Mataram (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan obat dialisis yang telah disiapkan untuk lima pasien anak yang menderita gagal ginjal di daerah itu hingga kini belum terpakai.
"Kondisi ini patut kita syukuri, karena sampai sekarang tidak ada temuan kasus gagal ginjal anak di Mataram," kata Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Mataram dr Hj Ni Ketut Eka Nurhayati di Mataram, Selasa.
Dikatakan, obat dialisis untuk anak-anak yang menderita gagal ginjal yang disiapkan itu sebagai langkah antisipasi adanya kasus gagal ginjal pada kalangan anak-anak seiring merebaknya kasus gagal ginjal akibat obat sirop.
Pasalnya, ketika ada temuan kasus maka pasien harus mendapatkan obat dialisis dalam hitungan jam. Pasien gagal ginjal harus cuci darah karena ginjalnya tidak berfungsi.
"Lima obat gagal ginjal anak yang kita beli sebagai langkah antisipasi, istilahnya sedia payung sebelum hujan. Perkara payungnya dipakai atau tidak, ya, tidak apa-apa yang penting kita sudah siaga," katanya.
Ia mengakui, cepat maupun lambat obat gagal ginjal anak itu akan masuk masa kedaluwarsa, namun itu tidak dianggap rugi oleh RSUD Kota Mataram sebab pengadaan obat tersebut merupakan tanggung jawab untuk menyelamatnya pasien.
"Obat gagal ginjal anak yang kita pesan khusus untuk anak-anak sehingga tidak bisa digunakan untuk pasien dewasa," katanya.
Menurutnya, obat dialisis tersebut dibeli sendiri oleh RSUD Kota Mataram, bukan bantuan dari pemerintah pusat dan harga obat ginjal ini termasuk obat yang harganya mahal.
Namun, pihaknya enggan menjelaskan secara rinci tentang harga obat dialisis yang dibeli itu. "Sudahlah jangan hitung rugi, itu tanggung jawab kami. Soal harga tidak perlu disebutkan," katanya.
Di sisi lain, katanya, pemberian resep obat sirop kepada pasien anak kini sudah mulai dibolehkan tetapi pada merek-merek tertentu.
"Obat sirop anak yang kita berikan sekarang yang sudah dinyatakan bebas dari kandungan berbahaya," kata Eka.*
"Kondisi ini patut kita syukuri, karena sampai sekarang tidak ada temuan kasus gagal ginjal anak di Mataram," kata Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Mataram dr Hj Ni Ketut Eka Nurhayati di Mataram, Selasa.
Dikatakan, obat dialisis untuk anak-anak yang menderita gagal ginjal yang disiapkan itu sebagai langkah antisipasi adanya kasus gagal ginjal pada kalangan anak-anak seiring merebaknya kasus gagal ginjal akibat obat sirop.
Pasalnya, ketika ada temuan kasus maka pasien harus mendapatkan obat dialisis dalam hitungan jam. Pasien gagal ginjal harus cuci darah karena ginjalnya tidak berfungsi.
"Lima obat gagal ginjal anak yang kita beli sebagai langkah antisipasi, istilahnya sedia payung sebelum hujan. Perkara payungnya dipakai atau tidak, ya, tidak apa-apa yang penting kita sudah siaga," katanya.
Ia mengakui, cepat maupun lambat obat gagal ginjal anak itu akan masuk masa kedaluwarsa, namun itu tidak dianggap rugi oleh RSUD Kota Mataram sebab pengadaan obat tersebut merupakan tanggung jawab untuk menyelamatnya pasien.
"Obat gagal ginjal anak yang kita pesan khusus untuk anak-anak sehingga tidak bisa digunakan untuk pasien dewasa," katanya.
Menurutnya, obat dialisis tersebut dibeli sendiri oleh RSUD Kota Mataram, bukan bantuan dari pemerintah pusat dan harga obat ginjal ini termasuk obat yang harganya mahal.
Namun, pihaknya enggan menjelaskan secara rinci tentang harga obat dialisis yang dibeli itu. "Sudahlah jangan hitung rugi, itu tanggung jawab kami. Soal harga tidak perlu disebutkan," katanya.
Di sisi lain, katanya, pemberian resep obat sirop kepada pasien anak kini sudah mulai dibolehkan tetapi pada merek-merek tertentu.
"Obat sirop anak yang kita berikan sekarang yang sudah dinyatakan bebas dari kandungan berbahaya," kata Eka.*