Bandarlampung (ANTARA) - Program belajar keberagaman Peace Train Indonesia hadir di Lampung memberdayakan dan mengajak perempuan sebagai aktor serta agen utama dalam upaya penyebaran nilai-nilai toleransi di Indonesia.
"Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bersama Indonesian Conference on Religion and Peace menggelar Peace Train Indonesia yang dilaksanakan di Lampung-Palembang," ujar Ketua Dewan Pengawas ICRP dan Pembina Peace Train Indonesia Romo Johannes Hariyanto, melalui keterangan yang diterima di Bandarlampung, Kamis.
Ia mengatakan kegiatan belajar keberagaman dan diskusi di atas kereta itu mengusung tema "Women as a Peacemaker in Post Pandemic Era” untuk memberdayakan perempuan salah satunya di Lampung, sebagai aktor utama dalam upaya penyebaran nilai-nilai toleransi di Indonesia.
"Tema ini diangkat sebagai upaya kongkret membuka ruang perjumpaan perdamaian dan mediasi antar kelompok agar lebih mengenal satu sama lain serta melahirkan para pembawa damai, guna meminimalisir tindakan intoleransi dan radikalisme, khususnya bagi perempuan," ucapnya.
Dia melanjutkan rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari pelaksanaan pre-workshop untuk memberi peserta pemahaman terkait latar belakang Peace Train Indonesia, kepemimpinan perempuan, perspektif global terhadap agama, dan pembentukan perdamaian.
Selanjutnya, peserta akan menuju Lampung dan Palembang untuk berdialog lintas agama antar pemuda lintas agama, capacity building dengan belajar kebhinekaan dan perdamaian khususnya terkait dengan peran perempuan, serta melakukan kampanye publik.
Baca juga: KNPI minta pemuda jaga keberagaman
Baca juga: Literasi keagamaan perkuat toleransi dalam keberagaman
Tanggapan lainnya dikatakan oleh Ketua PGI Lampung Pendeta Samuel Sitompul. "Melalui kegiatan Peace Train Indonesia, PGI Wilayah Lampung berharap kepada para pemuda yang mengikutinya bisa bersama mewujudkan perdamaian. Melalui perjumpaan secara langsung dengan pemuda yang memiliki keyakinan berbeda," kata Pendeta Samuel Sitompul.
Ia mengharapkan para pemuda semakin terbiasa dengan perbedaan, sehingga tumbuh rasa solidaritas dan toleransi satu sama yang lain khususnya di Kota Bandarlampung. "Para wanita juga diharapkan dapat menjadi garda terdepan yang mengkampanyekan perdamaian dengan caranya sendiri sebagai perempuan," tambahnya.
"Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bersama Indonesian Conference on Religion and Peace menggelar Peace Train Indonesia yang dilaksanakan di Lampung-Palembang," ujar Ketua Dewan Pengawas ICRP dan Pembina Peace Train Indonesia Romo Johannes Hariyanto, melalui keterangan yang diterima di Bandarlampung, Kamis.
Ia mengatakan kegiatan belajar keberagaman dan diskusi di atas kereta itu mengusung tema "Women as a Peacemaker in Post Pandemic Era” untuk memberdayakan perempuan salah satunya di Lampung, sebagai aktor utama dalam upaya penyebaran nilai-nilai toleransi di Indonesia.
"Tema ini diangkat sebagai upaya kongkret membuka ruang perjumpaan perdamaian dan mediasi antar kelompok agar lebih mengenal satu sama lain serta melahirkan para pembawa damai, guna meminimalisir tindakan intoleransi dan radikalisme, khususnya bagi perempuan," ucapnya.
Dia melanjutkan rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari pelaksanaan pre-workshop untuk memberi peserta pemahaman terkait latar belakang Peace Train Indonesia, kepemimpinan perempuan, perspektif global terhadap agama, dan pembentukan perdamaian.
Selanjutnya, peserta akan menuju Lampung dan Palembang untuk berdialog lintas agama antar pemuda lintas agama, capacity building dengan belajar kebhinekaan dan perdamaian khususnya terkait dengan peran perempuan, serta melakukan kampanye publik.
Baca juga: KNPI minta pemuda jaga keberagaman
Baca juga: Literasi keagamaan perkuat toleransi dalam keberagaman
Tanggapan lainnya dikatakan oleh Ketua PGI Lampung Pendeta Samuel Sitompul. "Melalui kegiatan Peace Train Indonesia, PGI Wilayah Lampung berharap kepada para pemuda yang mengikutinya bisa bersama mewujudkan perdamaian. Melalui perjumpaan secara langsung dengan pemuda yang memiliki keyakinan berbeda," kata Pendeta Samuel Sitompul.
Ia mengharapkan para pemuda semakin terbiasa dengan perbedaan, sehingga tumbuh rasa solidaritas dan toleransi satu sama yang lain khususnya di Kota Bandarlampung. "Para wanita juga diharapkan dapat menjadi garda terdepan yang mengkampanyekan perdamaian dengan caranya sendiri sebagai perempuan," tambahnya.