank maupun perusahaan jasa keuangan,” kata Mahendra Siregar pada "Top 100 CEO’s and The Next Leader Forum 2022" di Jakarta, Rabu.
Mahendra menuturkan para pelaku sektor jasa keuangan juga harus ikut merumuskan dan menerapkan berbagai strategi kebijakan yang dikeluarkan oleh OJK ke dalam strategi bisnis perusahaan.
Hal itu lantaran kunci efektivitas kebijakan di sektor jasa keuangan yang ditetapkan OJK dalam rangka menghadapi situasi krisis adalah adanya dukungan penuh para pemangku kepentingan, khususnya pelaku sektor jasa keuangan.
Ia memastikan OJK sendiri akan senantiasa berada di garda terdepan, termasuk melalui koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Baca juga: OJK selenggarakan capai 1.000 program edukasi keuangan setahun
Baca juga: OJK sebut indeks inklusi dan literasi keuangan menurun 2022
Untuk menghadapi tantangan, kata dia, harus disiapkan amunisi yang lengkap, tepat, dan terukur, yaitu di antaranya dengan effective policy framework dan pre-emptive policy tools. Langkah itu dapat dilakukan melalui pelaksanaan assessment seperti stress test berkala baik kepada individu lembaga jasa keuangan maupun industri atau sektor lain.
Oleh sebab itu Mahendra Siregar menegaskan para CEO dan pimpinan bank harus proaktif untuk meneruskan kebijakan OJK ke dalam perusahaan. Selain itu, lanjutnya, CEO juga dituntut memiliki jiwa effective leadership dengan terus mengedepankan prinsip integritas, profesionalisme dan transparansi.
Aspek tersebut harus ada mengingat fondasi jasa sektor keuangan dibangun dari kepercayaan dan keyakinan para investor, kata dia, sehingga posisi nakhoda dalam menentukan dan menavigasi arah kapal sangat berperan untuk menjaga kelangsungan bisnis perusahaan. “Dalam menghadapi krisis dimensional tingkat global maka kepemimpinan efektif dan solutif menjadi hal yang tidak bisa ditawar para leaders,” ujar Mahendra Siregar.