Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat pada September sebanyak 744.690 orang atau bertambah 12.800 jiwa terhadap Maret 2022.
"Persentase penduduk miskin di NTB, pada September sebesar 13,82 persen, naik sebesar 0,14 persen dibandingkan Maret 2022 dan turun 0,01 persen jika dibandingkan September 2021," kata Statistisi Ahli Madya BPS NTB Arrief Chandra Setiawan, di Mataram, Senin.
Menurut dia, bertambahnya jumlah penduduk miskin di NTB, akibat kenaikan harga komoditas makanan dan komoditas bukan makanan penyusun garis kemiskinan. Kenaikan harga tersebut disebabkan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak yang dilakukan pada September 2022.
Sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2022 sebesar 75,01 persen, sedangkan bukan makanan sebesar 24,99 persen.
Adapun komoditas makanan penyusun garis kemiskinan, yakni beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras. kue basah dan cabai rawit, Sedangkan komoditas bukan makanan, yakni perumahan, bensin, pendidikan, listrik, dan perlengkapan mandi.
"Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan," ujar Arrief.
Ia mengatakan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin.
Berbagai upaya yang dilakukan, yakni subsidi atas kenaikan tarif transportasi umum, subsidi biaya angkut atau transportasi untuk komoditas seperti telur, bawang merah, bawang putih.
Selain itu, memberikan bantuan langsung tunai BBM, bantuan sosial untuk masyarakat yang sangat membutuhkan, bantuan pembelian bahan baku untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah serta bantuan subsidi upah (BSU).
"Jadi program bantuan seperti yang dibilang banyak bantuan beras, apakah itu digelontorkan ke desil satu dan desil dua tidak, kalau ke situ yakin saya tepat sasaran namanya," kata Arrief.
"Persentase penduduk miskin di NTB, pada September sebesar 13,82 persen, naik sebesar 0,14 persen dibandingkan Maret 2022 dan turun 0,01 persen jika dibandingkan September 2021," kata Statistisi Ahli Madya BPS NTB Arrief Chandra Setiawan, di Mataram, Senin.
Menurut dia, bertambahnya jumlah penduduk miskin di NTB, akibat kenaikan harga komoditas makanan dan komoditas bukan makanan penyusun garis kemiskinan. Kenaikan harga tersebut disebabkan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak yang dilakukan pada September 2022.
Sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2022 sebesar 75,01 persen, sedangkan bukan makanan sebesar 24,99 persen.
Adapun komoditas makanan penyusun garis kemiskinan, yakni beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras. kue basah dan cabai rawit, Sedangkan komoditas bukan makanan, yakni perumahan, bensin, pendidikan, listrik, dan perlengkapan mandi.
"Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan," ujar Arrief.
Ia mengatakan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dalam pengendalian inflasi akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak untuk mencegah semakin bertambahnya jumlah penduduk miskin.
Berbagai upaya yang dilakukan, yakni subsidi atas kenaikan tarif transportasi umum, subsidi biaya angkut atau transportasi untuk komoditas seperti telur, bawang merah, bawang putih.
Selain itu, memberikan bantuan langsung tunai BBM, bantuan sosial untuk masyarakat yang sangat membutuhkan, bantuan pembelian bahan baku untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah serta bantuan subsidi upah (BSU).
"Jadi program bantuan seperti yang dibilang banyak bantuan beras, apakah itu digelontorkan ke desil satu dan desil dua tidak, kalau ke situ yakin saya tepat sasaran namanya," kata Arrief.