Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, mengusulkan bantuan mobil penyapu sampah pantai seharga Rp5 miliar ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, untuk mengoptimalkan penanganan sampah di kawasan objek wisata pantai.
Kepala DLH Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Kamis, mengatakan, usulan bantuan itu telah disampaikan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan ( Musrenbang) Provinsi NTB.
"Tidak ada salahnya kita minta bantuan, siapa tahu pemerintah provinsi bisa bantu kita," katanya.
Problemnya, kata Kemal, setelah melihat mobil penyapu pantai di Kota Tangerang Provinsi Banten dan di Kuta Bali, keberadaan mobil khusus untuk menyapu kawasan pesisir pantai tersebut sangat efektif.
"Hanya saja, setelah kita cek harganya ternyata cukup maha, sekitar Rp5 miliar. Dengan harga segitu, kita masih mikir karena anggaran daerah sangat terbatas," katanya.
Terkait dengan itulah pihaknya mengusulkan bantuan tersebut ke Pemerintah Provinsi NTB, untuk mengoptimalkan penanganan sampah di sepanjang 9 kilometer pantai di Kota Mataram yang juga menjadi kawasan wisata.
Di sisi lain, Kemal mengakui, sebagai sebuah kota yang memiliki kawasan pantai, harus tetap dijaga kebersihan dan keindahan sehingga Kota Mataram memang harusnya sudah punya mobil penyapu pantai itu.
"Tapi kita juga harus ukur diri, jika tidak mampu jangan dijadikan skala prioritas," katanya.
Lebih jauh Kemal mengatakan, untuk penanganan sampah pantai saat ini masih dilakukan secara manual dengan mengoptimalkan SDM dan fasilitas yang ada, bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi sebelumnya mengatakan, sampah pantai terutama yang ada di sejumlah objek wisata seperti Pantai Gading, Mapak Indah, Tanjung Karang, Loang Baloq, Pantai Ampenan, dan Pantai Meninting, murni sampah kiriman.
Pasalnya, sampah tersebut datang dari sungai kemudian hanyut ke laut dan kembali ke pinggir pantai karena terbawa arus gelombang.
Baca juga: DLHK NTB meminta warga melapor petugas terlibat ilegal logging
Baca juga: DLHK Kota Denpasar pangkas pohon di jalur parade "ogoh-ogoh"
"Sementara kalau di areal objek wisata seperti di Loang Baloq, semuanya bersih karena kita punya petugas khusus. Sampah di pinggir pantai saat ini memang masih menjadi masalah bagi kita sehingga usulan mobil penyapu pantai bisa jadi solusi," demikian Nizar Denny Cahyadi.
Kepala DLH Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Kamis, mengatakan, usulan bantuan itu telah disampaikan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan ( Musrenbang) Provinsi NTB.
"Tidak ada salahnya kita minta bantuan, siapa tahu pemerintah provinsi bisa bantu kita," katanya.
Problemnya, kata Kemal, setelah melihat mobil penyapu pantai di Kota Tangerang Provinsi Banten dan di Kuta Bali, keberadaan mobil khusus untuk menyapu kawasan pesisir pantai tersebut sangat efektif.
"Hanya saja, setelah kita cek harganya ternyata cukup maha, sekitar Rp5 miliar. Dengan harga segitu, kita masih mikir karena anggaran daerah sangat terbatas," katanya.
Terkait dengan itulah pihaknya mengusulkan bantuan tersebut ke Pemerintah Provinsi NTB, untuk mengoptimalkan penanganan sampah di sepanjang 9 kilometer pantai di Kota Mataram yang juga menjadi kawasan wisata.
Di sisi lain, Kemal mengakui, sebagai sebuah kota yang memiliki kawasan pantai, harus tetap dijaga kebersihan dan keindahan sehingga Kota Mataram memang harusnya sudah punya mobil penyapu pantai itu.
"Tapi kita juga harus ukur diri, jika tidak mampu jangan dijadikan skala prioritas," katanya.
Lebih jauh Kemal mengatakan, untuk penanganan sampah pantai saat ini masih dilakukan secara manual dengan mengoptimalkan SDM dan fasilitas yang ada, bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi sebelumnya mengatakan, sampah pantai terutama yang ada di sejumlah objek wisata seperti Pantai Gading, Mapak Indah, Tanjung Karang, Loang Baloq, Pantai Ampenan, dan Pantai Meninting, murni sampah kiriman.
Pasalnya, sampah tersebut datang dari sungai kemudian hanyut ke laut dan kembali ke pinggir pantai karena terbawa arus gelombang.
Baca juga: DLHK NTB meminta warga melapor petugas terlibat ilegal logging
Baca juga: DLHK Kota Denpasar pangkas pohon di jalur parade "ogoh-ogoh"
"Sementara kalau di areal objek wisata seperti di Loang Baloq, semuanya bersih karena kita punya petugas khusus. Sampah di pinggir pantai saat ini memang masih menjadi masalah bagi kita sehingga usulan mobil penyapu pantai bisa jadi solusi," demikian Nizar Denny Cahyadi.