Mataram (ANTARA) - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, segera turun melaksanakan program edukasi kepada pemilih pemula melalui sekolah-sekolah untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2024.

"Untuk sosialisasi dan edukasi politik ke pemilih pemula melalui sekolah-sekolah tingkat SMA/SMK/MA se-Kota Mataram, kita sudah siapkan konsep agar lebih tepat sasaran," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Mataram Zarkasyi di Mataram, Selasa.

Menurutnya, kegiatan edukasi politik persiapan Pemilu 2024 dijadwalkan pada awal triwulan dua dengan menyasar siswa SMA/SMK/MA yang duduk dibangku kelas XI dan XII. "Untuk siswa kelas XI target sasaran sekitar 25 persen, sedangkan kelas XII sekitar 80 persen. Kalau kelas X, kami rasa usianya belum masuk 17 tahun," katanya.

Menurutnya, dalam kegiatan edukasi tersebut pihaknya akan melibatkan tim dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dan Bawaslu, yang nantinya juga akan memberikan penjelasan bagaimana tahapan, persyaratan, dan tata cara menyalurkan hak demokrasi secara sah.

Pasalnya, berdasarkan hasil survei yang dilakukan ketika Pilkada Kota Mataram tahun 2020 menyebutkan bahwa golongan putih (golput) dari pemilih pemula mencapai 30 persen. "Jadi ada 30 persen pemilih pemula yang tidak memilih," katanya.

Kondisi itu dipicu karena pemilih pemula belum paham secara utuh tentang Pemilu dan apa yang membuat pemilih pemula untuk tertarik ikut berpartisipasi itu tidak ada. "Bahkan ada anak usia memilih, dia tidak tahu bapaknya nyalon dari partai mana. Karena itu, saat sosialisasi kita ingin 'sentuh' mereka dengan cara-cara yang mudah dipahami," katanya.

Baca juga: KPU Bali undi sampel verifikasi faktual 18 bacalon DPD
Baca juga: PWI harap pers Indonesia tetap menjaga independensi di tahun politik

Terkait dengan itu, lanjutnya, pihaknya menyarankan agar partai politik (parpol) tidak lagi melaksanakan kampanye secara konvensional, tapi harus ada sentuhan-sentuhan milenial. Sentuhan milenial yang dimaksudkannya adalah parpol lebih banyak melakukan kampanye digital sesuai tren anak muda sekarang yang sudah tidak tertarik dengan model kampanye konvensional.

"Menyentuh anak muda berbeda dengan orang tua sebab para pemilih pemula ini tidak sama dengan orang tua. Jadi kalau bisa media sosial bisa dimanfaatkan untuk kampanye seperti TikTok dan lainnya," katanya.

Dengan demikian, anggaran untuk kampanye juga bisa lebih dibandingkan harus mengumpulkan massa yang banyak pada satu tempat. "Anak-anak sekarang tidak bisa lepas HP (handphone) dan mereka lebih senang buka HP dari pada diminta kumpul di lapangan," katanya.



 

Pewarta : Nirkomala
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024