Mataram, NTB (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, segera membuka tender senilai Rp1,2 miliar untuk pembangunan hunian sementara (huntara) bagi puluhan nelayan yang terdampak abrasi pantai di Mapak Indah Sekarbela.
"Lelang pembangunan huntara kita targetkan pada 15 Mei 2023, agar segera terkontrak dan kegiatan fisik bisa langsung dilaksanakan," kata Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian Setda Kota Mataram Lalu Alwan Basri di Mataram, NTB, Jumat.
Menurutnya, mundurnya pengerjaan huntara nelayan Mapak Indah ini murni karena terkendala administrasi yang harus benar-benar selesai agar tidak menjadi masalah hukum di kemudian hari.
Terutama,terkait dengan hibah lahan untuk pembangunan huntara dari Pemerintah Provinsi NTB seluas 2.000 meter persegi, serta regulasi penyesuaian penggunaan anggaran.
Namun demikian, sembari menunggu proses administrasi selesai, Pemerintah Kota Mataram sudah melakukan tahapan pembangunan huntara dengan membuka akses jalan masuk dan pengurukan lahan.
"Jadi, begitu ada pemenang tender, fisik bisa langsung dikerjakan karena lahan sudah siap dibangun," katanya.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram M Nazaruddin Fikri sebelumnya mengatakan huntara nelayan Mapak Indah akan dibangun dengan bentuk blok atau rumah panjang yakni delapan blok akan dibangun dua unit, dan tujuh blok dibangun dua unit, sehingga totalnya menjadi 30 unit.
"Satu unit rumah berukuran 4x6 meter, sebanyak 30 unit, untuk 29 KK yang terdampak abrasi. Jumlah unit itu sengaja dilebihkan, satu sebagai fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan jadi musala, ruang jaga, atau lainnya," katanya.
Selain itu, huntara juga dilengkapi dengan fasilitas air bersih, toilet, dan listrik pada masing-masing unit serta menggunakan penyekat ruang dobel agar lebih nyaman.
Huntara juga akan dibangun dengan konstruksi yang kokoh dengan menggunakan material yang tahan terhadap korosif, sehingga tidak mudah keropos atau rusak akibat cuaca pesisir.
Ia mengatakan huntara yang akan dibangun ini lebih representatif dibandingkan rumah mereka yang roboh akibat abrasi pantai. Pasalnya, satu rumah yang mereka tempati di sempadan pantai dihuni 2-3 kepala keluarga.
"Jadi, 17 rumah yang roboh akibat abrasi pantai di Mapak Indah berisi 100 jiwa, 29 KK. Artinya, satu rumah bisa ditempati 2-3 KK," katanya.
"Lelang pembangunan huntara kita targetkan pada 15 Mei 2023, agar segera terkontrak dan kegiatan fisik bisa langsung dilaksanakan," kata Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian Setda Kota Mataram Lalu Alwan Basri di Mataram, NTB, Jumat.
Menurutnya, mundurnya pengerjaan huntara nelayan Mapak Indah ini murni karena terkendala administrasi yang harus benar-benar selesai agar tidak menjadi masalah hukum di kemudian hari.
Terutama,terkait dengan hibah lahan untuk pembangunan huntara dari Pemerintah Provinsi NTB seluas 2.000 meter persegi, serta regulasi penyesuaian penggunaan anggaran.
Namun demikian, sembari menunggu proses administrasi selesai, Pemerintah Kota Mataram sudah melakukan tahapan pembangunan huntara dengan membuka akses jalan masuk dan pengurukan lahan.
"Jadi, begitu ada pemenang tender, fisik bisa langsung dikerjakan karena lahan sudah siap dibangun," katanya.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram M Nazaruddin Fikri sebelumnya mengatakan huntara nelayan Mapak Indah akan dibangun dengan bentuk blok atau rumah panjang yakni delapan blok akan dibangun dua unit, dan tujuh blok dibangun dua unit, sehingga totalnya menjadi 30 unit.
"Satu unit rumah berukuran 4x6 meter, sebanyak 30 unit, untuk 29 KK yang terdampak abrasi. Jumlah unit itu sengaja dilebihkan, satu sebagai fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan jadi musala, ruang jaga, atau lainnya," katanya.
Selain itu, huntara juga dilengkapi dengan fasilitas air bersih, toilet, dan listrik pada masing-masing unit serta menggunakan penyekat ruang dobel agar lebih nyaman.
Huntara juga akan dibangun dengan konstruksi yang kokoh dengan menggunakan material yang tahan terhadap korosif, sehingga tidak mudah keropos atau rusak akibat cuaca pesisir.
Ia mengatakan huntara yang akan dibangun ini lebih representatif dibandingkan rumah mereka yang roboh akibat abrasi pantai. Pasalnya, satu rumah yang mereka tempati di sempadan pantai dihuni 2-3 kepala keluarga.
"Jadi, 17 rumah yang roboh akibat abrasi pantai di Mapak Indah berisi 100 jiwa, 29 KK. Artinya, satu rumah bisa ditempati 2-3 KK," katanya.