Mataram, (Antara)- Paguyuban Gema Satya Mandala (GSM) menggelar aksi kemanusiaan dengan memberikan sejumlah bantuan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Puspa Karna (TWPK) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu.
Penyerahan bantuan berupa beberapa karung beras, sejumlah kardus mi dan lauk-pauk itu, dilakukan secara simbolis oleh Gede Ardana SE, salah seorang pendiri paguyuban, diterima Kepala Panti Sosial (TWPK) Mataram Drs Ahim Iskandar.
"Kegiatan ini membawa misi kemanusiaan paguyuban, untuk mengingatkan bahwa pada saatnya nanti, kita juga akan menghadapi masa tua," kata Wakil Sekretaris Paguyuban Gema Satya Mandala Nengah Karta.
Dikatakannya, misi kemanusiaan ini dimaksudkan sebagai agenda tahunan paguyuban, yang akan dilakukan setiap tiba bulan suci Ramadhan pada tahun-tahun selanjutnya.
"Melalui kegiatan kemanusiaan ini, kami harap anggota paguyuban lebih memiliki kepedulian sosial kepada sesama, sekaligus untuk lebih mendekatkan kami kepada masyarakat," ucap Nengah Karta.
Sementara itu, Ahim Iskandar menyatakan, Panti Sosial TWPK yang berdiri pada 1979, awalnya berada di bawah pembinaan dan naungan Departemen Sosial, namun sejak tahun 2.000 menjadi tanggung jawab Pemprov NTB.
Panti secara terus-menerus mengalami perkembangan yang cukup berarti, termasuk dalam jumlah penghuni yang harus mendapat pelayanan. "Saat ini, panti dihuni 70 warga lanjut usia," ucapnya.
Warga yang menghuni panti adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. "Sesuai persyaratan, warga yang dapat ditampung di dalam pasti adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Selain itu, juga tidak memiliki jenis penyakit menular," katanya.
Menurut dia, sebagai tenaga pelayan atau pengasuh panti, dituntut penuh dedikasi dan kesabaran yang tinggi, mengingat sebagian besar kondisi para penghuni sudah tergolong renta dengan beberapa keterbatasan fisik.
Tidak sedikit, kata Iskandar, penghuni terpaksa harus kencing atau buang air besar di dalam kamarnya masing-masing.
Untuk kegiatan para penghuni panti, lanjut dia, antara lain diberikan bimbingan sosial dan beberapa keterampilan supaya bisa melewati hari-hari dengan menjalani kegiatan yang berarti.
"Penghuni panti sama sekali tidak dikenakan pungutan. Boro-boro dipungut, wong sebagian dari mereka tidak lagi bisa dijumpai sanak saudaranya," ujar Iskandar.
Iskandar menyatakan terima kasih atas uluran bantuan dari Paguyuban Gema Satya Mandala, yang sebagian besar anggotanya juga adalah pentolan organisasi Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) NTB.
Penyerahan bantuan berupa beberapa karung beras, sejumlah kardus mi dan lauk-pauk itu, dilakukan secara simbolis oleh Gede Ardana SE, salah seorang pendiri paguyuban, diterima Kepala Panti Sosial (TWPK) Mataram Drs Ahim Iskandar.
"Kegiatan ini membawa misi kemanusiaan paguyuban, untuk mengingatkan bahwa pada saatnya nanti, kita juga akan menghadapi masa tua," kata Wakil Sekretaris Paguyuban Gema Satya Mandala Nengah Karta.
Dikatakannya, misi kemanusiaan ini dimaksudkan sebagai agenda tahunan paguyuban, yang akan dilakukan setiap tiba bulan suci Ramadhan pada tahun-tahun selanjutnya.
"Melalui kegiatan kemanusiaan ini, kami harap anggota paguyuban lebih memiliki kepedulian sosial kepada sesama, sekaligus untuk lebih mendekatkan kami kepada masyarakat," ucap Nengah Karta.
Sementara itu, Ahim Iskandar menyatakan, Panti Sosial TWPK yang berdiri pada 1979, awalnya berada di bawah pembinaan dan naungan Departemen Sosial, namun sejak tahun 2.000 menjadi tanggung jawab Pemprov NTB.
Panti secara terus-menerus mengalami perkembangan yang cukup berarti, termasuk dalam jumlah penghuni yang harus mendapat pelayanan. "Saat ini, panti dihuni 70 warga lanjut usia," ucapnya.
Warga yang menghuni panti adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. "Sesuai persyaratan, warga yang dapat ditampung di dalam pasti adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Selain itu, juga tidak memiliki jenis penyakit menular," katanya.
Menurut dia, sebagai tenaga pelayan atau pengasuh panti, dituntut penuh dedikasi dan kesabaran yang tinggi, mengingat sebagian besar kondisi para penghuni sudah tergolong renta dengan beberapa keterbatasan fisik.
Tidak sedikit, kata Iskandar, penghuni terpaksa harus kencing atau buang air besar di dalam kamarnya masing-masing.
Untuk kegiatan para penghuni panti, lanjut dia, antara lain diberikan bimbingan sosial dan beberapa keterampilan supaya bisa melewati hari-hari dengan menjalani kegiatan yang berarti.
"Penghuni panti sama sekali tidak dikenakan pungutan. Boro-boro dipungut, wong sebagian dari mereka tidak lagi bisa dijumpai sanak saudaranya," ujar Iskandar.
Iskandar menyatakan terima kasih atas uluran bantuan dari Paguyuban Gema Satya Mandala, yang sebagian besar anggotanya juga adalah pentolan organisasi Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) NTB.