Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menargetkan "Bale Budaya" atau rumah budaya yang merupakan "becingah" (aula besar) bangunan khas Suku Sasak bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan budaya dan sosial masyarakat mulai 2023.
"Tahun depan (2023-red) 'Bale Budaya' ini sudah bisa dimanfaatkan masyarakat umum untuk berbagai kegiatan budaya dan sosial kemasyarakatan," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Selasa.
Wali kota yang sudah melakukan peninjauan langsung ke lokasi "Bale Budaya" pada Senin (19/12), mengatakan untuk mulai menyosialisasikan keberadaan "becingah" itu, tahun depan berbagai kegiatan Pemerintah Kota Mataram akan dikonsentrasikan di "Bale Budaya".
Wali kota menilai, okasi "becingah" ini sangat representatif karena memiliki penataan landskap dan akses masuk yang bagus serta areal parkir luas, sehingga memungkinkan untuk digelar berbagai kegiatan dalam skala besar.
"Misalnya untuk kegiatan resepsi pernikahan, kegiatan organisasi, maupun kegiatan lainnya, sehingga bisa berkontribusi pada pendapatan daerah," katanya.
Apalagi, saat ini kebutuhan untuk tempat seremonial di Kota Mataram tinggi, bahkan banyak masyarakat harus menunggu lama untuk mendapat tempat yang diinginkan. Karenanya, dengan adanya "becingah" tersebut bisa menjadi alternatif masyarakat.
"Untuk itulah, 'Bale Budaya' ini akan kita kaji untuk dikomersilkan, dengan penetapan tarif bersaing sesuai dengan fasilitas yang diberikan," katanya.
Terkait dengan itu, kata wali kota, untuk mengoptimalkan pemanfaatan "Bale Budaya", tinggal dilakukan penataan serta penyempurnaan ornamen, dan menambah lampu penerang di sejumlah titik.
"Insya Allah, penataan fasilitas pendukung kita siapkan tahun depan, agar 'becingah' bisa langsung dimanfaatkan," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi sebelumnya mengatakan, Bale Budaya merupakan sebuah "becingah" atau aula serba guna khas Suku Sasak dengan ukuran 48x48 meter yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seni, budaya serta edukasi di kota ini.
Untuk bisa dimanfaatkan secara utuh, akan dilakukan penambahan beberapa fasilitas tambahan yang direncanakan itu antara lain, toilet, ruang VVIV,dan ruang ganti, serta pemasangan plafon "becingah".
Terkait dengan itu, tahun depan Dispar sudah mengusulkan anggaran melalui APBD murni 2023 untuk penambahan fasilitas sebesar Rp500 juta.
Selain itu, pihaknya juga telah mencoba usulkan anggaran untuk pemasangan plafon "Bale Budaya", sebab alokasi anggaran sebesar Rp1,3 miliar tahun 2022 untuk pembangunan bangunan inti "Bale Budaya" belum bisa mengakomodasi plafon.
"Setelah dihitung untuk plafon saja membutuhkan anggaran sekitar Rp600 juta. Tingginya anggaran untuk pemasangan plafon itu, karena menggunakan bahan PVC," katanya.
"Tahun depan (2023-red) 'Bale Budaya' ini sudah bisa dimanfaatkan masyarakat umum untuk berbagai kegiatan budaya dan sosial kemasyarakatan," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Selasa.
Wali kota yang sudah melakukan peninjauan langsung ke lokasi "Bale Budaya" pada Senin (19/12), mengatakan untuk mulai menyosialisasikan keberadaan "becingah" itu, tahun depan berbagai kegiatan Pemerintah Kota Mataram akan dikonsentrasikan di "Bale Budaya".
Wali kota menilai, okasi "becingah" ini sangat representatif karena memiliki penataan landskap dan akses masuk yang bagus serta areal parkir luas, sehingga memungkinkan untuk digelar berbagai kegiatan dalam skala besar.
"Misalnya untuk kegiatan resepsi pernikahan, kegiatan organisasi, maupun kegiatan lainnya, sehingga bisa berkontribusi pada pendapatan daerah," katanya.
Apalagi, saat ini kebutuhan untuk tempat seremonial di Kota Mataram tinggi, bahkan banyak masyarakat harus menunggu lama untuk mendapat tempat yang diinginkan. Karenanya, dengan adanya "becingah" tersebut bisa menjadi alternatif masyarakat.
"Untuk itulah, 'Bale Budaya' ini akan kita kaji untuk dikomersilkan, dengan penetapan tarif bersaing sesuai dengan fasilitas yang diberikan," katanya.
Terkait dengan itu, kata wali kota, untuk mengoptimalkan pemanfaatan "Bale Budaya", tinggal dilakukan penataan serta penyempurnaan ornamen, dan menambah lampu penerang di sejumlah titik.
"Insya Allah, penataan fasilitas pendukung kita siapkan tahun depan, agar 'becingah' bisa langsung dimanfaatkan," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi sebelumnya mengatakan, Bale Budaya merupakan sebuah "becingah" atau aula serba guna khas Suku Sasak dengan ukuran 48x48 meter yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan seni, budaya serta edukasi di kota ini.
Untuk bisa dimanfaatkan secara utuh, akan dilakukan penambahan beberapa fasilitas tambahan yang direncanakan itu antara lain, toilet, ruang VVIV,dan ruang ganti, serta pemasangan plafon "becingah".
Terkait dengan itu, tahun depan Dispar sudah mengusulkan anggaran melalui APBD murni 2023 untuk penambahan fasilitas sebesar Rp500 juta.
Selain itu, pihaknya juga telah mencoba usulkan anggaran untuk pemasangan plafon "Bale Budaya", sebab alokasi anggaran sebesar Rp1,3 miliar tahun 2022 untuk pembangunan bangunan inti "Bale Budaya" belum bisa mengakomodasi plafon.
"Setelah dihitung untuk plafon saja membutuhkan anggaran sekitar Rp600 juta. Tingginya anggaran untuk pemasangan plafon itu, karena menggunakan bahan PVC," katanya.