Mataram, (Antara NTB) - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mewacanakan membangun pasar barang antik guna menampung masyarakat yang memiliki kegemaran jual beli atau mengoleksi barang antik.
"Saat ini sejumlah pedagang barang antik cukup banyak ditemukan di pinggir Jalan Energi dan Jalan Saleh Sungkar, Ampenan," kata Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Kamis.
Dikatakannya, para pedagang barang-barang antik di kasawan Ampenan rencananya akan dibangunkan tempat khusus pada beberapa titik alternatif, antara lain di MCC (Mataram Craft Center) Sekarbela, lantai dua Pasar ACC, Pasar Kebon Roek atau di bekas Pelabuhan Ampenan.
"Tiga tempat alternatif tersebut tentu membutuhkan kajian lebih lanjut dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar dapat sesuai dengan ketentuan yang ada," katanya.
Bahkan Mohan menilai, pembangunan pasar barang antik di bekas Pelabuhan Ampenan lebih bersinergi dengan upaya pemerintah melakukan revitalisasi kota tua Ampenan.
"Dengan demikian, para penggemar bahkan wisatawan yang datang dan khusus mencari barang-barang antik sudah bisa langsung datang ke satu titik. Hal ini bisa menjadi ciri khas pusat penjualan barang antik di Kota Mataram," ujarnya.
Menurut dia, pada awalnya para penjual barang antik di Jalan Energi dan Jalan Saleh Sungkar hanya menjual berbagai jenis batu akik yang saat ini sedang menjadi tren di masyarakat.
"Dengan semakin `boomingnya` batu akik akhir-akhir ini, kondisi di jalan di kawasan Ampenan semakin ramai oleh para pemburu batu akik," katanya.
Tidak hanya batu akik, berbergai jenis barang antik seperti keris, koin kuno dan barang-barang antik lainnya juga mulai bermunculan, sehingga pemerintah kota harus segera melakukan penataan terhadap keberadaan para pedagang tersebut.
"Tujuannya, agar keberadaan para pedagang barang antik bisa menempati lokasi yang lebih representatif tanpa mengganggu arus kendaraan pada jalan utama menuju Objek wisata internasional Senggigi," katanya.
Apalagi, para pengunjung yang datang kerap kali memarkir kendaraanya di pinggir jalan, sementara lokasi penjualan barang-barang antik tersebut dekat dengan rambu lalu lintas.
"Untuk itu wacana ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara umum," katanya.(*)
"Saat ini sejumlah pedagang barang antik cukup banyak ditemukan di pinggir Jalan Energi dan Jalan Saleh Sungkar, Ampenan," kata Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Kamis.
Dikatakannya, para pedagang barang-barang antik di kasawan Ampenan rencananya akan dibangunkan tempat khusus pada beberapa titik alternatif, antara lain di MCC (Mataram Craft Center) Sekarbela, lantai dua Pasar ACC, Pasar Kebon Roek atau di bekas Pelabuhan Ampenan.
"Tiga tempat alternatif tersebut tentu membutuhkan kajian lebih lanjut dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar dapat sesuai dengan ketentuan yang ada," katanya.
Bahkan Mohan menilai, pembangunan pasar barang antik di bekas Pelabuhan Ampenan lebih bersinergi dengan upaya pemerintah melakukan revitalisasi kota tua Ampenan.
"Dengan demikian, para penggemar bahkan wisatawan yang datang dan khusus mencari barang-barang antik sudah bisa langsung datang ke satu titik. Hal ini bisa menjadi ciri khas pusat penjualan barang antik di Kota Mataram," ujarnya.
Menurut dia, pada awalnya para penjual barang antik di Jalan Energi dan Jalan Saleh Sungkar hanya menjual berbagai jenis batu akik yang saat ini sedang menjadi tren di masyarakat.
"Dengan semakin `boomingnya` batu akik akhir-akhir ini, kondisi di jalan di kawasan Ampenan semakin ramai oleh para pemburu batu akik," katanya.
Tidak hanya batu akik, berbergai jenis barang antik seperti keris, koin kuno dan barang-barang antik lainnya juga mulai bermunculan, sehingga pemerintah kota harus segera melakukan penataan terhadap keberadaan para pedagang tersebut.
"Tujuannya, agar keberadaan para pedagang barang antik bisa menempati lokasi yang lebih representatif tanpa mengganggu arus kendaraan pada jalan utama menuju Objek wisata internasional Senggigi," katanya.
Apalagi, para pengunjung yang datang kerap kali memarkir kendaraanya di pinggir jalan, sementara lokasi penjualan barang-barang antik tersebut dekat dengan rambu lalu lintas.
"Untuk itu wacana ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara umum," katanya.(*)