Jakarta (ANTARA) - Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Nurul Amalia Salabi menilai minimnya tingkat keterwakilan perempuan dalam pemilihan umum (pemilu) merupakan masalah struktural dan kultural.

"Jadi, memang kami melihat ada masalah partai politik dan juga soal kultural itu sendiri," ujar Amalia dalam talkshow yang diselenggarakan oleh International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) di Jakarta, Kamis.

Permasalahan struktural yang dimaksud Amalia mengacu pada penelitian Perludem yang mempertanyakan bagaimana metode pencalonan yang diterapkan oleh partai politik dalam internal demokrasinya. "Ternyata ketika mereka mencalonkan perempuan, mereka asal comot. Untuk formalitas saja," kata Amalia.

Sementara itu, dari sisi kultural, dia mendapati pemilih perempuan memiliki antipati terhadap perempuan calon. Hal ini berhubungan pula dengan ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik. "Mereka melihat partai politik kualitasnya kurang baik, itu berdampak pada penolakan mereka terhadap perempuan calon," ujarnya.

Selain itu, Amalia menilai permasalahan kultural juga terletak pada representasi politisi perempuan di media. Dari pantauan Perludem, kata Amalia, stasiun televisi arus utama di Indonesia lebih banyak menyoroti politisi laki-laki. Sementara itu, kinerja pemimpin perempuan tidak sering dimuat.

Baca juga: Nurdin Halid nyatakan Golkar konsisten dukung Airlangga capres tahun 2024
Baca juga: Pemilu Tahun 2024 tetap berlangsung

Menurut Amalia, kondisi tersebut turut memengaruhi minimnya calon presiden dan calon wakil presiden perempuan di Indonesia. "Karena memang dari media tidak banyak memunculkan figur-figur perempuan. Kami memantau delapan stasiun televisi arus utama di Indonesia. Yang banyak dimunculkan adalah calon-calon laki-laki," ujarnya.

Kendati begitu, Amalia menyatakan tren keterwakilan perempuan dalam pemilu terus meningkat. Menurut dia, data ini menunjukkan perkembangan positif ke arah yang lebih baik. "Sebenarnya trennya sudah lebih baik karena dalam sistem pemilu proporsional terbuka, memang trennya itu meningkat. Meskipun jumlahnya masih sedikit, baik itu dalam jumlah perempuan yang dicalonkan maupun perempuan yang terpilih terus meningkat," katanya.

 

 

Pewarta : Fath Putra Mulya
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024