Kota Bengkulu (ANTARA) - Rektor Universitas Negeri Bengkulu (Unib) Retno Agustina Ekaputri menyebut bahwa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sangat mendukung kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia.
Melalui MBKM, kata dia, mahasiswa berkesempatan memasuki dunia kerja sebelum lulus kuliah, serta mengembangkan bakat dan melatih kompetensi di luar keahlian program studi yang dijalani. "Contohnya, mahasiswa akuntansi Unib dapat magang sebagai junior consultant di salah satu perusahaan konsultan keuangan. Di semester selanjutnya, melanjutkan magang lagi di BPJS Kesehatan, serta banyak lagi praktik baiknya," kata Retno di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan, sertifikat dan pengalaman kerja yang didapatkan mahasiswa tentu sangat membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di kemudian hari. Oleh karena itu, menurut Retno, mahasiswa dan universitas sangat antusias dengan adanya program-program MBKM.
Kemendikbudristek telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020. Berdasarkan kebijakan tersebut, mahasiswa memiliki hak belajar di luar kampus sebanyak 20 SKS dan dapat diperpanjang sampai 40 SKS, serta hak belajar di luar program studi.
Pada tahun yang sama, Unib menerbitkan Peraturan Rektor Nomor 25 tentang Peraturan Akademik yang di dalamnya terdapat beberapa pasal yang mengatur pelaksanaan hak belajar tersebut. "Selain itu, Unib juga menerbitkan buku pedoman pelaksanaan MBKM di mana buku tersebut menjadi acuan seluruh civitas akademika dalam melaksanakan MBKM baik yang dikelola kementerian maupun yang dikelola perguruan tinggi sendiri," kata Retno.
Baca juga: Tantangan perguruan tinggi tidak hanya akses
Baca juga: Banyak kampus luar negeri mampu hadirkan inovasi kewirausahaan
Dalam melaksanakan MBKM, Retno mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi Unib adalah dalam hal mengkonversi mata kuliah dan sistem informasi."Unib bertekad untuk terus bertransformasi dan adaptif untuk menjadi universitas yang unggul dan terus memberikan yang terbaik untuk mahasiswa," katanya.
Ke depan, Retno berharap program-program yang memberikan mahasiswa kesempatan belajar di luar kampus dapat terus dilanjutkan dengan tetap melakukan evaluasi serta perbaikan, sehingga mahasiswa mendapatkan layanan pendidikan yang baik dan memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.
"Mahasiswa yang telah mengikuti program diharapkan dapat memberikan dampak dengan membagi pengalaman dan praktik baik serta dampak baik yang dialami, dan menularkannya kepada adik tingkat serta temannya yang lain," kata Retno.
Melalui MBKM, kata dia, mahasiswa berkesempatan memasuki dunia kerja sebelum lulus kuliah, serta mengembangkan bakat dan melatih kompetensi di luar keahlian program studi yang dijalani. "Contohnya, mahasiswa akuntansi Unib dapat magang sebagai junior consultant di salah satu perusahaan konsultan keuangan. Di semester selanjutnya, melanjutkan magang lagi di BPJS Kesehatan, serta banyak lagi praktik baiknya," kata Retno di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan, sertifikat dan pengalaman kerja yang didapatkan mahasiswa tentu sangat membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di kemudian hari. Oleh karena itu, menurut Retno, mahasiswa dan universitas sangat antusias dengan adanya program-program MBKM.
Kemendikbudristek telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020. Berdasarkan kebijakan tersebut, mahasiswa memiliki hak belajar di luar kampus sebanyak 20 SKS dan dapat diperpanjang sampai 40 SKS, serta hak belajar di luar program studi.
Pada tahun yang sama, Unib menerbitkan Peraturan Rektor Nomor 25 tentang Peraturan Akademik yang di dalamnya terdapat beberapa pasal yang mengatur pelaksanaan hak belajar tersebut. "Selain itu, Unib juga menerbitkan buku pedoman pelaksanaan MBKM di mana buku tersebut menjadi acuan seluruh civitas akademika dalam melaksanakan MBKM baik yang dikelola kementerian maupun yang dikelola perguruan tinggi sendiri," kata Retno.
Baca juga: Tantangan perguruan tinggi tidak hanya akses
Baca juga: Banyak kampus luar negeri mampu hadirkan inovasi kewirausahaan
Dalam melaksanakan MBKM, Retno mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi Unib adalah dalam hal mengkonversi mata kuliah dan sistem informasi."Unib bertekad untuk terus bertransformasi dan adaptif untuk menjadi universitas yang unggul dan terus memberikan yang terbaik untuk mahasiswa," katanya.
Ke depan, Retno berharap program-program yang memberikan mahasiswa kesempatan belajar di luar kampus dapat terus dilanjutkan dengan tetap melakukan evaluasi serta perbaikan, sehingga mahasiswa mendapatkan layanan pendidikan yang baik dan memiliki kesempatan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.
"Mahasiswa yang telah mengikuti program diharapkan dapat memberikan dampak dengan membagi pengalaman dan praktik baik serta dampak baik yang dialami, dan menularkannya kepada adik tingkat serta temannya yang lain," kata Retno.