Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menargetkan angka penurunan stunting atau kekerdilan di wilayah itu pada tahun 2024 mencapai 14 persen.
Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, meminta agar daerah konsisten dengan apa yang telah di lakukan selama ini terutama dalam meningkatkan kualitas posyandu keluarga.
"Intervensi dengan tepat sehingga angka stunting benar-benar signifikan turunnya dan tepat sasaran untuk mencapai target 14 persen di tahun 2024," ujarnya pada Rapat Persiapan Pendampingan Intervensi stunting Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting di NTB dalam keterangan tertulis di Mataram, Rabu.
Ia menyebutkan angka stunting di NTB berdasarkan Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) terus mengalami penurunan.
Tahun 2019 hasilnya 25,5 persen input baru 70,5 persen, kemudian 2020 23,3 persen untuk inputnya 82,7 persen. Mulai 2021 setelah 100 persen posyandu keluarga terbentuk di NTB. Input-nya sudah 98,54 persen dan hasilnya 19,2 persen. Tahun 2022 menjadi 16,8 persen dan 2023 rapor terakhir pada Februari 2023 dengan input 97,87 persen hasilnya 14,76 persen.
"Kita harus terus pastikan seluruh balita, ibu hamil, remaja agar terintervensi dengan baik dan benar sehingga angka real yang kita laporkan itu memang betul angka stunting. Bahwa memang benar kondisi balita kita seperti itu, fokus dengan itu maka Insya Allah yang kita inginkan untuk mewujudkan anak-anak sehat akan terwujud," terangnya.
Menurutnya, dengan E-PPGBM bisa dilihat bagaimana begitu komplit-nya kasus stunting. Tidak terlepas dari kondisi lingkungan, tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan air minum, makan minum rumah tangga-nya baik pengolahan sampah rumah tangga, dan limbah cair rumah tangga.
"Kalau semua sudah baik intervensi spesifik gizi akan sangat efektif menurunkan angka stunting, sehingga ini harus menjadi evaluasi bersama," ujarnya.
"Kepada ibu hamil juga diharapkan agar melakukan USG di puskesmas terdekat yang sudah menyediakan alat untuk USG. Kepada remaja atau pun calon ibu yang anemia juga diharapkan rajin minum vitamin penambah darah," sambung Wagub NTB.
Untuk itu, Wagub NTB mengajak seluruh kabupaten dan kota untuk ikut bergotong royong dalam gerakan bakti stunting yang menyumbang telur seikhlasnya untuk kemudian disumbangkan kepada anak-anak stunting.
Sementara Ketua TP PKK NTB, Niken Saptarini Widyawati, pihaknya ikut membantu program pemerintah dalam hal ini pencegahan dan penanganan.
Sebagai contoh yang sudah dilakukan di Desa Senaru Kabupaten Lombok Utara, di mana sasaran dalam satu desa tersebut terdapat 34 anak stunting. Dengan terus intens memberikan protein tambahan berupa telur selama 3 bulan dari yang tadinya berjumlah 100 anak, kini turun tinggal 5 orang anak.
"Saat ini kami juga masih menggodok konsep untuk bisa lebih misalnya memberikan signifikansi ya dari hasil yang diberikan," ujarnya.
Ia menambahkan pihaknya juga saat ini juga sedang merancang percontohan dapur sehat atasi stunting dimulai di Kota Mataram.
"Kita berencana untuk melakukan intervensi di satu kelurahan dengan bentuk dapur yang sama, Insya Allah akan dimulai setelah bulan Ramadhan," katanya.
Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, meminta agar daerah konsisten dengan apa yang telah di lakukan selama ini terutama dalam meningkatkan kualitas posyandu keluarga.
"Intervensi dengan tepat sehingga angka stunting benar-benar signifikan turunnya dan tepat sasaran untuk mencapai target 14 persen di tahun 2024," ujarnya pada Rapat Persiapan Pendampingan Intervensi stunting Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting di NTB dalam keterangan tertulis di Mataram, Rabu.
Ia menyebutkan angka stunting di NTB berdasarkan Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) terus mengalami penurunan.
Tahun 2019 hasilnya 25,5 persen input baru 70,5 persen, kemudian 2020 23,3 persen untuk inputnya 82,7 persen. Mulai 2021 setelah 100 persen posyandu keluarga terbentuk di NTB. Input-nya sudah 98,54 persen dan hasilnya 19,2 persen. Tahun 2022 menjadi 16,8 persen dan 2023 rapor terakhir pada Februari 2023 dengan input 97,87 persen hasilnya 14,76 persen.
"Kita harus terus pastikan seluruh balita, ibu hamil, remaja agar terintervensi dengan baik dan benar sehingga angka real yang kita laporkan itu memang betul angka stunting. Bahwa memang benar kondisi balita kita seperti itu, fokus dengan itu maka Insya Allah yang kita inginkan untuk mewujudkan anak-anak sehat akan terwujud," terangnya.
Menurutnya, dengan E-PPGBM bisa dilihat bagaimana begitu komplit-nya kasus stunting. Tidak terlepas dari kondisi lingkungan, tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan air minum, makan minum rumah tangga-nya baik pengolahan sampah rumah tangga, dan limbah cair rumah tangga.
"Kalau semua sudah baik intervensi spesifik gizi akan sangat efektif menurunkan angka stunting, sehingga ini harus menjadi evaluasi bersama," ujarnya.
"Kepada ibu hamil juga diharapkan agar melakukan USG di puskesmas terdekat yang sudah menyediakan alat untuk USG. Kepada remaja atau pun calon ibu yang anemia juga diharapkan rajin minum vitamin penambah darah," sambung Wagub NTB.
Untuk itu, Wagub NTB mengajak seluruh kabupaten dan kota untuk ikut bergotong royong dalam gerakan bakti stunting yang menyumbang telur seikhlasnya untuk kemudian disumbangkan kepada anak-anak stunting.
Sementara Ketua TP PKK NTB, Niken Saptarini Widyawati, pihaknya ikut membantu program pemerintah dalam hal ini pencegahan dan penanganan.
Sebagai contoh yang sudah dilakukan di Desa Senaru Kabupaten Lombok Utara, di mana sasaran dalam satu desa tersebut terdapat 34 anak stunting. Dengan terus intens memberikan protein tambahan berupa telur selama 3 bulan dari yang tadinya berjumlah 100 anak, kini turun tinggal 5 orang anak.
"Saat ini kami juga masih menggodok konsep untuk bisa lebih misalnya memberikan signifikansi ya dari hasil yang diberikan," ujarnya.
Ia menambahkan pihaknya juga saat ini juga sedang merancang percontohan dapur sehat atasi stunting dimulai di Kota Mataram.
"Kita berencana untuk melakukan intervensi di satu kelurahan dengan bentuk dapur yang sama, Insya Allah akan dimulai setelah bulan Ramadhan," katanya.