New York (ANTARA) - Minyak menetap turun sekitar dua dolar per barel pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) dan mengakhiri minggu ini jauh lebih rendah, karena para pedagang khawatir kenaikan suku bunga AS di masa depan dapat membebani permintaan dan menjadi cemas tentang tanda-tanda meningkatnya pasokan minyak mentah dan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot 2,15 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi menetap di 76,34 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April jatuh 2,14 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup pada 83,00 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Untuk minggu ini, Brent tergelincir 3,9 persen dan WTi merosot 4,2 persen.
Berbagai tanda pasokan yang cukup juga membebani pasar. Produsen minyak Rusia berharap untuk mempertahankan volume ekspor minyak mentah saat ini, meskipun pemerintah berencana untuk memangkas produksi minyak pada Maret, kata surat kabar Vedomosti pada Jumat (17/2/2023), mengutip sumber yang mengetahui rencana perusahaan.
Data terbaru pasokan AS, dirilis pada Rabu (15/2/2023), menunjukkan persediaan minyak mentah dalam sepekan hingga 10 Februari naik 16,3 juta barel menjadi 471,4 juta barel, level tertinggi sejak Juni 2021. "Karena penyimpanan minyak berada pada level tertinggi 19 bulan, kilang-kilang akan memperpanjang musim turnaround selama mungkin," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Baca juga: Satgas Pangan sidak pasokan beras jelang Ramadhan
Baca juga: Harga minyak menguat di awal sesi Asia
Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, turun satu menjadi 760 dalam seminggu hingga 17 Februari, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co, Jumat (17/2/2023). Meskipun terjadi penurunan rig minggu ini, Baker Hughes mengatakan jumlah total masih naik 115, atau 18 persen dibandingkan tahun lalu. Beberapa dukungan datang dari langkah minggu ini oleh Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang meningkatkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini, mengutip ekspektasi untuk lebih banyak permintaan China.
Dan menteri energi Arab Saudi mengatakan kesepakatan saat ini oleh OPEC+, yang mengelompokkan produsen OPEC dengan Rusia dan lainnya, untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari, akan dikunci hingga akhir tahun, menambahkan dia tetap berhati-hati terhadap permintaan China.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot 2,15 dolar AS atau 2,7 persen, menjadi menetap di 76,34 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April jatuh 2,14 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup pada 83,00 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Untuk minggu ini, Brent tergelincir 3,9 persen dan WTi merosot 4,2 persen.
Pada Kamis (16/2/2023), dua pejabat Fed memperingatkan kenaikan biaya pinjaman tambahan sangat penting untuk mengekang inflasi. Sentimen tersebut mengangkat dolar AS, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya "Kegelisahan kenaikan suku bunga telah kembali dengan sepenuh hati," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM.
Berbagai tanda pasokan yang cukup juga membebani pasar. Produsen minyak Rusia berharap untuk mempertahankan volume ekspor minyak mentah saat ini, meskipun pemerintah berencana untuk memangkas produksi minyak pada Maret, kata surat kabar Vedomosti pada Jumat (17/2/2023), mengutip sumber yang mengetahui rencana perusahaan.
Data terbaru pasokan AS, dirilis pada Rabu (15/2/2023), menunjukkan persediaan minyak mentah dalam sepekan hingga 10 Februari naik 16,3 juta barel menjadi 471,4 juta barel, level tertinggi sejak Juni 2021. "Karena penyimpanan minyak berada pada level tertinggi 19 bulan, kilang-kilang akan memperpanjang musim turnaround selama mungkin," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Baca juga: Satgas Pangan sidak pasokan beras jelang Ramadhan
Baca juga: Harga minyak menguat di awal sesi Asia
Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, turun satu menjadi 760 dalam seminggu hingga 17 Februari, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co, Jumat (17/2/2023). Meskipun terjadi penurunan rig minggu ini, Baker Hughes mengatakan jumlah total masih naik 115, atau 18 persen dibandingkan tahun lalu. Beberapa dukungan datang dari langkah minggu ini oleh Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang meningkatkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini, mengutip ekspektasi untuk lebih banyak permintaan China.
Dan menteri energi Arab Saudi mengatakan kesepakatan saat ini oleh OPEC+, yang mengelompokkan produsen OPEC dengan Rusia dan lainnya, untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari, akan dikunci hingga akhir tahun, menambahkan dia tetap berhati-hati terhadap permintaan China.