Badung (ANTARA) - Indonesia kembali menggelar Archipelagic and Island States (AIS) Forum di Nusa Dua, Badung, Bali pada 5–6 Desember 2022 demi menggalang kekuatan dan kerja sama konkret dari negara pulau dan kepulauan dalam menghadapi krisis.
Di AIS Forum tahun ini, yang kembali digelar setelah vakum selama 1 tahun akibat pandemi, mengangkat tema memperkuat kolaborasi anggota AIS Forum untuk lautan yang sehat dan lestari.
“Tema ini dipilih karena kalau bukan negara pulau dan kepulauan yang memikirkan masalah itu siapa lagi. 47 anggota AIS Forum merupakan negara-negara yang memiliki lautan dengan luas yang besar,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Sora Lokita pada sesi jumpa pers di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Ia menjelaskan Archipelagic and Island States Forum berbeda dari pertemuan multilateral lainnya, karena pada forum-forum AIS negara-negara berkomitmen membentuk kerja sama konkret pada isu-isu yang menjadi perhatian negara pulau dan kepulauan, yaitu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, ekonomi berbasis laut (blue economy), sampah plastik di laut, dan tata kelola laut yang baik.
Sejak resmi terbentuk pada 2018, AIS Forum telah membentuk berbagai kerja sama dan kolaborasi. AIS Forum sebagai platform kerja sama saat ini beranggotakan 47 negara pulau dan kepulauan, yang mayoritas merupakan negara berpendapatan kecil dan menengah.
“AIS Forum membuat joint research untuk pengembangan kapasitas negara pulau dan kepulauan. Forum ini memberi pendanaan riset untuk universitas-universitas di negara AIS, yang syaratnya mereka harus bekerja sama dengan satu atau lebih universitas atau institusi riset di negara anggota AIS lainnya,” kata Sora Lokita yang terlibat dalam pembentukan AIS Forum sejak 2017.
Ia menyampaikan hasil dari riset bersama (joint research) itu telah dimanfaatkan oleh negara-negara anggota AIS Forum. Kemudian, kerja sama lain yang telah terbangun dari AIS Forum pembentukan startup hub yang menjadi platform bagi anak muda di negara-negara anggota AIS terutama yang memiliki perhatian terhadap masalah lautan.
Kerja sama konkret lainnya, Sora Lokita menyampaikan AIS Forum juga membuat pelatihan terkait tata kelola ekosistem bakau (mangrove). “Kami juga ada satu program yang berhasil menghambat sampah plastik masuk ke laut, kemudian kerja sama kewirausahaan, dan innovative financing untuk Blue Economy,” kata dia.
Baca juga: OJK minta sektor jasa keuangan proaktif hadapi krisis
Baca juga: Jasa keuangan digital perkuat ketahanan hadapi krisis
Oleh karena itu, ia optimis pada AIS Forum tahun ini negara-negara anggota dapat menyepakati lebih banyak kerja sama yang riil dan konkret untuk kepentingan negara pulau dan kepulauan.
AIS Forum 2022, sebagaimana pertemuan sebelumnya, terbagi atas dua kegiatan, yaitu pertemuan pejabat senior (SOM) dan pertemuan tingkat menteri (MM). Di pertemuan tingkat menteri, Indonesia diwakili oleh tiga menterinya, yaitu Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Di AIS Forum tahun ini, yang kembali digelar setelah vakum selama 1 tahun akibat pandemi, mengangkat tema memperkuat kolaborasi anggota AIS Forum untuk lautan yang sehat dan lestari.
“Tema ini dipilih karena kalau bukan negara pulau dan kepulauan yang memikirkan masalah itu siapa lagi. 47 anggota AIS Forum merupakan negara-negara yang memiliki lautan dengan luas yang besar,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Sora Lokita pada sesi jumpa pers di Nusa Dua, Bali, Minggu.
Ia menjelaskan Archipelagic and Island States Forum berbeda dari pertemuan multilateral lainnya, karena pada forum-forum AIS negara-negara berkomitmen membentuk kerja sama konkret pada isu-isu yang menjadi perhatian negara pulau dan kepulauan, yaitu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, ekonomi berbasis laut (blue economy), sampah plastik di laut, dan tata kelola laut yang baik.
Sejak resmi terbentuk pada 2018, AIS Forum telah membentuk berbagai kerja sama dan kolaborasi. AIS Forum sebagai platform kerja sama saat ini beranggotakan 47 negara pulau dan kepulauan, yang mayoritas merupakan negara berpendapatan kecil dan menengah.
“AIS Forum membuat joint research untuk pengembangan kapasitas negara pulau dan kepulauan. Forum ini memberi pendanaan riset untuk universitas-universitas di negara AIS, yang syaratnya mereka harus bekerja sama dengan satu atau lebih universitas atau institusi riset di negara anggota AIS lainnya,” kata Sora Lokita yang terlibat dalam pembentukan AIS Forum sejak 2017.
Ia menyampaikan hasil dari riset bersama (joint research) itu telah dimanfaatkan oleh negara-negara anggota AIS Forum. Kemudian, kerja sama lain yang telah terbangun dari AIS Forum pembentukan startup hub yang menjadi platform bagi anak muda di negara-negara anggota AIS terutama yang memiliki perhatian terhadap masalah lautan.
Kerja sama konkret lainnya, Sora Lokita menyampaikan AIS Forum juga membuat pelatihan terkait tata kelola ekosistem bakau (mangrove). “Kami juga ada satu program yang berhasil menghambat sampah plastik masuk ke laut, kemudian kerja sama kewirausahaan, dan innovative financing untuk Blue Economy,” kata dia.
Baca juga: OJK minta sektor jasa keuangan proaktif hadapi krisis
Baca juga: Jasa keuangan digital perkuat ketahanan hadapi krisis
Oleh karena itu, ia optimis pada AIS Forum tahun ini negara-negara anggota dapat menyepakati lebih banyak kerja sama yang riil dan konkret untuk kepentingan negara pulau dan kepulauan.
AIS Forum 2022, sebagaimana pertemuan sebelumnya, terbagi atas dua kegiatan, yaitu pertemuan pejabat senior (SOM) dan pertemuan tingkat menteri (MM). Di pertemuan tingkat menteri, Indonesia diwakili oleh tiga menterinya, yaitu Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.