Kabupaten Bogor (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri pengelolaan nonmigas hingga kini masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional.
"Hingga triwulan III 2022 ini (industri nonmigas) memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 16,10 persen. Lebih tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya," kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Pabrik Indo Kordsa, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menyebutkan pertumbuhan industri sektor nonmigas pada triwulan III 2022 mengalami kenaikan sebesar 4,88 persen secara tahunan dari Rp528,37 triliun pada 2021, menjadi Rp554,16 triliun tahun 2022.
Menurutnya, industri sektor nonmigas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional, meski pertumbuhannya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,72 persen atau PDB naik dari Rp2.815 triliun pada triwulan III 2021 menjadi Rp2.976 triliun pada triwulan III 2022.
"Demikian juga terhadap kontribusi ekspor nonmigas, dari Januari sampai September 2022 tercatat sebesar 156,70 miliar dolar AS, atau mengalami kenaikan 22,23 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat 127,77 miliar dolar AS," ujarnya.
Ignatius mencatat sektor industri tetap memberikan kontribusi paling besar dengan sumbangsih hingga 71,2 persen dari total nilai ekspor nasional yang sebesar 219,38 miliar dolar AS. Pemerintah, kata dia, akan terus berupaya menjaga kepercayaan diri para pelaku industri dalam menjalankan usahanya di tanah air, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang sedang mengalami gejolak dan perlambatan.
Ia menyebutkan salah satu kelompok industri pengolahan yang dikategorikan sebagai industri strategis sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), yaitu industri tekstil dan produk tekstil.
Baca juga: Singapura masih jadi negara tujuan ekspor terbesar Kepri
Baca juga: Ekspor nonmigas Kaltim terbanyak dari Pelabuhan Samarinda
"Pertumbuhan industri ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik yaitu tumbuh 11,38 persen meskipun secara kuartal to kuartal mengalami pelambatan dari 3,3 persen menjadi -92 persen pada kuartal III 2022," kata Ignatius.
Meski begitu ekspor secara kumulatif industri tekstil dan produk tekstil masih mengalami kenaikan sampai dengan September 2022 yakni sebesar 15,6 persen, bila dibandingkan dengan data tahun 2021.
"Hingga triwulan III 2022 ini (industri nonmigas) memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 16,10 persen. Lebih tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya," kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito saat peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Pabrik Indo Kordsa, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Ia menyebutkan pertumbuhan industri sektor nonmigas pada triwulan III 2022 mengalami kenaikan sebesar 4,88 persen secara tahunan dari Rp528,37 triliun pada 2021, menjadi Rp554,16 triliun tahun 2022.
Menurutnya, industri sektor nonmigas masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional, meski pertumbuhannya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,72 persen atau PDB naik dari Rp2.815 triliun pada triwulan III 2021 menjadi Rp2.976 triliun pada triwulan III 2022.
"Demikian juga terhadap kontribusi ekspor nonmigas, dari Januari sampai September 2022 tercatat sebesar 156,70 miliar dolar AS, atau mengalami kenaikan 22,23 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat 127,77 miliar dolar AS," ujarnya.
Ignatius mencatat sektor industri tetap memberikan kontribusi paling besar dengan sumbangsih hingga 71,2 persen dari total nilai ekspor nasional yang sebesar 219,38 miliar dolar AS. Pemerintah, kata dia, akan terus berupaya menjaga kepercayaan diri para pelaku industri dalam menjalankan usahanya di tanah air, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang sedang mengalami gejolak dan perlambatan.
Ia menyebutkan salah satu kelompok industri pengolahan yang dikategorikan sebagai industri strategis sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), yaitu industri tekstil dan produk tekstil.
Baca juga: Singapura masih jadi negara tujuan ekspor terbesar Kepri
Baca juga: Ekspor nonmigas Kaltim terbanyak dari Pelabuhan Samarinda
"Pertumbuhan industri ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik yaitu tumbuh 11,38 persen meskipun secara kuartal to kuartal mengalami pelambatan dari 3,3 persen menjadi -92 persen pada kuartal III 2022," kata Ignatius.
Meski begitu ekspor secara kumulatif industri tekstil dan produk tekstil masih mengalami kenaikan sampai dengan September 2022 yakni sebesar 15,6 persen, bila dibandingkan dengan data tahun 2021.