Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan optimistis kecerderasan buatan atau AI (artificial intelligence) tidak akan bisa menggantikan posisi manusia.
"Seperti yang dikatakan pepatah bukan gun tapi man behind the gun-nya. Untuk itu maka pengembangannya perlu etik. Karena yang buatnya juga tetap manusia kan," kata Semuel di Jakarta, Kamis.
Pendapat itu disampaikan-nya menanggapi ketakutan masyarakat yang takut tergantikan perannya di tengah pesatnya perkembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan seperti chatGPT hingga metaverse.
Semuel justru optimistis pada kecerdasan buatan karena menurutnya apabila digunakan untuk hal produktif maka manusia bisa lebih optimal dalam mengerjakan tugasnya dengan bantuan kecerdasan buatan.
Bahkan dirinya sendiri mengakui menggunakan kecerdasan buatan untuk mendukung produktivitas kerjanya. Contohnya ketika ia membaca naskah konferensi pers ke hadapan media untuk menjelaskan kerjasama antara Kemenkominfo dan Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA) untuk pengembangan Natural Language Processing (NLP) di Indonesia.
Ia mengaku di akhir konferensi pers bahwa dirinya membuat naskah pidato menggunakan kecerdasan buatan sehingga penggunaan waktunya dalam bekerja dapat lebih efektif. Lebih lanjut, ia mengatakan cukup puas dengan hasil naskah konferensi pers yang dibuat oleh kecerdasan buatan tersebut meski memang beberapa bagian perlu diubah agar lebih tata bahasanya lebih baik.
"Semakin kita lengkap memberikan instruksinya, semakin bagus hasilnya. Tapi pasti ada di edit-edit dulu karena kan namanya Machine Learning agar bagus memang harus dilatih-latih terus," ujarnya.
Baca juga: Kominfo dukung penjenamaan produk lokal
Baca juga: Kemenkominfo siapkan akses telekomunikasi sukseskan KTT ASEAN
Ia menegaskan bahwa dalam melihat pengembangan teknologi sebagai inovasi, Pemerintah melihatnya secara positif selama pengembangannya tetap berpusat pada manusia. "Pemerintah melihat pembangunan apapun itu, yang namanya teknologi harus human centric," ujar Semuel. Dengan pengembangan teknologi yang berpusat pada manusia maka nantinya kecerdasan buatan dapat dengan tepat sasaran menjadi solusi bagi banyak pihak.
"Seperti yang dikatakan pepatah bukan gun tapi man behind the gun-nya. Untuk itu maka pengembangannya perlu etik. Karena yang buatnya juga tetap manusia kan," kata Semuel di Jakarta, Kamis.
Pendapat itu disampaikan-nya menanggapi ketakutan masyarakat yang takut tergantikan perannya di tengah pesatnya perkembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan seperti chatGPT hingga metaverse.
Semuel justru optimistis pada kecerdasan buatan karena menurutnya apabila digunakan untuk hal produktif maka manusia bisa lebih optimal dalam mengerjakan tugasnya dengan bantuan kecerdasan buatan.
Bahkan dirinya sendiri mengakui menggunakan kecerdasan buatan untuk mendukung produktivitas kerjanya. Contohnya ketika ia membaca naskah konferensi pers ke hadapan media untuk menjelaskan kerjasama antara Kemenkominfo dan Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA) untuk pengembangan Natural Language Processing (NLP) di Indonesia.
Ia mengaku di akhir konferensi pers bahwa dirinya membuat naskah pidato menggunakan kecerdasan buatan sehingga penggunaan waktunya dalam bekerja dapat lebih efektif. Lebih lanjut, ia mengatakan cukup puas dengan hasil naskah konferensi pers yang dibuat oleh kecerdasan buatan tersebut meski memang beberapa bagian perlu diubah agar lebih tata bahasanya lebih baik.
"Semakin kita lengkap memberikan instruksinya, semakin bagus hasilnya. Tapi pasti ada di edit-edit dulu karena kan namanya Machine Learning agar bagus memang harus dilatih-latih terus," ujarnya.
Baca juga: Kominfo dukung penjenamaan produk lokal
Baca juga: Kemenkominfo siapkan akses telekomunikasi sukseskan KTT ASEAN
Ia menegaskan bahwa dalam melihat pengembangan teknologi sebagai inovasi, Pemerintah melihatnya secara positif selama pengembangannya tetap berpusat pada manusia. "Pemerintah melihat pembangunan apapun itu, yang namanya teknologi harus human centric," ujar Semuel. Dengan pengembangan teknologi yang berpusat pada manusia maka nantinya kecerdasan buatan dapat dengan tepat sasaran menjadi solusi bagi banyak pihak.