Mataram (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menggelar "work shop" dan simposium nasional yang diikuti 359 dokter umum yang bertugas di Puskesmas dan klinik dalam upaya memperkuat kompetensi klinis dan pelayanan primer terhadap masyarakat.
Ketua Panitia, dr Rudi Satriawan di Mataram, Minggu mengatakan kegiatan work shop dan simposium yang digelar selama dua hari ini target utamanya bagaimana para dokter dapat memperkuat kompetensi dan pelayanan primer terhadap masyarakat.
"Target kita adalah dokter umum sesuai dengan tema untuk meningkatkan kompetensi klinis dokter umum. Terutama di NTB," ujarnya disela-sela kegiatan work shop dan simposium nasional.
Ia menjelaskan untuk kegiatan work shop diikuti 67 peserta. Sedangkan simposium 292 peserta sehingga secara keseluruhan diikuti 359 orang. Untuk simposium digelar secara offline dan daring bagi peserta dari luar daerah.
"Materi dalam work shop ini materi praktek. Jadi sekiranya kasus-kasus yang butuh praktek tidak hanya teori saja harus dipraktekkan," ujarnya.
"Contoh di bidang paru bagaimana memasukkan jarum tusuk ke dada untuk keluarkan cairan dada kemudian di dada ada udara juga kita tusuk pakai jarum untuk kita keluarkan udaranya sama cairan. Itu kan suatu cara yang tidak bisa hanya melalui teori melainkan harus melalui praktek," sambung dokter spesialis paru ini.
Menurut dia, penyegaran terhadap dokter-dokter umum ini terutama mereka yang bertugas di Puskesmas atau layanan primer. Terutama bagaimana pelayanan yang cepat, tepat, dan terarah terhadap pasien khususnya yang krisis bisa tertangani dengan cepat.
"Kalau tidak bisa secepatnya maka di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan yang lebih lengkap fasilitas-nya," katanya.
Ketua IDI Lombok Tengah, dr. Mamang Bagiansyah mengatakan pertemuan ilmiah tahunan (PIT) dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lombok Tengah diharapkan bisa menjadi percontohan bagi IDI kabupaten/kota lain di NTB.
"Melalui kegiatan ini, kita ingin ilmu pengetahuan dan keterampilan dari tenaga medis mulai dokter umum maupun spesialis bisa terus meningkat. Karena bagaimanapun ilmu kedokteran juga terus menerus berkembang," ujarnya.
Oleh karena itu Direktur RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah ini juga berharap ke depan kegiatan work shop dan simposium dapat berjalan secara berkesinambungan, sehingga para dokter kembali mengasah ilmu pengetahuan yang ada. Kemudian, punya pengetahuan dan pengalaman baru sehingga mereka memiliki, menjaga dan meningkatkan kompetensi pelayanan kesehatan berbasis primer.
Hal senada juga disampaikan Pengurus Wilayah IDI NTB, dr Farah yang menilai kegiatan semacam itu patut dijadikan contoh, sehingga pihaknya berharap pengurus cabang IDI lainnya melaksanakan kegiatan serupa sehingga dengan begitu, para dokter di mana pun berada mendapatkan pengetahuan dalam perkembangan dunia kedokteran.
"Seorang dokter itu harus mampu meningkatkan kapasitas dengan lengkap dan komprehensif, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," katanya.
Ketua Panitia, dr Rudi Satriawan di Mataram, Minggu mengatakan kegiatan work shop dan simposium yang digelar selama dua hari ini target utamanya bagaimana para dokter dapat memperkuat kompetensi dan pelayanan primer terhadap masyarakat.
"Target kita adalah dokter umum sesuai dengan tema untuk meningkatkan kompetensi klinis dokter umum. Terutama di NTB," ujarnya disela-sela kegiatan work shop dan simposium nasional.
Ia menjelaskan untuk kegiatan work shop diikuti 67 peserta. Sedangkan simposium 292 peserta sehingga secara keseluruhan diikuti 359 orang. Untuk simposium digelar secara offline dan daring bagi peserta dari luar daerah.
"Materi dalam work shop ini materi praktek. Jadi sekiranya kasus-kasus yang butuh praktek tidak hanya teori saja harus dipraktekkan," ujarnya.
"Contoh di bidang paru bagaimana memasukkan jarum tusuk ke dada untuk keluarkan cairan dada kemudian di dada ada udara juga kita tusuk pakai jarum untuk kita keluarkan udaranya sama cairan. Itu kan suatu cara yang tidak bisa hanya melalui teori melainkan harus melalui praktek," sambung dokter spesialis paru ini.
Menurut dia, penyegaran terhadap dokter-dokter umum ini terutama mereka yang bertugas di Puskesmas atau layanan primer. Terutama bagaimana pelayanan yang cepat, tepat, dan terarah terhadap pasien khususnya yang krisis bisa tertangani dengan cepat.
"Kalau tidak bisa secepatnya maka di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan yang lebih lengkap fasilitas-nya," katanya.
Ketua IDI Lombok Tengah, dr. Mamang Bagiansyah mengatakan pertemuan ilmiah tahunan (PIT) dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lombok Tengah diharapkan bisa menjadi percontohan bagi IDI kabupaten/kota lain di NTB.
"Melalui kegiatan ini, kita ingin ilmu pengetahuan dan keterampilan dari tenaga medis mulai dokter umum maupun spesialis bisa terus meningkat. Karena bagaimanapun ilmu kedokteran juga terus menerus berkembang," ujarnya.
Oleh karena itu Direktur RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah ini juga berharap ke depan kegiatan work shop dan simposium dapat berjalan secara berkesinambungan, sehingga para dokter kembali mengasah ilmu pengetahuan yang ada. Kemudian, punya pengetahuan dan pengalaman baru sehingga mereka memiliki, menjaga dan meningkatkan kompetensi pelayanan kesehatan berbasis primer.
Hal senada juga disampaikan Pengurus Wilayah IDI NTB, dr Farah yang menilai kegiatan semacam itu patut dijadikan contoh, sehingga pihaknya berharap pengurus cabang IDI lainnya melaksanakan kegiatan serupa sehingga dengan begitu, para dokter di mana pun berada mendapatkan pengetahuan dalam perkembangan dunia kedokteran.
"Seorang dokter itu harus mampu meningkatkan kapasitas dengan lengkap dan komprehensif, sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," katanya.