Denpasar (ANTARA) - Proyek kerja sama Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI menjadi sorotan dalam acara lokakarya Global Environment Facility (GEF) untuk wilayah Asia-Pasifik di Nusa Dua, Bali, Selasa.
FAO ISLME, salah satu proyek hasil kerja sama FAO dan KKP, merupakan upaya meningkatkan tata kelola perikanan yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan, keberlanjutan, dan pelestarian lingkungan, yang mana sejalan dengan visi ekonomi biru Pemerintah Indonesia.
“Manajemen kegiatan ekonomi biru yang berkelanjutan mencakup pangan biru — pangan yang dihasilkan dari laut, danau, dan sungai — memiliki peranan penting dalam mencapai ketahanan pangan, mengakhiri kekurangan gizi, dan membangun sistem pangan yang sehat, positif alam, dan tangguh di dunia,” kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal sebagaimana dikutip dari siaran tertulisnya di Denpasar, Bali, Selasa.
Dalam acara yang digelar oleh GEF di Bali, FAO ISLME terpilih sebagai contoh sukses tata kelola perikanan yang berkelanjutan terutama terkait perlindungan habitat lautan. FAO ISLME atau Proyek Regional untuk Manajemen Keberlanjutan pada Ekosistem Laut Besar Indonesia merupakan satu dari 13 proyek FAO yang didanai oleh GEF. Total dana yang digelontorkan oleh GEF untuk 13 proyek di 16 negara itu senilai 78,5 juta dolar AS.
Setidaknya, ada tiga wilayah perairan di Indonesia yang menjadi lokasi kerja FAO ISLME, yaitu Laut Jawa (WPPNRI 712), Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali (WPPNRI 713), Teluk Tolo dan Laut Banda (WPPNRI 714).
“Proyek ini menawarkan potensi ekonomi jangka panjang untuk pembangunan tingkat nasional. ISLME mendukung area 712, 713, dan 714 dalam wilayah perairan Indonesia dan Timor Leste. ISLME juga membantu analisis diagnostik lintas batas di perairan Indonesia dan Timor Leste,” kata Kepala Perwakilan FAO.
Wilayah kerja ISLME merupakan salah satu kawasan sentral perairan di Indonesia, yang menjadi habitat 500 jenis terumbu karang, 2.500 jenis ikan laut, 47 jenis bakau (mangrove), dan 13 jenis lamun.
Baca juga: FAO akan meluncurkan sistem pangan berkelanjutan
Baca juga: Balitbangtan paparkan strategi ketahanan pangan pada Forum Grow Asia
Di program ISLME, FAO dan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI berupaya membantu memperbaiki kualitas manajemen perikanan (EAFM) dan strategi panen delapan komoditas unggulan, yaitu lobster, kepiting, bakau, rajungan, kakap, kerapu, lemuru, rumput laut dan teripang.
FAO ISLME, salah satu proyek hasil kerja sama FAO dan KKP, merupakan upaya meningkatkan tata kelola perikanan yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan, keberlanjutan, dan pelestarian lingkungan, yang mana sejalan dengan visi ekonomi biru Pemerintah Indonesia.
“Manajemen kegiatan ekonomi biru yang berkelanjutan mencakup pangan biru — pangan yang dihasilkan dari laut, danau, dan sungai — memiliki peranan penting dalam mencapai ketahanan pangan, mengakhiri kekurangan gizi, dan membangun sistem pangan yang sehat, positif alam, dan tangguh di dunia,” kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal sebagaimana dikutip dari siaran tertulisnya di Denpasar, Bali, Selasa.
Dalam acara yang digelar oleh GEF di Bali, FAO ISLME terpilih sebagai contoh sukses tata kelola perikanan yang berkelanjutan terutama terkait perlindungan habitat lautan. FAO ISLME atau Proyek Regional untuk Manajemen Keberlanjutan pada Ekosistem Laut Besar Indonesia merupakan satu dari 13 proyek FAO yang didanai oleh GEF. Total dana yang digelontorkan oleh GEF untuk 13 proyek di 16 negara itu senilai 78,5 juta dolar AS.
Setidaknya, ada tiga wilayah perairan di Indonesia yang menjadi lokasi kerja FAO ISLME, yaitu Laut Jawa (WPPNRI 712), Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali (WPPNRI 713), Teluk Tolo dan Laut Banda (WPPNRI 714).
“Proyek ini menawarkan potensi ekonomi jangka panjang untuk pembangunan tingkat nasional. ISLME mendukung area 712, 713, dan 714 dalam wilayah perairan Indonesia dan Timor Leste. ISLME juga membantu analisis diagnostik lintas batas di perairan Indonesia dan Timor Leste,” kata Kepala Perwakilan FAO.
Wilayah kerja ISLME merupakan salah satu kawasan sentral perairan di Indonesia, yang menjadi habitat 500 jenis terumbu karang, 2.500 jenis ikan laut, 47 jenis bakau (mangrove), dan 13 jenis lamun.
Baca juga: FAO akan meluncurkan sistem pangan berkelanjutan
Baca juga: Balitbangtan paparkan strategi ketahanan pangan pada Forum Grow Asia
Di program ISLME, FAO dan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI berupaya membantu memperbaiki kualitas manajemen perikanan (EAFM) dan strategi panen delapan komoditas unggulan, yaitu lobster, kepiting, bakau, rajungan, kakap, kerapu, lemuru, rumput laut dan teripang.