Mataram (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah meminta edukasi tentang bahaya merokok diperluas dalam menanggulangi perokok di kalangan remaja dan siswa.
"Memang tidak mudah seperti membalik telapak tangan, soalnya ini bicara kebiasaan dan ketagihan. Jadi butuh edukasi, selain dari sekolah," kata Sitti Rohmi Djalilah pada acara sosialisasi Game Edukasi Bahaya Merokok Tingkat Pelajar SMA/SMK di NTB seperti dikutip dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, Rabu.
Wagub NTB menyampaikan bahaya merokok menjadi permasalahan yang komprehensif. Apalagi, rokok merupakan penyumbang pengeluaran kedua setelah beras.
"Sehingga, menjadi pekerjaan rumah (PR) besar dimana rokok ini juga menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB sudah berikhtiar untuk menekan rokok melalui program kota layak anak, ramah anak dan tentunya tidak boleh merokok, termasuk dalam program posyandu keluarga yang tidak hanya melayani bayi dan ibu hamil, melainkan melayani remaja hingga lansia.
"Posyandu keluarga sebagai tempat edukasi berbasis dusun bisa melakukan edukasi tentang reproduksi, pernikahan dini dan lain sebagainya," katanya.
Oleh karena itu, Wagub NTB memberikan apresiasi atas diselenggarakannya sosialisasi Game Edukasi Bahaya Merokok Tingkat Pelajar SMA/SMK sederajat di NTB bertajuk Choose Health, not Tobacco educate, empower, and inspire atau pilih kesehatan, bukan tembakau, mendidik, memberdayakan, dan menginspirasi yang digelar BPOM RI.
Sementara itu, Direktur KMEI ONAPPZA BPOM RI Nova Emelda mengatakan kegiatan ini mengundang 10 SMA/SMK di Mataram.
"Inilah cara BPOM menyentuh anak-anak sekolah melalui edukasi sosialisasi gim edukasi akan bahayanya merokok," ujarnya.
Ia berharap tidak ada lagi perokok pemula karena di berbagai negara sudah mulai menurun. Sedangkan di Indonesia cenderung meningkat, sehingga menyasar ke sekolah-sekolah.
"Memang tidak mudah seperti membalik telapak tangan, soalnya ini bicara kebiasaan dan ketagihan. Jadi butuh edukasi, selain dari sekolah," kata Sitti Rohmi Djalilah pada acara sosialisasi Game Edukasi Bahaya Merokok Tingkat Pelajar SMA/SMK di NTB seperti dikutip dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, Rabu.
Wagub NTB menyampaikan bahaya merokok menjadi permasalahan yang komprehensif. Apalagi, rokok merupakan penyumbang pengeluaran kedua setelah beras.
"Sehingga, menjadi pekerjaan rumah (PR) besar dimana rokok ini juga menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB sudah berikhtiar untuk menekan rokok melalui program kota layak anak, ramah anak dan tentunya tidak boleh merokok, termasuk dalam program posyandu keluarga yang tidak hanya melayani bayi dan ibu hamil, melainkan melayani remaja hingga lansia.
"Posyandu keluarga sebagai tempat edukasi berbasis dusun bisa melakukan edukasi tentang reproduksi, pernikahan dini dan lain sebagainya," katanya.
Oleh karena itu, Wagub NTB memberikan apresiasi atas diselenggarakannya sosialisasi Game Edukasi Bahaya Merokok Tingkat Pelajar SMA/SMK sederajat di NTB bertajuk Choose Health, not Tobacco educate, empower, and inspire atau pilih kesehatan, bukan tembakau, mendidik, memberdayakan, dan menginspirasi yang digelar BPOM RI.
Sementara itu, Direktur KMEI ONAPPZA BPOM RI Nova Emelda mengatakan kegiatan ini mengundang 10 SMA/SMK di Mataram.
"Inilah cara BPOM menyentuh anak-anak sekolah melalui edukasi sosialisasi gim edukasi akan bahayanya merokok," ujarnya.
Ia berharap tidak ada lagi perokok pemula karena di berbagai negara sudah mulai menurun. Sedangkan di Indonesia cenderung meningkat, sehingga menyasar ke sekolah-sekolah.