Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Victor Gustaaf Manoppo menargetkan lamun (seagrass) dan mangrove dalam strategi karbon biru.
"Ekosistem karbon biru Indonesia lainnya yaitu lamun yang memang hingga saat ini belum terlalu diperhatikan dengan perkiraan luas 1,8 juta hektar," ujar Victor dalam workshop Strategi Blue Carbon untuk Pencapaian Target Nationally Determined Contributions (NDC) dan Implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK), yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa.
Ekosistem lamun di Indonesia, lanjut dia, memiliki kemampuan menyerap 790 juta ton karbon (CO2) dengan perkiraan nilai moneter sebesar 35 miliar dolar AS. Sementara ekosistem mangrove Indonesia dengan luasan sekitar 3,36 juta ha mampu menyerap 11 miliar ton karbon (CO2) dengan perkiraan nilai moneter 66 miliar dolar AS.
Sebagai pelaksana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor kelautan, KKP berupaya memperluas kawasan konservasi laut sebesar 30 persen pada 2045. Adapun saat ini, berdasarkan data tahun 2022, luas konservasi laut Indonesia baru mencapai 28,9 juta ha atau 8,7 persen dari total luas wilayah Indonesia.
Baca juga: Proyek kerja sama FAO dan KKP jadi sorotan lokakarya GEF
Baca juga: KKP Bandara Soetta tetap perketat prokes, walau PPMK dicabut
Baca juga: Proyek kerja sama FAO dan KKP jadi sorotan lokakarya GEF
Baca juga: KKP Bandara Soetta tetap perketat prokes, walau PPMK dicabut
"Dengan memperluas kawasan ekosistem menjadi 30 persen maka ekosistem lamun dan mangrove yang ada di kawasan konservasi akan dapat menyerap karbon sekitar 188 juta ton CO2 equivalen," paparnya.
Upaya lain yang akan dilakukan yakni melalui kebijakan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil, strategi yang mengatur pemanfaatan ruang laut, termasuk menetapkan kawasan konservasi cadangan karbon biru dan zona pengelolaan ekosistem pesisir.