Banda Aceh (ANTARA) - Mendengar kata kopi, masyarakat Indonesia langsung teringat Aceh. Bagaimana tidak, provinsi paling barat itu terkenal dengan cita rasa khas kopinya yang mendunia. Aceh juga menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbaik dunia. Juga dikenal sebagai daerah dengan 1.001 warung kopi. Menjamurnya tempat sajian kopi itu tidak terlepas dari budaya minum kopi masyarakat di Tanah Rencong tersebut.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, bisnis warung kopi berbentuk ruko atau rumah tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan tongkrongan untuk menikmati racikan biji hasil tanaman dengan tinggi kurang dari 5 meter itu.
Berbagai inovasi untuk berbisnis kopi pada era yang serbacanggih ini terus bermunculan, baik itu pemesanan secara online, maupun warung kopi yang bisa berpindah-pindah lokasi dengan memanfaatkan kendaraan.
Usaha kopi truk saat ini sudah menjadi solusi bagi pelaku bisnis di Aceh. Selain modal yang tidak terlalu besar, juga sangat praktis, mobilitasnya cukup mudah karena tidak memerlukan lahan yang luas seperti warung kopi pada umumnya.
Di Banda Aceh, usaha kopi truk biasanya beroperasi setelah shalat ashar atau sekitar pukul 16.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Terpusat di tempat-tempat tertentu. Jarang dari pelaku usaha ini yang memarkirkan truk kopi mereka sendiri-sendiri. Mereka selalu berkelompok di lahan-lahan kosong untuk mengundang keramaian. Biasanya, mereka parkir di lokasi wisata, seperti pinggiran Pantai Alue Naga, Ulee Lheue, di kawasan Taman Ratu Safiatuddin, serta setiap event besar baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat umum.
Baca juga: Mahasiswa Jepang kenalkan produk Indonesia
Saat ini, diperkirakan lebih kurang terdapat 500 usaha kopi truk di Banda Aceh. Semuanya masih menggunakan genset BBM fosil untuk menghidupkan beragam peralatan yang membutuhkan energi listrik. Dalam usaha kopi truk, energi listrik menjadi satu-satunya kebutuhan utama. Baik itu untuk menghidupkan lampu, mesin kopi, hingga penyajian air panas. Tanpa listrik usaha ini tidak bisa berjalan. Untuk menghidupkan genset, pebisnis kopi truk per hari bisa menghabiskan sampai Rp100 ribu untuk 10 liter Pertalite.
Truk kopi tenaga surya
BBM fosil masih menjadi pemasok utama kebutuhan listrik pada usaha kopi truk ini sehingga perlu inovasi baru agar usaha lebih menjanjikan. Solusinya dengan memanfaatkan energi baru terbarukan.
Kejuruan Listrik Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Banda Aceh telah merancang kopi truk bertenaga surya, meski masih tahap pengujian. Kelak, mobil ini bisa menjadi solusi bagi pebisnis kopi truk dalam menghemat energi.
Cara kerjanya dimulai dari panel surya yang dipasang pada bak bagian mobil, kemudian energi panas yang ditangkap dialirkan pada baterai untuk penyimpan daya listrik.
Tim kejuruan listrik BPVP Banda Aceh saat membuat truk kopi tenaga surya, di Banda Aceh, Kamis (5-1-2023) ANTARA/Rahmat Fajri
Instruktur Muda Kejuruan Listrik BPVP Banda Aceh Dery Rinaldy optimistis kopi truk bertenaga surya tersebut bakal banyak digunakan pelaku bisnis kopi di Ibu Kota Provinsi Aceh itu karena lebih murah dan ramah lingkungan.
Adapun cara pembuatan truk kopi tenaga surya itu cukup sederhana. Pertama, dimulai dengan memasang panel surya pada atap mobil dengan penyesuaian lebar dari truk tersebut. Setelah itu, maka ukuran panel surya dapat ditentukan berapa watt peak (wp) sehingga bisa ditetapkan berapa jumlah panel surya yang dibutuhkan sampai pembagian grupnya.
Pada truk ni diperoleh 100 wp, mendapatkan sekitar sembilan keping panel sehingga dibagi menjadi tiga grup dengan masing-masing terdapat tiga keping panel surya. Setelah ditentukan, panel surya tersebut kemudian dihubungkan dengan solar charge controller (SCC) sebagai pengatur arus listrik dari panel surya untuk dimasukkan ke baterai.
"Kita pakai yang 20 Ah, kita susun untuk tiga grup tersebut, dan terakhir nanti dari baterai itu kita alirkan ke inverter sehingga keluar tegangan 220 volt AC, plus minus 10 persen. Jadi, dari itulah bisa menghidupkan mesin kopi tersebut," ujarnya.
Karena mobil kopi kejuruan listrik BPVP Banda Aceh itu memuat tiga grup panel surya, maka hanya dapat dibagi ke dalam tiga inverter, yaitu dua inverter 1.000 watt untuk menyalakan mesin espresso dan mesin grinder, kompor listrik dan cup sealer, serta satu inverter 600 watt untuk menghidupkan lampu.
Artinya, dengan daya tersebut, sudah bisa meng-cover semua peralatan pada sebuah truk kopi sehingga bisnis kopinya bisa dijalankan sekitar 6 sampai 7 jam (baterai full).
Sebelum dioperasikan, truk kopi panel surya itu terlebih dahulu harus dilakukan pengecasan (charging) dengan waktu ideal 10 jam di tengah terik Matahari atau membutuhkan waktu 2 hari. Kondisi itu juga tergantung dari ukuran baterainya. Lebih besar maka harus dicas lebih lama.
"Untuk pengecasan lebih kurang membutuhkan waktu sekitar 2 hari karena dalam sehari itu Matahari teriknya sekitar 5 jam. Karena itu, kalau tidak digunakan, mobilnya dijemur saja dan dia akan ngecas otomatis," katanya.
Bisnis kopi truk bertenaga surya ini lebih hemat ketimbang menggunakan genset yang selama ini berjalan. Bila pakai BBM, mereka harus menghabiskan banyak untuk menghidupkan energi listrik. Jika harga Pertalite sekarang Rp10 ribu per liter maka mereka sehari menghabiskan biaya BBM Rp50 ribu untuk setiap 5 liter. Jika dikalikan setahun mereka habiskan biayanya Rp18 juta per tahun.
Dengan memakai sistem tenaga surya, maka pengusaha kopi truk bisa menghemat lebih kurang setengah dari biaya pakai genset tersebut atau sekitar Rp8 juta setahun. Angka tersebut dihitung dari pengecasan selama 2 hari hari untuk sehari pemakaian. Menggunakan tenaga surya dinilai lebih hemat, apalagi perawatannya pun cukup gampang, hanya dengan membersihkan panel surya dan menjaga level baterai saja.
Pengembangan
Pembuatan truk kopi tenaga surya itu merupakan inovasi dari turunan program kompetensi pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI. Kemudian, juga sebagai momentum forum G20, di mana Indonesia sebagai tuan rumah menggaungkan tiga tema besar dan salah satunya adalah transisi energi. Mobil ini juga sebagai kampanye terhadap penggunaan energi yang ramah lingkungan. Karena bahan bakar fosil menghasilkan karbon yang bisa menyebabkan pemanasan global. Ide kopi truk tenaga surya memang seperti itu.
Ke depan, personel dari Kejuruan Listrik BPVP Banda Aceh kembali mengupayakan penambahan inovasi baru kopi truk tersebut berdasarkan beberapa masukan yang telah diterima. Misalnya, pengembangan mobil listrik untuk bisnis kopi dengan panel surya yang bisa bergerak mengikuti arah Matahari. Dua hal tersebut menjadi target yang akan dikejar nantinya.
Pihaknya terus memberikan motivasi kepada pebisnis kopi truk supaya memikirkan untuk menjalankan usahanya dengan sistem panel surya. Sebagai langkah awal, pihaknya sudah mengundang para pelaku usaha kopi truk yang menggunakan genset di Banda Aceh guna memberikan pemahaman tentang manfaat menggunakan tenaga surya.
Mereka terlihat mulai semangat dan tertarik beralih ke energi ramah lingkungan itu. Apalagi saat ini Pemerintah Indonesia juga sedang menggalakkan energi baru terbarukan. "Insya Allah seiring berjalannya waktu nanti teman-teman kopi truk lain juga akan tergerak beralih ke sistem tenaga surya ini," kata Dery.
Ingin beralih
Salah seorang pengusaha kopi truk di Banda Aceh Anda Fadillah sudah memulai usahanya sejak April 2020. Semakin hari terus mengalami peningkatan, dari awalnya hanya mampu menyediakan 14 meja, kini sudah mencapai 50 meja.
Profit per hari yang didapatkan dari usahanya itu sekitar Rp1 juta jika cuaca mendukung atau cerah. Akan tetapi kalau sedang hujan mereka tidak bisa membuka usaha karena hanya mengandalkan lapak di ruang terbuka.
Anda menyampaikan pada awal membuka usaha kopi truk dirinya menggunakan genset dengan kapasitas 5.500 watt, dan beroperasi dari pukul 16.00 WIB sampai 23.00 WIB. Dalam 7 jam itu bisa menghabiskan bahan bakar jenis Pertalite minimal Rp80 ribu sampai Rp90 ribu per hari (8-9 liter).
Anda mengaku baru mendengarkan bahwa sudah ada kopi truk bertenaga surya. Ia mulai tertarik mencoba beralih memanfaatkan energi listrik dari sinar Matahari itu. Apalagi bisa menghemat biaya.
Baca juga: Minum dua cangkir kopi tak bagus untuk pasien hipertensi
Kalau mudah mendapatkan tenaga surya itu, Anda menyatakan akan beralih. Bagi pedagang kopi truk seperti dirinya, biaya operasional menjadi sebuah hal yang wajib dipenuhi. Jika memang saat ini sudah ada inovasi baru yang lebih murah, maka harus dicoba agar usahanya bisa lebih berkembang.
"Intinya kami kalau berjualan itu memikirkan biaya per hari berapa. Kalau memang bisa menghemat, kenapa tidak seperti itu (memanfaatkan tenaga surya)," ujarnya. Jika nantinya inovasi tersebut mulai menggeliat, dirinya berharap ada dukungan dari Pemerintah baik itu berupa peralatan kopi, penunjang lain, maupun pelonggaran waktu operasional. "Bukan hanya peralatan, yang lebih penting adalah dukungan waktu berjualan dan tidak melakukan penutupan tempat usaha," demikian Anda Fadillah.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, bisnis warung kopi berbentuk ruko atau rumah tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan tongkrongan untuk menikmati racikan biji hasil tanaman dengan tinggi kurang dari 5 meter itu.
Berbagai inovasi untuk berbisnis kopi pada era yang serbacanggih ini terus bermunculan, baik itu pemesanan secara online, maupun warung kopi yang bisa berpindah-pindah lokasi dengan memanfaatkan kendaraan.
Usaha kopi truk saat ini sudah menjadi solusi bagi pelaku bisnis di Aceh. Selain modal yang tidak terlalu besar, juga sangat praktis, mobilitasnya cukup mudah karena tidak memerlukan lahan yang luas seperti warung kopi pada umumnya.
Di Banda Aceh, usaha kopi truk biasanya beroperasi setelah shalat ashar atau sekitar pukul 16.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Terpusat di tempat-tempat tertentu. Jarang dari pelaku usaha ini yang memarkirkan truk kopi mereka sendiri-sendiri. Mereka selalu berkelompok di lahan-lahan kosong untuk mengundang keramaian. Biasanya, mereka parkir di lokasi wisata, seperti pinggiran Pantai Alue Naga, Ulee Lheue, di kawasan Taman Ratu Safiatuddin, serta setiap event besar baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat umum.
Baca juga: Mahasiswa Jepang kenalkan produk Indonesia
Saat ini, diperkirakan lebih kurang terdapat 500 usaha kopi truk di Banda Aceh. Semuanya masih menggunakan genset BBM fosil untuk menghidupkan beragam peralatan yang membutuhkan energi listrik. Dalam usaha kopi truk, energi listrik menjadi satu-satunya kebutuhan utama. Baik itu untuk menghidupkan lampu, mesin kopi, hingga penyajian air panas. Tanpa listrik usaha ini tidak bisa berjalan. Untuk menghidupkan genset, pebisnis kopi truk per hari bisa menghabiskan sampai Rp100 ribu untuk 10 liter Pertalite.
Truk kopi tenaga surya
BBM fosil masih menjadi pemasok utama kebutuhan listrik pada usaha kopi truk ini sehingga perlu inovasi baru agar usaha lebih menjanjikan. Solusinya dengan memanfaatkan energi baru terbarukan.
Kejuruan Listrik Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Banda Aceh telah merancang kopi truk bertenaga surya, meski masih tahap pengujian. Kelak, mobil ini bisa menjadi solusi bagi pebisnis kopi truk dalam menghemat energi.
Cara kerjanya dimulai dari panel surya yang dipasang pada bak bagian mobil, kemudian energi panas yang ditangkap dialirkan pada baterai untuk penyimpan daya listrik.
Instruktur Muda Kejuruan Listrik BPVP Banda Aceh Dery Rinaldy optimistis kopi truk bertenaga surya tersebut bakal banyak digunakan pelaku bisnis kopi di Ibu Kota Provinsi Aceh itu karena lebih murah dan ramah lingkungan.
Adapun cara pembuatan truk kopi tenaga surya itu cukup sederhana. Pertama, dimulai dengan memasang panel surya pada atap mobil dengan penyesuaian lebar dari truk tersebut. Setelah itu, maka ukuran panel surya dapat ditentukan berapa watt peak (wp) sehingga bisa ditetapkan berapa jumlah panel surya yang dibutuhkan sampai pembagian grupnya.
Pada truk ni diperoleh 100 wp, mendapatkan sekitar sembilan keping panel sehingga dibagi menjadi tiga grup dengan masing-masing terdapat tiga keping panel surya. Setelah ditentukan, panel surya tersebut kemudian dihubungkan dengan solar charge controller (SCC) sebagai pengatur arus listrik dari panel surya untuk dimasukkan ke baterai.
"Kita pakai yang 20 Ah, kita susun untuk tiga grup tersebut, dan terakhir nanti dari baterai itu kita alirkan ke inverter sehingga keluar tegangan 220 volt AC, plus minus 10 persen. Jadi, dari itulah bisa menghidupkan mesin kopi tersebut," ujarnya.
Karena mobil kopi kejuruan listrik BPVP Banda Aceh itu memuat tiga grup panel surya, maka hanya dapat dibagi ke dalam tiga inverter, yaitu dua inverter 1.000 watt untuk menyalakan mesin espresso dan mesin grinder, kompor listrik dan cup sealer, serta satu inverter 600 watt untuk menghidupkan lampu.
Artinya, dengan daya tersebut, sudah bisa meng-cover semua peralatan pada sebuah truk kopi sehingga bisnis kopinya bisa dijalankan sekitar 6 sampai 7 jam (baterai full).
Sebelum dioperasikan, truk kopi panel surya itu terlebih dahulu harus dilakukan pengecasan (charging) dengan waktu ideal 10 jam di tengah terik Matahari atau membutuhkan waktu 2 hari. Kondisi itu juga tergantung dari ukuran baterainya. Lebih besar maka harus dicas lebih lama.
"Untuk pengecasan lebih kurang membutuhkan waktu sekitar 2 hari karena dalam sehari itu Matahari teriknya sekitar 5 jam. Karena itu, kalau tidak digunakan, mobilnya dijemur saja dan dia akan ngecas otomatis," katanya.
Bisnis kopi truk bertenaga surya ini lebih hemat ketimbang menggunakan genset yang selama ini berjalan. Bila pakai BBM, mereka harus menghabiskan banyak untuk menghidupkan energi listrik. Jika harga Pertalite sekarang Rp10 ribu per liter maka mereka sehari menghabiskan biaya BBM Rp50 ribu untuk setiap 5 liter. Jika dikalikan setahun mereka habiskan biayanya Rp18 juta per tahun.
Dengan memakai sistem tenaga surya, maka pengusaha kopi truk bisa menghemat lebih kurang setengah dari biaya pakai genset tersebut atau sekitar Rp8 juta setahun. Angka tersebut dihitung dari pengecasan selama 2 hari hari untuk sehari pemakaian. Menggunakan tenaga surya dinilai lebih hemat, apalagi perawatannya pun cukup gampang, hanya dengan membersihkan panel surya dan menjaga level baterai saja.
Pengembangan
Pembuatan truk kopi tenaga surya itu merupakan inovasi dari turunan program kompetensi pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI. Kemudian, juga sebagai momentum forum G20, di mana Indonesia sebagai tuan rumah menggaungkan tiga tema besar dan salah satunya adalah transisi energi. Mobil ini juga sebagai kampanye terhadap penggunaan energi yang ramah lingkungan. Karena bahan bakar fosil menghasilkan karbon yang bisa menyebabkan pemanasan global. Ide kopi truk tenaga surya memang seperti itu.
Ke depan, personel dari Kejuruan Listrik BPVP Banda Aceh kembali mengupayakan penambahan inovasi baru kopi truk tersebut berdasarkan beberapa masukan yang telah diterima. Misalnya, pengembangan mobil listrik untuk bisnis kopi dengan panel surya yang bisa bergerak mengikuti arah Matahari. Dua hal tersebut menjadi target yang akan dikejar nantinya.
Pihaknya terus memberikan motivasi kepada pebisnis kopi truk supaya memikirkan untuk menjalankan usahanya dengan sistem panel surya. Sebagai langkah awal, pihaknya sudah mengundang para pelaku usaha kopi truk yang menggunakan genset di Banda Aceh guna memberikan pemahaman tentang manfaat menggunakan tenaga surya.
Mereka terlihat mulai semangat dan tertarik beralih ke energi ramah lingkungan itu. Apalagi saat ini Pemerintah Indonesia juga sedang menggalakkan energi baru terbarukan. "Insya Allah seiring berjalannya waktu nanti teman-teman kopi truk lain juga akan tergerak beralih ke sistem tenaga surya ini," kata Dery.
Ingin beralih
Salah seorang pengusaha kopi truk di Banda Aceh Anda Fadillah sudah memulai usahanya sejak April 2020. Semakin hari terus mengalami peningkatan, dari awalnya hanya mampu menyediakan 14 meja, kini sudah mencapai 50 meja.
Profit per hari yang didapatkan dari usahanya itu sekitar Rp1 juta jika cuaca mendukung atau cerah. Akan tetapi kalau sedang hujan mereka tidak bisa membuka usaha karena hanya mengandalkan lapak di ruang terbuka.
Anda menyampaikan pada awal membuka usaha kopi truk dirinya menggunakan genset dengan kapasitas 5.500 watt, dan beroperasi dari pukul 16.00 WIB sampai 23.00 WIB. Dalam 7 jam itu bisa menghabiskan bahan bakar jenis Pertalite minimal Rp80 ribu sampai Rp90 ribu per hari (8-9 liter).
Anda mengaku baru mendengarkan bahwa sudah ada kopi truk bertenaga surya. Ia mulai tertarik mencoba beralih memanfaatkan energi listrik dari sinar Matahari itu. Apalagi bisa menghemat biaya.
Baca juga: Minum dua cangkir kopi tak bagus untuk pasien hipertensi
Kalau mudah mendapatkan tenaga surya itu, Anda menyatakan akan beralih. Bagi pedagang kopi truk seperti dirinya, biaya operasional menjadi sebuah hal yang wajib dipenuhi. Jika memang saat ini sudah ada inovasi baru yang lebih murah, maka harus dicoba agar usahanya bisa lebih berkembang.
"Intinya kami kalau berjualan itu memikirkan biaya per hari berapa. Kalau memang bisa menghemat, kenapa tidak seperti itu (memanfaatkan tenaga surya)," ujarnya. Jika nantinya inovasi tersebut mulai menggeliat, dirinya berharap ada dukungan dari Pemerintah baik itu berupa peralatan kopi, penunjang lain, maupun pelonggaran waktu operasional. "Bukan hanya peralatan, yang lebih penting adalah dukungan waktu berjualan dan tidak melakukan penutupan tempat usaha," demikian Anda Fadillah.