Mataram (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat menyiapkan program pelatihan kerja bagi penganggur agar mampu menjadi seorang wirausaha baru dan keluar dari kategori kemiskinan ekstrem.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Mataram Rudi Suryawan di Mataram, Selasa, mengatakan sasaran pelatihan diprioritaskan kepada penganggur yang masuk dalam keluarga dengan kategori kemiskinan ekstrem.
"Kami akan berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk meminta data 'by name by address' warga yang masuk kemiskinan ekstrem, agar program pelatihan bisa lebih fokus dan tepat sasaran," katanya.
Data Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram menyebutkan jumlah kemiskinan ekstrem di daerah tersebut saat ini sekitar 20.000 kepala keluarga (KK), sedangkan angka pengangguran 15.420 jiwa.
Ia menjelaskan program pelatihan kerja yang akan diberikan kepada mereka, antara lain pelatihan bengkel, pertukangan, kuliner, menjahit, dan kecantikan, sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Jumlah sasaran dalam setahun pelatihan 40 orang dari perwakilan enam kecamatan se-Kota Mataram.
"Dengan keterbatasan anggaran, kita hanya mampu memberikan pelatihan kepada 40 orang. Namun selain kita ada juga OPD lain yang melaksanakan kegiatan serupa, seperti dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM, serta dari anggaran pokir (pokok pikiran) anggota dewan," katanya.
Dia mengharapkan pelatihan-pelatihan kerja yang diberikan OPD tersebut dapat meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi pelaku usaha mandiri.
Menyinggung tentang angka pengangguran 15.420 orang, katanya, didominasi lulusan SMA dan SMK.
Kondisi itu kemungkinan terjadi karena banyak faktor, di antaranya jurusan tidak sesuai dan lapangan kerja yang terbatas.
"Contohnya, SMK jurusan otomotif. Pengusaha yang buka diler atau bengkel terbatas, sementara sekali angkatan siswa yang lulus bisa mencapai 300 orang, sedangkan yang dicari hanya 1-2 orang," katanya.
Terkait dengan itu, lanjutnya, mungkin perlu strategi untuk mendorong lulusan SMA/SMK membuka usaha secara mandiri dengan memberikan berbagai pelatihan dan peralatan.
"Untuk upaya itu, kami sudah melakukan beberapa kali bekerja sama dengan para pelaku UMKM, pariwisata, serta lembaga lainnya," katanya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Mataram Rudi Suryawan di Mataram, Selasa, mengatakan sasaran pelatihan diprioritaskan kepada penganggur yang masuk dalam keluarga dengan kategori kemiskinan ekstrem.
"Kami akan berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk meminta data 'by name by address' warga yang masuk kemiskinan ekstrem, agar program pelatihan bisa lebih fokus dan tepat sasaran," katanya.
Data Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram menyebutkan jumlah kemiskinan ekstrem di daerah tersebut saat ini sekitar 20.000 kepala keluarga (KK), sedangkan angka pengangguran 15.420 jiwa.
Ia menjelaskan program pelatihan kerja yang akan diberikan kepada mereka, antara lain pelatihan bengkel, pertukangan, kuliner, menjahit, dan kecantikan, sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Jumlah sasaran dalam setahun pelatihan 40 orang dari perwakilan enam kecamatan se-Kota Mataram.
"Dengan keterbatasan anggaran, kita hanya mampu memberikan pelatihan kepada 40 orang. Namun selain kita ada juga OPD lain yang melaksanakan kegiatan serupa, seperti dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM, serta dari anggaran pokir (pokok pikiran) anggota dewan," katanya.
Dia mengharapkan pelatihan-pelatihan kerja yang diberikan OPD tersebut dapat meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi pelaku usaha mandiri.
Menyinggung tentang angka pengangguran 15.420 orang, katanya, didominasi lulusan SMA dan SMK.
Kondisi itu kemungkinan terjadi karena banyak faktor, di antaranya jurusan tidak sesuai dan lapangan kerja yang terbatas.
"Contohnya, SMK jurusan otomotif. Pengusaha yang buka diler atau bengkel terbatas, sementara sekali angkatan siswa yang lulus bisa mencapai 300 orang, sedangkan yang dicari hanya 1-2 orang," katanya.
Terkait dengan itu, lanjutnya, mungkin perlu strategi untuk mendorong lulusan SMA/SMK membuka usaha secara mandiri dengan memberikan berbagai pelatihan dan peralatan.
"Untuk upaya itu, kami sudah melakukan beberapa kali bekerja sama dengan para pelaku UMKM, pariwisata, serta lembaga lainnya," katanya.